Senin, 26 Maret 2012

Orang tua yang banyak akal dan tidak mementingkan diri sendiri

Puluhan tahun lalu, pada sebuah desa kecil dekat tepi laut di Jepang terjadi sebuah kisah yang sangat mengharukan orang.
 
Pada bulan Juli suatu tahun, vihara di bawah gunung mengadakan sebuah upacara keagamaan dan semua penduduk desa menghadirinya, hanya ada seorang kakek berusia 80-an dan cucunya yang tinggal di puncak gunung tetap berada di rumah karena tidak leluasa untuk berjalan jauh.
 
Ketika hampir senja, kakek ke luar dari rumah untuk jalan-jalan, sebentar-bentar ada angin gunung menghembus datang, kakek merasa sangat aneh sebab angin ini terasa lengket di badan dan tidak seperti biasanya. Tiba-tiba dia merasakan ada getaran gempa, walau tidak kuat, namun berbeda dengan gempa biasanya, gempa ini terjadi perlahan-lahan dan bergoyang dengan perlahan-lahan pula, dia tidak pernah bertemu dengan gempa seaneh ini. 
 
Kakek teringat akan perkataan kakeknya dulu ketika dia masih kecil, jika di tempat jauh terjadi gempa bumi, di sini juga akan terasa getarannya. Tanpa disadari dia memandang ke arah laut.... Eh! Kenapa air laut menjadi hitam? Lagipula gelombang ombak berbeda dari biasanya, ombak biasa datang dari jauh dan mendekat ke pantai, menghantam ke pantai dan surut kembali ke laut, namun ombak kali ini bagaikan dinding kokoh dan semakin lama semakin mendekat.
 
Gawat! Ini pasti tsunami besar yang diakibatkan oleh gempa dahsyat sebagaimana pernah dikatakan kakeknya dulu.
 
Kakek segera memanggil cucunya untuk mengambilkan obor, tanpa ragu-ragu dia membakar tanaman padi yang baru dipanen dan setumpuk demi setumpuk rumput kering, seketika nyala api merambat sampai ke gudang.
 
Pada saat itu, semua warga desa sedang berkumpul di tepi laut untuk menyaksikan air laut yang berubah warna, namun begitu menyaksikan di atas gunung terjadi kebakaran, semuanya pada berlarian ke atas gunung untuk memadamkan api, namun kakek mencegah mereka untuk memadamkan api. Warga desa di bawah gunung terus berdatangan ke atas gunung, sampai semua warga di bawah gunung telah tiba, barulah kakek mengijinkan mereka memadamkan api.
 
Warga bertanya kepada kakek mengapa terjadi kebakaran? Mengapa pula mencegah warga memadamkan api? Cucu yang berdiri disamping berkata dengan ketakutan: “Kakek sudah gila! Dia terus melakukan pembakaran.”
 
Kakek menunjuk ke arah laut dan berkata: “Coba kalian lihat!” Semua orang melihat dan seketika tercekam rasa takut sampai melongo.
 
Air laut menerjang daerah pantai dengan dahsyat, rumah-rumah di bawah gunung bagaikan kotak korek api mengapung di atas permukaan air. Puluhan menit kemudian, air laut perlahan-lahan surut kembali dan semua rumah ikut terbawa ke dalam laut.
 
Pada saat ini semua warga desa baru mengerti kalau kakek membakar semua tanaman padi dan gudangnya untuk menyelamatkan nyawa semua orang.
 
 
Dengan senantiasa mendengar, mengamati dan merenungkan dengan sepenuh hati, barulah ketika terjadi kondisi darurat, kita dapat mengembangkan kebijaksanaan untuk menyelamatkan diri sendiri dan orang lain dari kesulitan.
 
機智無私的老人
 
幾十年前,在日本一個臨海的小山村裡,發生一件很感人的故事。
 
某年七月,山下的寺院舉行法會,所有村民都去參加了,只有住在山頂的八十多歲老人和孫子不便遠行,留在家裡。
 
近黃昏時,老人走出房子散步。陣陣山風吹來,老人覺得奇怪,風吹在身上黏黏的,和平常不同;忽然他感到有地震,雖然不強,但和平常的地震也不一樣,是慢慢地發生,也緩緩地搖盪,他從來不曾遇到這麼奇怪的地震。
 
老人想起小時候阿公曾告訴他,如果遠方發生大地震,這裡也會感到震動。他不經意地望向海面……咦?海水怎麼變成黑色?而且海浪和平日不同──平常的海浪是從遠而近,一波波地捲來又退去;現在卻像一層堅硬的牆壁,愈來愈近!
不得了!這一定是阿公說的──大地震引起的大海嘯!
 
老人趕緊叫孫子拿火把來,然後毫不猶豫地引燃剛收成的稻穀和一堆堆乾草,火勢一下子就蔓延到倉庫……
 
當時所有村民正聚在海邊看變色的海水,一發現山上失火了,紛紛跑上山來要滅火,老人卻阻止大家滅火。山下的村民繼續衝上山來,直到全村的人都到齊了,老人才讓大家滅火。
 
村民問老人為什麼會失火?為什麼阻止大家滅火?老人的孫子在一旁害怕地說:「阿公瘋了!一直點火!」
 
老人指著海面說:「你們看!」大家轉頭一看,不禁嚇得目瞪口呆……
 
海水似千軍萬馬般衝上海岸,山下所有房子都像火柴盒一樣在水上漂浮。幾十分鐘後,海水才慢慢退去,所有房子也隨著流入海裡了。
 
這時村民才明白,老人點火燒了自己所有稻穀和倉庫,是為了拯救大家啊!
 
 
時時刻刻用心地聆聽、觀察、思考,才能在緊急狀況發生時,發揮智慧幫助自己及別人度過難關。

Tidak ada komentar:

Posting Komentar