Senin, 26 Maret 2012

Mengingat asal diri di hari Cengbeng, berbakti pada orangtua adalah kewajiban manusia

“Hari ini adalah hari Cengbeng (hari ziarah makam bagi etnis Tionghoa), sebagaimana sebutannya ‘cengbeng’, kita semestinya paham akan makna ‘cengbeng’, ‘ceng’ artinya tidak tercemar, ‘beng’ artinya sangat jelas. Setiap orang harus mengerti kalau kepatutan dan moral manusia bersumber dari batin, setiap orang harus menjaga moral mendasar, yaitu berterima kasih pada kedua orangtua dengan hati bersyukur, darimana datangnya tubuh kita ini? Kita harus mengingat pada budi luhur orangtua. Maka orang dulu mengatakan, berbakti pada orangtua adalah urutan pertama dari segala kebajikan, ini menjelaskan pentingnya berbakti pada orangtua, terutama di kala kedua orangtua masih hidup, kita harus baik-baik berbakti pada orangtua.” Dalam pertemuan pagi ini dengan relawan, Master Cheng Yen berceramah akan makna berbakti pada orangtua dengan menjelaskan tentang arti daripada hari Cengbeng.

Memberi perhatian pada makam orangtua harusnya timbul dari dalam lubuk hati, berbakti dan membalas budi orangtua harus dilakukan dengan segera

Bagaimana caranya kita berbakti pada orangtua? Master mengatakan kalau itu dapat dilakukan dengan bersikap patuh pada orangtua, tidak boleh ada pikiran untuk membantah terhadap orangtua. Master mengatakan, “Murid Konghucu bertanya padanya tentang bakti pada orangtua, Konghucu menjawab ‘air muka sulit dikendalikan’, sulit sekali untuk menyelaraskan air muka terhadap orangtua. Orang sekarang bukan saja tidak memperlihatkan air muka yang baik kepada orangtua, sikap juga kurang hormat pada orangtua, orangtua berdiri dan berkata dengan serius pada anak, anak malah duduk menyilangkan kaki. Sekarang jarang mendengar ada anak yang berkata: Saya tidak berani mengatakannya, takut orangtuaku nanti marah! Jarang sekali ada anak yang bisa mempertimbangkan perasaan orangtua, moral mendasar berupa kepatutan moral itu sudah tidak ada lagi.”
 
Master mengungkit bahwa kadangkala ada mendengar para arsitek berbagi cerita, keluarga sekarang kalau hendak membangun rumah baru, selalu terlebih dahulu memikirkan di mana kamar tidur anak dan tempat belajar anak, barulah memikirkan kamar tidur diri sendiri, terakhir menyisakan lokasi yang tidak begitu strategis untuk kamar tidur orangtua, semua ini membuat orang sedih mendengarnya; ketika orangtua meninggal dunia, barulah berpikir untuk mengadakan upacara pemakaman meriah dan membangunkan makam megah untuk mengenang orangtua, akan tetapi makam itu berada di daerah luar kota yang sepi dan dipenuhi semak belukar, sungguh kesepian sekali! Ini benar-benar menjungkir-balikkan mana yang utama dan mana yang sekunder. Ada pepatah Taiwan mengatakan, “Ketika orangtua masih hidup, memberikan oleh-oleh berupa sebutir kacang pada orangtua, ketika orangtua sudah meninggal, barulah bersembahyang dengan kepala babi.”  Artinya berbakti pada orangtua seharusnya dilakukan ketika orangtua masih hidup, bukan sesudah orangtua meninggal dunia.

Pembakaran kertas sembahyang hanya memperburuk gejala pemanasan global, jangan membunuh demi bersembahyang pada leluhur

Niat dan sikap berbakti pada orangtua bukan hanya untuk satu hari atau sesaat saja, Master mengambil contoh relawan Li Zongji. Pada masa kecilnya, Li Zongji hidup dalam keluarga miskin, ayahnya telah meninggal dunia dini sekali dan dia dibesarkan oleh ibunya, dia sangat berbakti pada ibunya, di kemudian hari ketika dia sangat berhasil dalam usaha transportasi laut, dalam upacara pelayaran pertama kapal perusahaannya, pengguntingan pita tidak pernah dilakukan oleh pejabat atau tamu terhormat, selalu dipimpin oleh ibunya. Ketika ibunya meninggal dunia, dimakamkan pada tanah pemakaman terdekat, dia setiap hari pergi ke makam ibunya untuk membersihkan makam dan berbicara dengan ibunya, tidak pernah terhambat sekali pun oleh hujan dan angin. Master memberi pujian, “Li Zongji baru merupakan Cengbeng sesungguhnya, setiap hari merupakan hari Cengbeng baginya, dia memimpin orang dengan akhlak baik, juga mendidik anak dengan akhlak baik, sekeluarganya merupakan insan Tzu Chi, ini barulah cengbeng sesungguhnya, memberi perhatian pada makam orangtua adalah bentuk berterima kasih pada budi luhur orangtua.”

