Rabu, 08 Agustus 2012

Bodhisattva yang berbuat dengan hati suka cita akan hidup demi bekerja


Dalam masyarakat, banyak orang “bekerja demi hidup”, sehingga selalu saja mudah timbul perasaan lelah, malas dan menderita; namun jika dapat memahami akan makna kehidupan, tentu akan “hidup demi bekerja”, sehingga pandangan terhadap segala macam kelelahan jasmani dan batin akan berubah jadinya.

Di Taiwan ada pepatah mengatakan “ayam kebiri menyeret bakiak”, di mana kehidupannya tetap harus dijalani, ini merupakan gambaran dari bekerja demi hidup. Pada masa lampau di daerah perdesaan, ayam-ayam dipelihara tanpa kandang dan hanya dikelilingi dengan pagar saja, supaya ayam tidak hilang, maka pada kakinya diikatkan sebuah bakiak, akibatnya ayam hanya dapat mencari makanan dengan menyeret bakiak yang berat. Ini menggambarkan kondisi orang yang terpaksa harus bekerja demi hidup.

Berbuat dengan ikhlas dan menerima hasilnya dengan suka cita, hati suka cita dan diri bebas leluasa

Dalam kata perenungan ada sepatah “Berbuat dengan ikhlas dan menerima hasilnya dengan suka cita”, ada orang yang mengatakan “Berbuat dengan suka cita dan menerima hasilnya dengan ikhlas”, artinnya berbeda sama sekali. “Berbuat dengan ikhlas” adalah diri sendiri telah berikrar tekad yang bulat, jadi walau lebih susah sekali pun, tetap ingin berbuat, “ikhlas” adalah keinginan yang berasal dari lubuk hati, maka jika berbuat dengan ikhlas, tentu dengan sendirinya semakin berbuat akan semakin bersuka cita, merasa nyaman dan bebas dari beban pikiran.

Lain pula dengan “Berbuat dengan suka cita dan menerima hasilnya dengan ikhlas”, sebetulnya “Berbuat dengan suka cita” tidak pasti benar, contohnya ada sebagian para kawula muda sekarang, mereka berpakaian dengan tidak karuan dan bertindak urakan, rambut dicat warna warni, jika ditanya mengapa demikian, dia mungkin akan menjawab: “Asal saya suka, apa yang tidak boleh?” Orang berpenampilan tidak karuan seperti ini menunjukkan kalau arah batinnya telah menyimpang, tanpa moral dan etika, serta tiada lagi sopan santun bagi mereka. Pakaian yang rapi dan penampilan yang bermartabat melambangkan kesopanan, juga merupakan sikap hormat pada diri sendiri dan orang lain, inilah kelakuan yang baik dan merupakan prinsip kebenaran.

Ketika menyaksikan begitu banyak relawan yang mempersembahkan waktu, jiwa dan tenaga untuk bersumbangsih dengan ikhlas demi orang banyak, apalagi mereka menganggap tindakan bersumbangsih sebagai tujuan hidup yang paling bermakna, inilah yang disebut dengan “hidup demi bekerja”, juga merupakan sebuah panggilan jiwa dalam kehidupan ini. Contohnya para relawan yang dengan segenap kemampuan menggalakkan misi pelestarian lingkungan, mereka tidak pernah berubah sedikit pun selama puluhan tahun, mereka bukan saja mengumpulkan dan memilah barang daur ulang saja, di dalamnya juga terkandung banyak pengetahuan; dari itu, tak peduli tua atau muda, berpendidikan tinggi atau rendah, setiap orang memiliki banyak pengalaman tentang pelestarian lingkungan yang dapat dibagikan kepada orang-orang.

Memandang profesi sebagai misi untuk mengembangkan nilai kehidupan

Jika setiap orang dapat memandang profesi bagaikan misi, sebagai bidang usaha yang ditekuni dengan keikhlasan seumur hidup, maka tentu akan menjadi “Bodhisattva berbuat dengan hati suka cita” sebagaimana disebutkan dalam ajaran Buddha, dapat berpartisipasi dengan hati suka cita seakan bermain-main dan sangat ikhlas, sehingga tidak akan terasa susah.

