Sabtu, 05 Januari 2013

Bagaimana menghentikan nafsu keserakahan akan harta kekayaan?

Ada orang yang bertanya kepada Master Cheng Yen:
Ibu kami sangat serakah akan harta kekayaan dan sangat gila duit, demi uang rela mengorbankan keluarga dan martabat diri, kami sebagai anak jadinya sering bertengkar dengannya, bahkan merasa sangat terganggu dan menderita oleh perbuatannya, kami sama sekali tidak dapat memahami mengapa beliau berbuat demikian?

Master menjawab:
Kondisi batin ibu anda yang gila duit itu mungkin disebabkan oleh karena dirinya merasa serba kekurangan dan tidak memiliki perasaan aman, sebagai anak harus memanfaatkan kesempatan ini untuk menguji batin kalian sendiri dengan lebih banyak bersimpati kepada beliau. Pergunakan cinta kasih dan berikan belas kasih kalian padanya, perlakukan beliau dengan hati cinta kasih yang seluas samudera, jika memungkinkan bawa beliau ke rumah sakit untuk menyaksikan kesedihan orang lain akibat derita dilahirkan, menjadi tua, sakit dan mati, biar dia merasa bersyukur karena masih memiliki jasmani yang sehat, juga tidak kekurangan duit untuk dipakai, mungkin ini akan dapat membantu kondisi batinnya agar lebih seimbang dan stabil. Jika sifat ibu anda tidak juga berubah, maka sebagai anak, kalian yang harus merubah perlakuan kalian terhadap beliau dengan lebih lebih banyak bersumbangsih dan lebih banyak mengalah kepadanya, lambat laun tentu akan dapat memberikan pengaruh dan menimbulkan penyesalan pada diri beliau. Saya yakin kalau batin ibu kalian lebih menderita daripada kalian sendiri, sebab nafsu keinginan beliau tiada habis-habisnya.

Dikutip dari Tabloid Tzu Chi edisi 120
 
如何停止貪財的心念?
 
有人問:母親十分貪財,嗜錢如命,為了金錢可以犧牲親情和人格,子女不但常和母親起衝突,更感到莫大的困擾與痛苦,根本不能諒解母親的作為。

上人開示:母親愛財的心態,可能是基於她極度匱乏、久缺安全感所致,子女要藉事練心、多體諒母親。用慈施悲,以寬大的愛心對待她,可能的 話,帶她去醫院看看人間的生老病死等苦離,讓她欣慰自己身體健康,又不缺錢使用,或許可以幫助她的心態趨於平衡、穩定。母親如果不改變,則由子女來改變對 她的態度,對她多付出、多寬讓,久而久之自然能引導她生出懺悔的心。我相信母親比子女更痛苦,因為她所要的永無止盡。

本文摘自《慈濟道侶》120

Kesangsian Maha Kausthila terhadap kegelapan batin

Dalam belajar ajaran Buddha adalah belajar sampai memahami secara jelas akan “dari mana berasal ketika lahir dan ke mana pergi setelah mati”, tetapi itu sama sekali tidak semudah yang diucapkan! Bagaimana pun Sang Buddha tahu cara membimbing kita dengan kebijaksanaannya, pertama-tama ingin kita “menenangkan batin”, jika batin dapat ditenangkan, segala kondisi luar akan tampak dengan jelas. Dengan demikian, kita akan mampu melakukan refleksi diri, paham akan “Bagaimana saya sekarang hidup?” Jika manusia dapat berpikiran positif , tentu saja secara otomatis akan dapat melepaskan masalah hidup dan mati, serta bebas dari kerisauan.

Kegelapan batin adalah ilusi yang tidak nyata dan seharusnya dapat dilepaskan secara tuntas

Pada masa Sang Buddha masih hidup, pada selang waktu tertentu Sang Buddha dan para murid akan menetap pada Vihara Venuvana di Rajagrha. Dikarenakan jumlah murid terlalu banyak, maka ada sebagiannya dibawa oleh Sariputra ke Gunung Grdhrakuta ( Puncak Burung Nasar) untuk menetap di sana. Sariputra adalah murid Buddha yang paling unggul dalam kebijaksanaan, sehingga jika dalam hati para Bhikkhu ada timbul kesangsian, mereka akan bertanya kepada Sariputra.  

