Sabtu, 04 Agustus 2012

Kakek dan Pencuri

Dalam belajar ajaran Buddha, kita harus belajar menyadarkan diri sendiri dan orang lain.
Dalam “menyadarkan diri sendiri”, harus senantiasa melakukan refleksi pada aktifitas tubuh, ucapan dan pikiran, jika ada tutur kata atau prilaku yang kurang pantas atau salah, maka kita harus memecut diri sendiri agar di kemudian hari dapat lebih bersungguh hati lagi.

Sedangkan dalam “menyadarkan orang lain”, harus memberi bimbingan sesuai kesempatan yang ada dan kemampuan batin setiap orang, Sang Buddha mengatakan bahwa semua makhluk memiliki 84 ribu macam kerisauan dan pemikiran setiap orang tidaklah sama, karena tidak sama, maka dalam membimbing semua makhluk harus mempergunakan metode yang disesuaikan dengan kemampuan batin setiap makhluk, juga pada waktu dan tempat yang sesuai pula, sehingga ajarannya dapat terserap ke dalam batin, dengan demikian baru merupakan ajaran yang baik. Intinya adalah mesti benar-benar terserap ke dalam batin semua makhluk.
Ada sebuah kisah yang terjadi pada suatu desa di Nara Jepang ---

Pada sebidang tanah yang lapang dan kosong, berdiri sebuah rumah yang didiami oleh kakek Seikuro dan anak perempuannya.

Pada suatu malam di musim dingin, di mana salju turun dengan disertai angin kencang, sehingga udara dingin masuk ke rumah melalui lubang bolong di dinding. Sepasang ayah dan anak ini sudah pun tertidur dengan lelap, sedangkan hujan salju di luar turun semakin lebat.
Tiba-tiba pintu rumah terbuka dan dua orang berjingkat-jingkat masuk ke dalam rumah. Begitu mendengar suara dengkur dari penghuni rumah, mereka dengan tenang mencari-cari barang berharga, tetapi ternyata hanya menemukan dua karung padi. Ketika hendak ke luar dengan masing-masing memanggul sekarung padi, kakek Seikuro tiba-tiba batuk dan terbangun, saat menemukan ada orang di luar pintu, dia bertanya: “Siapa?” Mendengar pertanyaan ini, kedua pencuri terkejut dan terjatuh. 

Kakek Seikuro berdiri dan ke luar rumah, ketika melihat ada dua orang tergeletak di atas tanah, dia berkata dengan suara sangat tenang: “Di luar badai salju sangat besar, karena anda berdua telah datang bertamu di tengah malam, mari masuk untuk minum secangkir teh hangat!”
Mendengar perkataan itu, kedua pencuri itu saling pandang dan berpikir dalam hati: Kakek ini sudah pun tahu kami adalah pencuri, mengapa masih bersikap demikian baik pada kami? Benar-benar orang bodoh!

Kakek menyapa mereka dengan ramah: “Mari masuk! Di luar sangat dingin, mari!” Pencuri menganggap kakek sudah pikun, jadi tidak perlu ditakuti, mereka lalu masuk dengan lenggang sombong. Kakek lalu membangunkan anak perempuannya, memintanya untuk memasak air dan menyeduhkan teh.

Kakek berkata kepada pencuri: “Saya sungguh merasa kurang enak di hati, sebab dalam udara sedemikian dingin, masih harus merepotkan kalian untuk datang ke mari, sungguh terima kasih sekali!” Pencuri merasa heran mendengarnya dan berpikir dalam hati: Anda jelas-jelas tahu kalau kami adalah pencuri, mengapa harus meminta maaf dan berterima kasih kepada kami?

Salah seorangnya lalu bertanya: “Bapak tua, tahukah anda apa tujuan kami ke sini?” Kakek menjawab: “Tahu! Namun maaf sekali, walau pun saya memiliki sedikit lahan sawah, namun tahun ini hasil panen kurang baik, sehingga hanya memperoleh dua karung padi ini. Dulu saya pernah berhutang pada kalian, jadi sudah seharusnya saya bayar, sungguh merepotkan kalian untuk datang begitu jauh mengambilnya, benar-benar berterima kasih sekali pada kalian!”