Contohnya banyak dari personil bidang medis yang seharian sibuk demi menyelamatkan nyawa dan melindungi kesehatan manusia, mereka juga dapat berpartisipasi dakan kegiatan pelestarian lingkungan dalam masa liburan mereka, berbuat nyata demi menyayangi bumi ini, bahkan kalau diperlukan juga akan ikut dalam bakti sosial pengobatan, kunjungan pengobatan, kunjungan kasih, membantu orang miskin dan sakit yang tidak mampu mengurus diri sendiri untuk membersihkan rumah mereka, ini semua adalah “hidup demi bekerja”.

Lihat, dunia ini penuh dengan penderitaan, kita semua hidup di atas bumi yang sama, jika ingin menjauhkan bencana, maka kita harus menghimpun kekuatan dari setiap orang, barulah ada kemungkinan untuk berhasil; dari itu, jika kita memiliki suatu keahlian, maka kita harus berbuat sekuat tenaga sesuai dengan keahlian kita, jika berbuat dengan ikhlas, tentu akan berkerja dengan gembira dan benar-benar akan dapat mengembangkan nilai kehidupan kita.

Dikutip dari “Economic Daily News”
 
菩薩遊戲人間 為工作而生活
 
在社會上,有很多人都是「為了生活而工作」,往往容易產生倦怠與痛苦;倘若了解人生的意義,就能「為工作而生活」,種種身心疲憊的狀況,就會為之改觀。

臺灣有句俗諺「閹雞拖木屐」這種得過且過,可說是為生活而工作的寫照。早期鄉間養雞不用籠子,只是圍個籬笆,避免雞隻走失,就在牠的腳上綁一只木屐,讓雞因為重物繫縛只能拖著走覓食。以此比喻人為了生活,不得不工作的無奈。

甘願做歡喜受 心歡喜人自在

《靜思語》有句「甘願做,歡喜受」,有人說成「歡喜做,甘願受」,意涵完全不同。「甘願做」是自己發心立願,因此再辛苦都會心甘意願,「甘」就是甜,有甜就不會苦;「願」,就是發自內心願意做,以這分心甘意願付出,自然愈做愈歡喜,而輕安自在。

倘若是「歡喜做,甘願受」,其實「歡喜做」的事未 必是對的,就如有些年輕人,穿著邋遢、舉止輕浮,頭髮染得五顏六色,若問他為何如此,他可能會說:「只要我喜歡,有什麼不可以?」像這樣外表邋遢,就表示 心靈的方向已經偏失,缺乏倫理道德觀念,沒有禮節可言;服裝整齊、儀容端莊代表禮貌,也是對自他的尊重,這 就是規矩、道理。

看到許多志工們奉獻時間、心力,甘願地為人群付出,而且將付出視為最有意義的人生目標,這就是「為工作而生活」,也是人 生使命。諸如志工們推動環保不遺餘力,十餘年如一日,他們並非僅是將資源集中分類而已,其中也蘊含很多學問;因此不論年紀大小、學歷高低,個個都有滿腹的 環保經驗可以侃侃而談或作分享。

視職業如志業 發揮人生價值

倘若人人能將職業視如志業,是終身志願的事業,就會如佛教所說的「菩薩遊戲人間」,以遊戲般的歡喜心,很甘願地投入,而不會覺得辛苦。

如許多醫護人員平日為搶救生命、守護健康而忙碌,休假時又能投入環保工作,為疼惜地球盡一分力,甚至有需要時還參與義診、往診、居家關懷,幫忙貧病無力者打掃房子等,這都是「為工作而生活」。

看看世間苦難偏多,我們都是共同生活在這片土地上,要消弭災難必須匯聚每個人的力量才有可能;因此,具有何種專長,就在該領域全力以赴,如此能夠心甘意願,就會樂在工作,真正發揮人生的價值。

本文摘自:《經濟日報

Tidak ada komentar:

Posting Komentar