Suatu hari, ketika Maha Kausthila sedang bermeditasi, tiba-tiba terpikirkan: “Bagaimana sebetulnya saya dilahirkan? Mengapa kita tidak tahu akan hidup dan mati dalam kehidupan?” Karena tidak mampu memecahkan teka teki ini, dia lalu beranjak menuju ruang meditasi Satiputra. Maha Kausthila bertanya pada Sariputra dengan sikap penuh hormat: “Yang Arya, dalam hati saya ada sebuah kesangsian, Sang Buddha selalu mengatakan bahwa semua makhluk berkembang dikarenakan terhimpunnya kegelapan batin, sebetulnya di manakah kegelapan batin berada? Dari manakah ia berasal? Bagaimana caranya agar dapat menguraikan kegelapan batin?”

Sariputra menjawab: “Kegelapan batin berasal dari ketidak tahuan; karena tidak tahu, maka tidak mengerti. Sebetulnya ia berkembang dari ketidak mengertian akan ilusi yang tidak nyata dari ‘panca skandha (lima kelompok pembentuk kehidupan), berupa rupa (badan jasmani), vedana (perasaan), sanna (pencerapan), sankhara (pikiran) dan vinnana (kesadaran)’, itu dikarenakan kita tidak bersungguh hati dalam menghayatinya. Kehidupan tidak pernah terlepas dari ‘rupa skandha’, segala sesuatu yang terlihat adalah rupa, rupa mengalami kelahiran dan musnah. Kita tidak mengerti mengapa materi bisa tercipta dan musnah, sehingga selalu timbul perasaan melekat, itulah kegelapan batin, selanjutnya tidak mengerti akan ‘vedana’ (perasaan), perasaan di dalam hati. Setiap orang, masalah atau benda yang dilihat, didengar atau ada kontak, dalam hati tentu akan timbul berbagai perasaan, jika melihat hal yang sesuai keinginan, tentu merasa senang; jika tidak sesuai keinginan, timbul emosi dalam hati. Jika tidak tahu akan ketidak nyataan dari perasaan, tentu akan menimbulkan kerisauan, itu juga disebut sebagai kegelapan batin.”

Kemudian Sariputra melanjutkan: “Orang awam biasanya setelah merasakan, akan timbul pemikiran sendiri, jika setelah kondisi luar berlalu, masih saja melekat pada rupa, ini juga disebut sebagai kegelapan batin. Mengapa bisa ada ‘sankhara skandha’ (bentuk pikiran) akan masalah hidup dan mati seperti ini? Ini juga bersumber pada kemelekatan. Kita mempergunakan ‘vinnana’  (kesadaran) untuk merasakan kondisi luar, lalu setelah melakukan banyak hal timbul penyesalan dalam hati, ini semua disebut sebagai kegelapan batin. Jika kita tidak mampu memahami panca skandha secara jelas, batin tentu tidak akan bisa berpikiran terbuka dan tidak mampu melepaskan kerisauan, ini juga disebut sebagai kegelapan batin.”

Mengamati proses pembentukan, pemusnahan dan perubahan, lalu melakukan refleksi terhadap sifat hakiki

Perkataan Sariputra ini adalah konsep kebenaran yang sangat abstrak, bagaimana caranya belajar ajaran Buddha agar dapat sepenuhnya mengerti akan “Panca skandha”? Ini membutuhkan kesungguhan hati kita. Sebagai contoh adalah lumpur dan pasir, batu, rumput, pohon, bahkan tubuh jasmani kita, semuanya termasuk dalam “rupa skandha”.

Mengapa sebatang rumput bisa tumbuh dari dalam tanah? Karena ada benih rumput, tanah, kandungan air, sinar matahari dan udara, baru rumput bisa tumbuh, setelah tumbuh juga tidak bisa melepaskan diri dari unsur pendukung seperti tanah, kandungan air, sinar matahari dan udara, baru bisa terus tumbuh besar, namun pada suatu saat nanti rumput juga akan berubah menjadi kuning dan layu, ini adalah perubahan dari “sankhara” (pikiran), bentuk pikiran terus mengalami proses pembentukan, pemusnahan dan perubahan.