Master berceramah, “Hari Cengbeng adalah saat memberi perhatian pada makam orangtua, membersihkan makam para pendahulu dan mengenang budi leluhur, kita harus memberitahu anak-anak akan akhlak leluhurnya, dapat mengenang akhlak leluhur baru merupakan bentuk memberi perhatian pada makam orangtua sesungguhnya. Tetapi jangan membakar kertas sembahyang dan mempersembahkan daging hewan, membakar uang kertas akan memercikkan api yang dapat membakar ladang rumput nan luas; mempersembahkan daging hewan adalah bersembahyang dengan mayat, semestinya mengenang akhlak dengan hati tulus, ini barulah makna dari memberi perhatian pada makam orangtua di hari Cengbeng.”

Bumi merekah dan kering sebagai sinyal peringatan, hanya batin manusia yang dapat meredakannya

Di dunia ini bencana alam semakin sering terjadi, empat unsur utama alam sudah tidak selaras lagi, Master berpesan dengan meminjam hari Cengbeng ini, “Setiap orang harus kembali pada sifat hakiki dan akar moralitas, barulah bisa membuat dunia terbebas dari bencana. Begitu banyak bencana alam melanda dunia, bencana kekeringan sudah merata di seluruh dunia, selain itu empat unsur utama alam sudah tidak selaras lagi, bagaimana memperlambatnya? Hanya dengan merubah kondisi batin manusia.”

Master berceramah, “Hari ini adalah hari Cengbeng, kita harus membuat alam tetap hijau dan melindungi udara dari pencemaran, yang perlu kita lakukan adalah memberi perhatian pada makam orangtua dengan cara sesungguhnya, jangan lagi merusak tanaman alam, jangan lagi melakukan eksploitasi dan perusakan, hanya dengan mengurangi gejala ketidak selarasan empat unsur utama alam, barulah bumi bisa terselamatkan dan dunia terbebas dari bencana. Saya berharap semua orang paham akan makna hari Cengbeng, arah batin harus benar, jangan percaya takhayul, semua ini yang mesti kita miliki.”
 
  Ceramah Master Cheng Yen pada tanggal 5 April 2010

清明思源 孝道為人本
 
「今天是清明節,顧名思義既然是『清明』,我們就應該了解『清明』的意義;『清』就是不污染,『明』就是要很清 楚。人人要知道,人的倫理道德本源於心,人人要顧好德之本,就是要用感恩心感恩父母親,身體從何來?要感念父母恩。所以古人說,百善孝為先,就是說明了孝 道的重要,特別是在父母在世時,就要好好的盡孝道。」今日證嚴上人志工早會上,以清明之意開示孝道的意涵。

慎終追遠應發心  行孝報恩當及時

要用什麼方式盡孝道?上人說,就是要順從父母,對父母不可有忤逆之心。上人說,「孔夫子的弟子問孝,孔子跟他說『色難』,對父母要調和臉色很難。現代人不只是臉色,態度上也不恭敬父母,父母親是站著、很謹慎地對 孩子說話,孩子卻坐著、翹起腳來。現在很少聽到孩子說:我不敢講,擔心我父母會生氣!很少考慮到父母的心,少了那一分德本、原本的道德倫理。」

人提到,有時聽聞建築師分享,現在的家庭若要興建新的房子,往往都先設想孩子的臥房、讀書環境,再來是自己的主臥房,最後不甚理想的空間才是父母親的房 間,在在聽來令人心中戚戚;一旦父母往生了,卻又才想到要以風光的儀式、偌大的墓地去追思,但是荒郊野外、雜草叢生,甚為孤單!如此實為本末倒置。有句台 灣俗諺說,「在生一粒豆,卡嬴死了拜豬頭。」即是意指盡孝道應在父母在世時,而非往生後。

紙錢焚煙添暖化  莫以殺生祭先人

孝心與孝行不應只是一日一時,上人以李宗吉師兄為例。李宗吉幼時家貧、父親早逝,由母親帶大的他,事親至孝,之後經營海運事業有成,企業船運首航沒有達官顯 貴剪綵而是由母親主持。母親逝後,葬於鄰家墓地,他更是天天至母親墳前,清掃打理,和母親說話,日日風雨無阻。上人讚嘆,「李居士才是清明啊!天天都是清 明節,他以德服人、以德教育,一家人都是慈濟人,這才是真的清明, 慎終追遠就是要感恩父母。」

上人開示,「清明節是慎終追遠,清理先人的墓地、緬懷祖先的恩情,要告訴子女祖父母的德,顯德緬懷才是慎終追遠。但是不要焚燒紙錢、拜三牲五禮,燒紙錢,星星之火可以燎原;拜三牲,是拿屍體去祭拜,應該要用虔誠的心感懷恩德,才是清明慎終追遠的意義。」

地裂枯旱示警訊  唯有人心能紓緩

普天之下災難偏多、四大不調,藉此清明節上人叮嚀,「人人要回歸本性、道德的根源,才能讓天下無災無難。普天之下多少災難,乾旱已經普遍在全球,除此之外,四大不調已經造成,如何緩和?唯有人心。」

人開示,「今天是清明節,要讓大地一片綠意盎然,保護空氣不受污染,我們需要的是真正的慎終追遠,不要再破壞大自然的草木、不要再開發、再毀壞,唯有緩和 四大不調的景象,才能真的地救地球、弭災難。希望大家要了解清明節的意義,心的方向要正、不要迷信,這都是我們應該要有的。
 
證嚴上人開示於201045日志工早會

Tidak ada komentar:

Posting Komentar