Saat ini anak perempuannya datang dengan membawa teh hangat, kakek berkata: “Udara begitu dingin, mari minum teh hangat!” Kedua pencuri itu merasa sangat malu di hati, kemudian bertanya: “Kapan anda pernah berhutang kepada kami?”

Kakek berkata: “Mungkin di masa kehidupan lampau! Jika dulu tidak pernah berhutang dan tidak bayar, kalian tentu tidak akan datang ke sini malam-malam begini; lagipula di desa ini ada begitu banyak rumah orang kaya, ternyata kalian malah datang ke tempat terpencil ini, sudah tentu kita ada jalinan jodoh.”

Pencuri satunya lagi yang sedari tadi diam membisu, saat ini tidak dapat menahan diri dan segera berlutut, dia berkata dengan penuh hormat: “Sungguh malu sekali! Lama mendengar cerita di desa bahwa Bapak Seikuro adalah orang baik yang memperlakukan orang lain dengan tulus, kami malah menganggap anda sebagai orang bodoh, benar-benar sangat malu sekali!”

Kemudian dia melanjutkan: “Saya juga pernah mencoba untuk menjadi orang baik-baik, namun sulit sekali untuk memulai dari awal, hidup sudah sedemikian susah, bagaimana mungkin dapat berbuat kebajikan pula?”
Kakek berkata: “Kehidupanku juga sangat susah, namun hari-hari tetap dapat dilewati dengan baik. Sebetulnya, kehidupan miskin sangat menyenangkan, sebab tiada ganjalan batin, nyaman dan bebas dari kerisauan, ini adalah kehidupan yang paling bebas tanpa kekangan.”
Kedamaian dan keleluasaan yang ditampilkan dari dalam  lubuk hati kakek ini membuat pencuri merasa sangat terharu, lalu berpikir dalam hati: Bapak tua ini menangani masalah dengan tenang dan penuh penguasaan diri, lagipula dapat bersikap begitu suka cita dalam menghadapi kemiskinan, pengasuhan dirinya tentu sangat hebat. Maka dia bersujud di lantai dan berkata: “Akhlak anda demikian tingginya, saya ingin berguru pada anda, mohon anda menaruh wela asih dan menerima diriku!” Pencuri lainnya juga berkata: “Saya juga ingin belajar jadi orang baik-baik, harap anda juga menerimaku sebagai murid!”  

Kakek berkata dengan rendah hati: “Saya sama seperti kalian juga sedang belajar, mari kita sama-sama belajar, saling memecut diri dan memberi dorongan  satu sama lainnya!” Dikarenakan kedua orang ini memang sangat ingin menjadi orang baik-baik, mau menghormati guru dan mengikuti ajarannya, maka keduanya bersujud dengan sangat hormat dan mengangkat kakek sebagai guru mereka.

Ternyata kakek Seikuro adalah seorang umat Buddha yang dalam kesehariannya memang sangat bersungguh hati dan giat membina diri, dia selalu memperlakukan orang dengan hati tulus dan penuh cinta kasih, maka ketika kondisi buruk timbul di hadapan, dia tetap dapat menjaga ketenangan diri, dia berhasil mengembangkan kebijaksanaan dan kewelas asihan untuk membimbing orang sesuai kemampuan batinnya, sehingga berhasil menyadarkan kedua pencuri itu untuk menuju ke jalan yang benar.

Penguasaan diri dan kebijaksanaan diri ini berasal dari pembinaan diri dalam keseharian yang giat tanpa kenal kendur. Dalam pembinaan diri memang harus dimulai dari diri sendiri, jika batin sendiri sudah dapat diselaraskan, tak peduli bertemu dengan kondisi bagaimana pun, tetap akan dapat menenangkan diri, serta mengembangkan kebijaksanaan untuk merubah hal tidak baik menjadi hal baik. Dari itu, dalam keseharian, kita harus setiap saat melakukan refleksi diri dan lebih bersungguh hati lagi!
老先生與小偷
學佛要學習自度、度人,「自度」必須時刻反省自己的身、口、意三業,若言行不當或有過失,則必須鞭策自己更用心。