Demikian juga dengan kehidupan manusia, pasti melalui masa bayi, balita, usia muda, setengah umur dan perlahan-lahan lanjut usia. Selama selang waktu ini, bagaimana manusia tumbuh besar? Saya pikir setiap orang tidak mengerti secara jelas akan tubuh jasmani sendiri, bukan saja tidak mengerti akan tubuh jasmani sendiri, bahkan terhadap “vinnana skandha” (bentuk kesadaran) yang tidak kekal adanya, yaitu pemikiran dan perasaan sendiri, juga tidak bisa mengerti secara jelas.    

Di rumah sakit, kita bisa menyaksikan segala macam pasien dan setiap orang memiliki pandangan hidup masing-masing. Ada yang sangat takut mati, begitu sakit langsung memikirkan kematian yang mengerikan! Dari itu, ada sebagian orang mati bukan karena sakit, tetapi disebabkan mati “ketakutan”, di mana perasaan takut dan stress membuat penyakitnya semakin parah, akan tetapi juga ada orang yang menghadapi penyakitnya dengan optimis, sehingga penyakitnya lebih mudah disembuhkan.
 
Pernah ada seorang pasien sirosis hati yang menyampaikan, nanti setelah “usianya seratus tahun”, ia akan mendonorkan jasadnya kepada Universitas Tzu Chi untuk dijadikan materi pengajaran Patologi Anatomi, ia mengatakan seumur hidupnya tidak ada bersumbangsih apa pun terhadap umat manusia, maka jika pada akhir hayatnya dapat mempersembahkan jasadnya untuk pendidikan medis, maka hatinya merasa sangat terhibur! Orang yang sedemikian rileks dan optimis ini, boleh dikatakan telah memahami “rupa skandha” secara jelas, ia tidak lagi memberatkan masalah hidup dan mati, jadi tidak penting lagi apakah ia mengerti atau tidak akan “vedana (perasaan), sanna (pencerapan), sankhara (pikiran) dan vinnana (kesadaran)”.

Jika “rupa” awal dapat diterima sebagai fakta, tentu segalanya akan dapat diterima dengan pikiran terbuka, maka kita harus melakukan refleksi pada batin sendiri dengan baik, jika batin dapat ditenangkan, baru kegelapan batin tidak akan menutupi jasmani dan batin kita.

Dikutip dari buku “Sirkulasi keindahan – membahas kelanggengan” karangan Master Cheng Yen
 
摩訶俱絺羅尊者對無明的疑惑
 
學佛,就是要學得可以清楚知道「生從何來、死往何去」,但是談何容易啊!不過,佛陀懂得用智慧來引導我們,首先要我們「心靜」,心若能靜下來,一切的境界就會很明朗。如此,即可反觀自己,了解「我現在是怎麼生活?」人若看得開,自然對生死就會放下、自在。

無明乃虛幻不實 應透徹放下

佛世時代,佛陀與弟子有段時間都住在王舍城的竹園精舍。由於弟子眾多,所以有一群弟子由舍利弗帶領住在靈鷲山。舍利弗「智慧第一」,比丘們心中若有疑惑也會請教他。

天,摩訶俱絺羅尊者在打坐時,忽然想到:「自己是怎樣出生的呢?人生為什麼會有生死無明?」他打不開這些謎題,便起身走到舍利弗的禪房。俱絺羅很恭敬地對 舍利弗說:「尊者,我心中有一點疑惑。佛陀常說眾生是因無明聚集而衍生,到底無明在哪裡?它是從哪裡生出來?要怎樣才能解開無明?」

舍利 弗回答:「無明是出於無知;因為無知,所以不明白。其實,它就是從不了解『色、受、想、行、識』的虛幻不實而衍生,因為我們沒有用心去體會。人生從未離開 過『色蘊』,看得到的東西都是色,色有生有滅。我們不了解物質為什麼會有生滅,因此常會起執著心,那就是無明,再來是不瞭解『受』心中的感受。只要看到、 聽到或接觸到的人事物,心中都會有種種的感受,看到順意的就高興;不順意的就生氣。若不知道感受的虛幻性,就會有煩惱,這也叫做無明。」

說:「平常人感受後,就會有自己的想法,若境界過後還執著於形象,這也叫做無明。為什麼有生死這種『行蘊』?也就是來自於執著。我們用『意識』來感受外面 的境界,所以造作很多事後又心生後悔,這都叫做無明。若無法透徹明瞭『色、受、想、行、識』這五項,心就會解不開、放不下,這也叫做無明。」

觀察生滅變異 反觀自心明鏡

舍利弗這段話是很抽象的道理,我們要怎樣學佛,才能學到對「色、受、想、行、識」都完全透徹、瞭解?這就要憑我們自己去用心。譬如大地上的泥沙、石頭、草、樹木,甚至我們的人體,這一切都包括在「色蘊」中。

一株草為什麼會從土裡生長出來?是因為有草的種子和泥土、水分、陽光、空氣聚合在一起,才會長出草來,而且花草長出來後,仍離不開泥土、水分、陽光和空氣這些因緣,才能不斷地成長,但草長到一定的時間就會變黃、枯萎,這就是「行」的變化,行蘊不斷地生滅變異。

人生也一樣,一定是經過嬰兒期、幼年期,然後少年、中年,再漸漸進入老年。在這段時間,到底是怎樣長大?我想每個人對自己的身體都無法透徹瞭解,不只無法瞭解,對生滅無常的「識蘊」,也就是自己的想法、感受也無法透徹明白。

在醫院裡,我們可以看到各種病患,各有不一樣的人生觀念。有的人很怕死,一生病就想到死的恐怖!因此,有的人不是真正病死,而是「怕」死,是心理的惶恐、鬱悶,而加重他的病情,但也有些病人卻很樂觀,病也就比較容痊癒。

有位肝硬化的病患表示,在他「百年」之後,要將他的遺體捐給慈濟醫學院作為病理解剖,他表示自己這輩子對人類沒什麼貢獻,在最後能將這副臭皮囊奉獻給醫學 教育,內心感到很欣慰!如此灑脫、樂觀的人,可以說已經將「色」蘊看透,他對生死早已看淡,不管「受、想、行、識」是否瞭解都已無關緊要。

初步的「色」看得開,一切也就能看得開,所以,要好好反觀自心;心如能靜下來,無明才不會籠罩著自己的身心。

本文摘自:證嚴上人著作《美的循環談生生世世
 

Apakah Tzu Chi hanya mendalami “Sutra Amitharta” (Sutra Makna Tak Terhingga) sebagai konsep pemikiran sentral satu-satunya?

Ada orang bertanya kepada Master Cheng Yen:
Apakah Tzu Chi hanya mendalami “Sutra Amitharta” (Sutra Makna Tak Terhingga) sebagai konsep pemikiran sentral satu-satunya?

Master menjawab:
Konsep pemikiran dalam “Sutra Amitharta” adalah jumlah tiada terhingga berawal dari satu benih dan satu benih bisa tumbuh menjadi tiada terhingga. Saya sering mengatakan “Pohon besar sekali pun tumbuh dari tunas sangat kecil”, di dunia ini asal ada niat di hati, walau “niat di hati” ini tidak terlihat dan tidak dapat diraba, namun dapat membawa keberhasilan bagi hal-hal yang tiada terhingga jumlahnya. “Sutra Amitharta” menjelaskan hal ini dengan sangat jelas dan semangat Tzu Chi memang berasal dari sini, hati Bodhisattva dari insan Tzu Chi bagaikan air yang jernih, tanpa kontaminasi dan tanpa warna.
 
慈濟是否以《無量義經》做為中心思想一門深入?
 
問題:慈濟是否以《無量義經》做為中心思想一門深入?

上人的回答:《無量義經》的思想是,無量為一,一為無量。我常常說「合抱之樹,始於毫芒」,普天之下,只要有心,這個「心」雖然看不到,摸不著, 但卻可以成就無量事。《無量義經》對這些說的非常清楚,慈濟的精神就是從此而生,慈濟人這一片菩薩心,像一灘清淨的水,無染無色
 

Tata kelola finansial: Mengikhlaskan kekayaan duniawi dan memupuk kekayaan Dharma

“Seorang mulia memperoleh kekayaan dengan cara yang benar”, terlebih lagi harus “mempergunakannya dengan cara yang tetap”. Harta kekayaan merupakan harta duniawi dan dimiliki secara bersama-sama dengan lima kelompok (yaitu perampok/pencuri, pejabat korup, anak durhaka, bencana banjir dan musibah kebakaran), jadi jangan sesekali berusaha untuk mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak benar, selanjutnya bagi orang yang dapat mengelola harta kekayaan dengan bijak, mereka mampu merubah kekayaan duniawi menjadi kekayaan Dharma berupa kebijaksanaan, sehingga harta kekayaan mereka tidak pernah berhenti datangnya dan tidak pernah habis dipergunakan.
 
