Kamis, 09 Agustus 2012

Membangkitkan Empat Ikrar Agung Bodhisattva dan Mewarisi Ajaran Jingsi

Siraman embun air Dharma dari Master Cheng Yen


Sering disebutkan bahwa “Dharma bagaikan air”. “Air” ada dua jenis —— pertama adalah air untuk membilas, kedua adalah “sumsum” tulang di dalam kehidupan. Jika sumsum tulang dalam kondisi sehat, barulah bisa menghasilkan darah. Alasan Tzu Chi menggalakkan “Misi Donor Sumsum Tulang” adalah disebabkan oleh karena ada sebagian orang yang sumsum tulangnya sudah tidak selaras dan kehilangan kemampuan untuk menghasilkan darah, sehingga demi kelangsungan hidup perlu terus ditransfusi darah tanpa henti. Jika yang bersangkutan mendapatkan pasangan donor yang memiliki sumsum tulang yang cocok, suatu hari nanti, tubuh penerima donor ini kembali akan mampu menghasilkan darah dengan normal.
 
Dharma juga ada “Sumsum Dharma” dan air Dharma dapat membersihkan kotoran dalam batin. Jika kita tidak memahami Dharma dan tidak menggunakan Dharma, dalam batin tentu akan timbul keserakahan, kebencian, kebodohan, keangkuhan dan kecurigaan. Ketika menyelami Dharma Pertobatan pada tahun lalu, setiap orang mampu memahami tabiat buruk masing-masing dan tahu untuk bertobat dan memperbaiki kesalahan, di sinilah inti dari ajaran Buddha. Mampu melakukan analisa untuk diri kita, sehingga dalam diri kita timbul pemahaman dan penghayatan yang cermat. Jika sumsum Dharma dapat terserap ke dalam batin, kegelapan batin dan kerisauan yang jelimet tentu akan hilang dengan sendirinya.
 
Saya tidak memiliki permintaan lain, hanya berharap semua murid harus lebih giat lagi demi Dharma. Jika ada murid yang tidak mau mencari kemajuan, saya merasa iba dalam hati dan menghela napas kenapa orang-orang ini begitu bodoh ? Dharma sudah pun berada di depan mata, mengapa masih tidak tahu menyerapnya ? Setelah sebelumnya dengan susah payah meluangkan waktu untuk membina diri, jika pergi atau kendur di tengah perjalanan, tentu saja saya merasa sangat tidak rela. Hubungan antara guru dan murid bagaikan orangtua memperlakukan anak, jika para murid mampu menyerapkan Dharma ke dalam batin dan mempraktekkan Dharma dalam perbuatan, ini sebetulnya lebih istimewa daripada persembahan apa pun bagi diri saya.  
 
Ajaran Jingsi adalah membina “ketulusan, kebenaran, keyakinan dan kejujuran” di dalam diri. Jika sudah masuk ke Tzu Chi secara suka rela, maka harus membangkitkan “Empat Ikrar Agung Bodhisattva”. “Ketulusan” adalah landasan ikrar pertama, “Aku bertekad membebaskan semua makhluk yang tiada batas”, dikarenakan bencana di dunia terus terjadi, penderitaan semua makhluk semakin banyak pula, semua orang harus membangkitkan hati penuh ketulusan untuk terjun ke dalam masyarakat banyak, dengan tekad luhur untuk membebaskan semua makhluk. Dengan hati penuh “kebenaran”, “Aku bertekad mengakhiri segala kerisauan yang tiada henti”. Jika hati tidak benar, maka Dharma juga tidak benar, sehingga mudah melakukan satu kesalahan kecil yang dapat berakibat sesat ribuan kilometer, jadi harus mempergunakan perhatian benar barulah dapat mengakhiri kerisauan.
 