「度人」則必須應機施教,佛陀說眾生有八萬四千煩惱,人人的心念都不同,既然不同,就必須因時因地、運用適合眾生根機的方法來化導眾生,使教法深入其心,如此才是妙法!關鍵是,必須真正深入眾生的心。

有一個故事發生在日本奈良鄉下──

在那片廣漠的土地上,有一間孤伶伶的屋子,住著青九郎老先生和他的女兒。

某個嚴冬的夜裡,風雪交加,寒風從屋子牆壁的破洞鑽進屋內。這對父女都睡得很沈,而外面的風雪愈來愈大。

忽然,小屋的門開了,兩個人躡手躡腳地潛入。他們聽到沈沈的鼾聲,就很安心地到處翻找東西,卻只找到兩包稻米。當他們各自揹一包稻米向門外走去時,青九郎老先生突然咳了一聲,醒了,他發現門外有人,問道:「是誰啊?」小偷聽到這突然的一問,嚇了一跳,腳沒踩穩就跌倒了。

老先生起身走到門外,看到兩人跌倒在地,很平靜地說:「外面風雪這麼大,兩位半夜來造訪,趕緊進來喝一杯熱茶吧!」
兩個小偷聽了,面面相覷,心想:這老先生明知我們是小偷,為何對我們這麼好?分明是個傻瓜嘛!

老先生又親切地招呼他們說:「進來啊!外面這麼冷,來吧!」小偷以為他是個癡呆老人,沒什麼好怕的,於是大搖大擺地走進屋裡。老先生果然喚醒女兒,要她燒水泡茶。

老先生對小偷說:「實在很不好意思,這麼冷的天氣還勞駕你們來這裡,感恩你們!」小偷聽了覺得莫名其妙,心想:你明明知道我們來偷東西,為何向我們道歉、感恩呢?

其中一位就問說:「老先生,你知道我們來這裡做什麼嗎?」老先生說:「知道啊!但是很抱歉,我雖然有兩分多的田地,可是今年欠收,總共才收了這兩包稻米。過去欠你們的,原本就應該還,勞駕你們跑這麼遠來拿,真的很感恩你們!」

此時,女兒端著熱騰騰的茶出來了,老先生就說:「天氣很冷,來,喝個熱茶吧!」兩個小偷打從心裡覺得慚愧,剛才那位又問說:「你何時跟我們借過東西呢?」

老先生說:「可能是在過去生吧!如果以前沒有欠債不還,你們也不會在這麼晚的時候來到這裡;而且村裡有那麼多有錢人家,你們卻偏要來這荒蕪之地,可見一定是有因緣的啊!」

另一個一直沈默不語的小偷,這時再也忍不住了,他跪下來,並且五體投地說:「真的很慚愧!村裡盛傳青九郎老先生是誠懇待人的大好人,而我們卻以為您是傻瓜,實在很慚愧!」

他接著又說:「我也曾想重新做人,但是要從頭開始談何容易啊!生活都有困難了,如何做善事呢?」

老先生說:「我的生活也很困難,可是日子一樣可以過啊!其實,清貧的生活很舒服,因為心無掛礙、輕安自在,這是最逍遙的人生。」

老先生這分從內心流露出來的安詳自在,讓這位小偷 很感動;他心想:老先生處事泰然,具足定力,而且對清貧的生活如此甘之如飴,內心的修養一定很深厚!於是叩頭禮拜,說:「您的品德這麼崇高,我希望能拜您 為師,請您一定要慈悲接受!」另一位小偷也說:「我也很想學好,請您也收我為徒!」

老先生謙虛地說:「我和你們一樣還在學習中,我們一起來學,相互鞭策鼓勵吧!」由於這兩個人決心改過向善、尊師奉道,所以很恭敬地叩頭,禮拜老先生為師。

原來青九郎老先生是位佛教徒,平時修行非常用心、精進,待人誠懇也很有愛心,所以逆境現前時具足定力,發揮智慧與慈悲來觀機逗教,感化兩個小偷回心向善。

這分定力與智慧,來自於平時精勤不懈的自我修養。修行一定要從自己做起,心若調整得好,不論遇到什麼狀況都能鎮定面對,並且發揮智慧將惡事轉往善的方向。所以,平日一定要時刻反省,要多用心

Tidak ada komentar:

Posting Komentar