Dalam “Bodhisattva Ksitigarbha Sutra” ada sepatah kata: “Dengan memberikan satu, sepuluh ribu kali lipat balasan akan diperoleh”, ini mengajarkan kepada kita agar dapat mengikhlaskan harta kekayaan duniawi dengan sukacita dan sebagai balasannya akan memperoleh kekayaan Dharma berupa berkah dan kebijaksanaan; artinya “siapa yang menanam benih keberkahan, dia yang akan menuai buah keberkahan”. Semua ini memang perlu kebijaksanaan untuk melakukan pilihan, ada orang yang beranggapan: “Jika punya duit, kenapa tidak dipakai sendiri, kenapa harus diberikan pada orang lain? Ini adalah pikiran egois pada kebanyakan penghuni alam manusia, inilah bentuk manusia awam.”

Ini bagaikan hanya menyimpan sebutir benih di dalam kantungan dan tidak mau menggenggam kesempatan datangnya musim untuk menebarkan benih ke dalam tanah, ketika kesempatan telah lewat, maka benih tersebut tentu tidak berguna lagi, jadi kita harus segera memupuknya, agar benih dapat mengembangkan kemampuannya untuk tumbuh, ketika masanya telah tiba, dengan sendirinya akan berbuah dengan lebat. Prinsip yang sama, jika kita sendiri yang berdana, tentu akan mendatangkan pahala kebajikan lebih besar daripada meninggalkan harta kekayaan kepada anak cucu dan menunggu mereka berdana atas nama kita, sebab anak cucu memiliki berkah mereka sendiri.

Kekayaan duniawi dipergunakan untuk
memupuk kekayaan pahala kebajikan berupa berkah dan kebijaksanaan
Sang Buddha pernah mengajarkan kepada kita akan tata kelola finansial, lalu bagaimana caranya mengelola kekayaan duniawi dan memupuk kekayaan Dharma? Kekayaan duniawi mestinya dapat dibagi menjadi empat bagian:
 
1.    Mengasuh ayah dan ibu, sebagai balas budi luhur mereka --- Dari segala bentuk kebajikan, terpenting adalah berbakti pada orangtua, manusia harus tahu berbakti pada orangtua, dalam membina diri sesuai ajaran Buddha juga mengutamakan bakti terhadap orangtua, sama sekali tidak boleh melalaikan bakti terhadap orangtua. Jadi harta kekayaan harus disisakan seperempat bagian untuk berbakti pada orangtua, agar orangtua cukup sandang dan pangan, serta mereka bebas untuk mempergunakannya demi menuntaskan amal kebajikan yang hendak mereka lakukan.
2.    Membesarkan dan mendidik anak --- Sesudah melahirkan anak harus bertanggung jawab, kita mesti menyisakan harta kekayaan sebagai dana pendidikan mereka, agar mereka dapat belajar sampai tamat sekolah dengan hati yang tenang, jadi seperempat bagian dari harta kekayaan perlu disisakan sebagai dana untuk membesarkan dan mendidik anak.
3.    Memenuhi kebutuhan rumah tangga --- Seperempat bagian dari harta kekayaan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, kita mesti berusaha menambah penghasilan dan mengurangi pengeluaran, agar harta kekayaan tetap tidak berkurang, ini baru merupakan cara untuk memperoleh harta kekayaan.
4.    Kesejahteraan masyarakat --- Sang Buddha mengajarkan kepada kita, dalam memperpanjang pengetahuan intuitif dan jiwa kebijaksanaan yang merupakan sifat hakiki, kita mesti menciptakan keberkahan bagi masyarakat banyak. Kita seharusnya mempergunakan seperempat harta kekayaan untuk menyebar luaskan ajaran benar dan berbuat amal dalam masyarakat, dengan demikian kita akan dapat memupuk berkah dan kebijaksanaan bagi diri sendiri. Dalam masa kehidupan sekarang, kita berkesempatan untuk terlahir di negeri penuh keberkahan, menikmati kehidupan cukup sandang dan pangan, itu disebabkan kita telah menanam benih keberkahan dengan menciptakan keberkahan bagi masyarakat dalam masa kehidupan lampau. Sang Buddha mengharapkan balasan keberkahan kita terus mengalir tanpa henti, maka mendorong umat manusia agar mempergunakan seperempat harta kekayaan untuk menciptakan keberkahan bagi masyarakat banyak, menjalin jodoh baik dengan berdana terhadap semua makhluk. Ini adalah wujud mengikhlaskan kekayaan duniawi demi memperoleh kekayaan Dharma yang abadi.

Semoga kita semua dapat saling memberi dorongan semangat antara satu sama lainnya, berlandaskan pada semangat yang diajarkan Sang Buddha dalam mengelola kekayaan duniawi dan memupuk kekayaan pahala kebajikan berupa berkah dan kebijaksanaan.

Dikutip dari Tabloid Tzu Chi edisi 123
 
理財之道:捨世間財 修取法財
 
「君子愛財,取之有道」,更必須「用之有道」。錢財是身外之物,為五家所共有,因此不取不義之財,然而,能善於理財者,卻可以將世間財換成智慧法財,取之不竭,用之無盡。

《地藏經》有一句話說:「捨一得萬報」,就是教導我們喜捨世間財物,自得福慧功德法財;亦即「播福因、得福果」。這都必須靠智慧的選擇,有的人認為:「有錢為什麼不留著自己用,為什麼要拿給別人用呢?這就是世間人的自私心念,亦即是凡夫。」

像一顆種子放在袋子中,不肯把握季節播種於土壤中,錯過生長時機,就無法發揮作用,因此必須即時培育,使這顆種子發揮其生長功能,等到氣候成熟,自然有纍纍的果實。同樣的道理,自己親手布施,比留給子孫替我們布施的功德還大,兒孫自有兒孫福!

世間財產 修持福慧功德財

佛陀曾教導我們理財的方法,如何處理世間財產,培育出世法財呢?世間財物應該分成四份:

一、供養父母,以報宏恩萬善以孝為首,人必定要以孝為重,修學佛法也是以孝為宗,絕不能沒有孝道。所以,財產要留給四分之一孝養父母,讓父母的生活溫暖飽足,使他們自由享用,以完成父母想做的善業。

二、培育子女生養子女要有責任心,須為他們留一份教育基金,使其能安心完成學業,因此,四分之一的財產是為子女留存養育金。

三、家庭生活另外四分之一財產是維持日常生活安康的事業基金,應開源節流,使其綿綿不息,方為生財之道。

四、 社會福利佛陀教育我們,延續本性的良知慧命必須造福人群。我們應該用四分之一的基金,奉獻於宏揚宗教正法,做社會福利善業,如此亦可進修自己的福德智 慧。今生此世能夠生在福地,享受豐衣足食的生活,是因為過去生中曾經有一份造福人群的福業。佛陀希望我們的福報綿延不絕,所以鼓勵人們以四分之一財產造福 人群,布施眾生結善緣。這就是捨世間財修取永恆的法財。

願與大眾共勉,以佛陀的教育精神,處理世間財產,修持福慧功德財。

本文摘自《慈濟道侶》123

Kemewahan Yang Tidak Sanggup Dijangkau

Artikel tulisan He Feipeng
(Business Weekly Taiwan edisi 989 / 6 Nopember 2006)
 
Pada tahun 1981, saat itu Hotel Lai Lai Sheraton baru dibuka, hotel ini merupakan hotel mewah paling terkenal di Taipei, The Sheraton Taipei Club pada lantai lantai 17 hotel tersebut juga merupakan tempat berkumpulnya para pengusaha kaya. Maka jika seseorang memiliki kartu keanggotaan pada klub tersebut, ini melambangkan kemuliaannya.
 
Pada waktu itu, saya baru saja berpindah kerja, demi menunjukkan keyakinannya terhadap diriku, Bos baruku membuatkan kartu keanggotaan The Sheraton Taipei Club dan memberitahukan bahwa semua tagihan biayanya akan ditanggung oleh perusahaan. Saya sangat berterima kasih kepada Bos, tapi saya tidak pernah menggunakan kartu keanggotaan itu.
 
Setengah tahun kemudian, Bos sangat terkejut begitu mengetahui saya tidak pernah menghabiskan biaya sepeser pun di klub itu, dia mengatakan kepadaku agar mempergunakannya sesuka hati, di mana sesudah saya lelah bekerja sudah seharusnya bersantai sejenak di sana, belum lagi memang perusahaan membutuhkan perluasan hubungan masyarakat. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih pada Bos, tapi kartu keanggotaan VIP itu tetap tidak pernah saya pergunakan sampai saya meninggalkan perusahaan itu.
 
Saya tidak pernah memberitahu Bos kenapa saya tidak pernah menggunakannya, tapi dalam hatiku sangat jelas bahwa itu merupakan “kemewahan” yang tidak sanggup dijangkau oleh gajiku, juga merupakan “kemewahan” yang tidak sanggup ditanggung oleh kemampuanku, jadi jika membiarkan perusahaan membayarkan konsumsi pribadiku, saya merasa sangat berdosa; lebih menakutkan diriku adalah setelah saya memupuk kebiasaan “bermewahan” ini, lalu ketika suatu hari nanti saya kehilangan “kemewahan” ini, saya akan lebih menderita lagi; dikarenakan saya tidak mampu untuk menjangkaunya, maka saya tidak berani mencobanya dan tidak berani memilikinya, juga tidak berani belajar bermewah-mewahan.
 
Memanipulasi keinginan manusia selalu menjadi jurus maut dari semua perusahaan merek terkenal, Louis Vuitton tumbuh cepat juga bergantung pada nafsu keinginan manusia untuk mencari kemewahan, tetapi dia juga membuat manusia terjerumus ke jurang nafsu keinginan yang sulit terisi penuh; perusahaan lainnya Coach juga mempromosikan kemewahan yang sanggup dijangkau (affordable luxury), perusahaan ini juga tumbuh berkembang cepat; tampaknya “kemewahan” adalah milik orang kaya raya, kemewahan yang mampu dijangkau baru merupakan kenyataan sesungguhnya yang harus diakui oleh orang banyak seperti anda dan saya. Jika kita mampu memahami kemampuan sendiri dan mengendalikan prilaku sendiri, baru kita memiliki kesempatan untuk benar-benar menjadi majikan daripada diri kita sendiri.
 
Kemewahan dan kesenangan adalah keinginan umum dari manusia, tiada seorang pun yang tidak suka pada kemewahan dan kesenangan. Hanya saja ada orang yang menikmati kemewahan sesuai dengan kemampuan mereka, namun ada orang yang menikmati kemewahan dengan memanipulasi keuangan mereka, sama seperti banyak orang muda yang mempergunakan kartu debit atau kartu kredit untuk meminjam uang dengan mengagunkan penghasilan mereka di masa mendatang; tentu saja, juga ada orang yang menggunakan jabatan untuk menikmati kemewahan, banyak PNS atau manajer senior menggunakan sumber daya yang disediakan oleh pemerintah atau perusahaan untuk menikmati kemewahan dengan mengatas namakan urusan kantor;  tentu saja, juga ada orang yang menikmati kemewahan dengan mengandalkan keluarga, banyak anak muda yang menggunakan dan menghabiskan uang orangtua untuk bermewah-mewahan, berlagak seperti anak orang kaya saja, di mata mereka seolah-olah kemewahan itu adalah hal yang wajar, benar-benar tidak mampu menahan diri!
 
Sebetulnya kemewahan adalah sejenis racun yang mendatangkan kecanduan, setelah anda memilikinya, tentu anda akan takut kehilangan, begitu kehilangan, langsung mendatangkan penderitaan tak tertahankan.

Ini adalah alasan mengapa ketika masih muda dulu, saya tidak mau menggunakan kartu keanggotaan klub. Saya takut sejak saat itu saya tidak akan mampu lagi meninggalkan pekerjaan itu, tidak mampu dipisahkan lagi dari perusahaan itu, karena saya sudah terbiasa dengan kemewahan yang diberikannya. 
 
Jika saya memakai obat penenang yang diberikan perusahaan itu, maka sejak saat itu saya tidak akan berani mengambil risiko dari kehilangan pekerjaan, sejak saat itu saya memanjakan diri dalam zona nyaman yang diberikan oleh orang lain.

Tentu saja, saya juga tidak berani memberikan kemewahan kepada anak-anakku yang melebihi kemampuan mereka sendiri, karena saya tahu bahwa keinginan mereka perlu dicapai oleh mereka sendiri nantinya.
 
Jika terlalu dini memberikan kesenangan terlalu banyak pada mereka, itu hanya akan membuat kemampuan mereka untuk bertahan hidup menjadi rendah, hanya membuat mereka menjadi budak nafsu keinginan untuk mencari kemewahan saja, kasih sayang orangtua dapat berubah menjadi racun mematikan ketika mereka menghadapi lingkungan yang sulit.

Saya juga melihat banyak orang muda yang dikarenakan terlalu dini memiliki kemewahan di luar jangkauan mereka, apakah itu adalah karena keberuntungan sesaat, atau nasib membawa mereka mendadak kaya, atau benar-benar memiliki kemampuan, namun begitu lingkungan berubah, sejak itu mereka pun tenggelam ke dalam jurang nafsu keinginan. 
 
Oleh karena itu, saya juga tahu bahwa walau pun mampu bermewah-mewahan, juga harus digunakan dengan hati-hati, karena itu adalah perangkap yang dibuat oleh setan nafsu keinginan yang senantiasa bersiap sedia untuk menculik jiwa anda.
 
 
無力負擔的奢華
                                                                                                            /何飛鵬

民國七0年代,來來飯店開幕不久,那是台北最著名的豪華飯店,而它的十七樓會員俱樂部更是富商巨賈雲集的場所。擁有一張來來十七樓的會員證,就是尊貴的象徵。
 
當時,我換了一個工作,新老闆為了表示肯定,替我買了一張來來飯店的會員證,並告訴我,所有的消費由公司埋單。我非常感謝老闆的賞識,但我從來沒去使用過。
 
半年過後,老闆發覺我沒有任何消費,十分訝異,他告訴我,儘管去用,工作辛苦,放鬆一下也是應該的,更何況,替公司做公關也是必要的。我再一次謝謝老闆的厚愛,但那一張貴賓卡,一直到我離開那家公司,仍然是一張沒用過的呆卡!
 
我 沒告訴老闆我不去使用的原因,但我內心清楚,那是我薪水不能負擔的「奢華」,那也是我能力不能負擔的「奢華」,讓公司負擔我個人的消費,我覺得罪惡;我更 害怕的是,一旦我養成這樣的「奢華」習慣,當我失去時,我會更痛苦,因為我無力負擔,我就不敢嘗試,不敢擁有,也不敢奢華成習。

操縱人類的慾望,一向是所有精品公司的拿手絕活,LV靠的是人類的奢華慾望,快速成長,但也讓人類走向慾望難填的深淵;另一家公司Coach喊出能負擔的奢華(affordable luxury),也大獲成長,顯然「奢華」是豪門巨富的事,能負擔的奢華才是大眾你我的真實。瞭解自己的能力,控制自己的行為,才有機會真正做自己的主人。
 
奢華、享樂,都是人類的共同慾望,沒有人不喜歡奢華享樂。只 不過有的人是用自己的能力享受奢華,有的人是用財務槓桿享受奢華,就如同許多年輕人用現金卡、信用卡,預借未來的收入;當然還有人用職務享受奢華,許多的 公務員、高階經理人,用政府及公司提供的資源,以公務為名,行自我享樂之實;當然還有人因親情享受奢華,許多的年輕人,用的是父母的錢,花起錢來,宛如豪 門富家子弟,奢華在他們眼中彷彿理所當然,完全不需要自我約束! 

但奢華是會上癮的毒藥,一旦擁有,就怕失去,一旦失去,就痛苦難堪。
 
這是我年輕時為何不肯使用來來會員俱樂部的原因。我怕我從此離不開那個職位,離不開那家公司,因為我已​​經習慣優渥、習慣奢華。
 
但那都是公司給予的安定劑,我從此不敢冒險犯難,從此喪失鬥志,沉迷在接受別人餵養的舒適圈中!

當然,我也不敢給自己的兒女超過太多他們自己能力的奢華,因為我知道,他們的慾望,需要用自己的能力去完成。

太早擁有太多享樂,只會讓他們的生存能力變差,只會讓他們變成奢華慾望的奴隸,父母的親情,可能化為他們面臨艱困環境時的毒藥。
 
我還看到許多年輕人,因為太早擁有自己無法負擔的奢華,不論是一時走運,或者因緣際會一步登天,還是真有能力、真有實力,只要環境改變他們就從此沉淪慾望深淵。

因此我更知道,就算有能力負擔的奢華,也要謹慎使用,因為那是慾望魔鬼設下的陷阱,隨時準備綁架你的靈魂