Kita menaruh keyakinan mendalam terhadap Dharma yang diajarkan Sang Buddha dan harus memiliki “keyakinan” untuk memasuki mazhab Tzu Chi, inilah ikrar ketiga “Aku bertekad mempelajari segala Dharma tiada terhingga”. Jika tidak memiliki keyakinan mendalam, tentu tidak akan mampu memahami Dharma sejati dari ekayana (kenderaan tunggal) Sang Buddha yang mulia dan mendalam. “Kejujuran” adalah ikrar ke-empat “Aku bertekad mencapai keBuddhaan pamungkas”. Jika batin ceroboh, bagaimana dapat mencapai keBuddhaan? Hanya dengan jujur membina diri dan mantap melangkah barulah dapat mencapai keBuddhaan. Bukan dengan meninggalkan keduniawian barulah disebut sebagai membina diri, dalam diri setiap orang ada sifat hakiki dari Sang Triratna, harus terlebih dahulu menjaga rumah tangga, usaha atau pekerjaan dengan baik, kemudian baru berdana waktu, ini disebut dengan kewelas asihan dan rela bersumbangsih dengan suka cita.
 
Berdana waktu dan kebijaksanaan, serta berdana kata baik (Priyavacana) dan perbuatan baik (Arthakriya). Ketika melihat ada orang berada dalam kebingungan, memberi penghiburan kepadanya dengan kata-kata lembut dan baik, ini disebut dengan “berdana rasa aman dari marabahaya” (Abhaya dana). Memberi bimbingan padanya dengan kalem dan membicarakan sedikit prinsip kebenaran untuknya, inilah “berdana Dharma” (Dharma dana). Mencukupi materi dan uang yang dibutuhkan olehnya, inilah “berdana harta” (Amisa dana). Baik bersumbangsih waktu atau menghibur dengan kata-kata, semuanya merupakan “berdana”, semuanya bermanfaat bagi alam manusia. Semua “berdana (Dana), berbuat baik (Arthakriya), berkata baik (Priyavacana) serta dapat bekerja sama dengan baik (Samanarthata)” dari empat metode dalam memeluk semua makhluk (Catur samgraha vastu) merupakan landasan untuk melangkah di jalan Bodhisattva.
 
Maha cinta kasih tanpa penyesalan, terjun ke dalam masyarakat ramai dengan cinta kasih universal.
Maha welas asih tanpa keluhan, antar sesama harmonis dalam kesunyataan mulia tentang adanya derita.
Maha simpati tanpa kekuatiran, terjun ke dalam masyarakat ramai demi mewariskan Dharma.
Maha keseimbangan batin tanpa pamrih, bersumbangsih dengan penuh syukur.
 
Mazhab Tzu Chi berada dalam masyarakat banyak, terhadap pihak luar menerapkan “Maha cinta kasih tanpa penyesalan, maha welas asih tanpa keluhan, maha simpati tanpa kekuatiran dan maha keseimbangan batin tanpa pamrih”. Dengan “maha cinta kasih” mampu “terjun ke dalam masyarakat ramai dengan cinta kasih universal”, “maha welas asih” adalah “antar sesama harmonis dalam kesunyataan mulia tentang adanya derita”, dengan semangat empat kondisi batin yang luhur (Catur paramita) memahami “kesunyataan mulia tentang adanya derita” (Dukkha satya) di dalam kehidupan manusia, sehingga kita sangat hamonis dengan orang dan masalah. “Maha simpati tanpa kekuatiran” harus “terjun ke dalam masyarakat ramai demi mewariskan Dharma”, jadi harus menapak ke dalam masyarakat banyak. “Maha keseimbangan batin tanpa pamrih” adalah harus berterima kasih kepada setiap orang dan bersumbangsih tanpa pamrih.
 
~~ Dikutip dari ceramah Master dalam temu ramah insan Tzu Chi Kaohsiung tanggal 7 Juli 2012 dan ceramah Master terhadap Tim He-xin Taiwan bagian tengah tanggal 2 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar