Kamis, 01 Maret 2012

Menjadi “Kalyanamitra” (Teman yang Baik) bagi orang lain

Dalam forum diskusi relawan pengobatan dari Hexin seluruh Taiwan, Master Cheng Yen berkata dengan penuh perasaan di hadapan banyak relawan senior yang hadir, bahwa jika seseorang dapat mengikuti dirinya selama tahunan tanpa pernah mengendurkan tekadnya, maka dia bukan hanya “insan Tzu Chi dalam sebutan nama”, melainkan merupakan “insan Tzu Chi dalam arti sebenarnya”; selama 40 tahun lebih, antara Master dengan para murid dan antara sesama saudara sedharma, boleh dikatakan merupakan “kehidupan kolektif”.

“Waktu tidak menunggu orang. Umur saya semakin lama semakin lanjut, kekuatan tubuh juga semakin lama semakin turun. Bukan saja dengan berlalunya satu hari, umur saya ikut berkurang satu hari, anda sekalian yang hadir di sini juga sama saja, jadi kita harus menggenggam setiap detiknya untuk memeluk semua makhluk dan mensucikan batin manusia.” Master memberi dorongan semangat agar semua orang membangkitkan kembali ketabahan dan ketegasan masa muda dulu, lebih giat membina diri di jalan Bodhisattva.  
 
Dunia Tzu Chi bagaikan disebutkan dalam “Amitartha Sutra”: “Dari satu benih tumbuh menjadi milyaran benih, satu persatu benih dari milyaran benih itu tumbuh kembali menjadi milyaran benih lainnya, terus menerus sehingga menjadi tiada terhingga jumlahnya.” Selama 40 tahun lebih, insan Tzu Chi  terus bereproduksi sehingga sekarang telah merata di seluruh dunia untuk menolong orang-orang yang dalam penderitaan. Master mengatakan, tak peduli berada di negara mana pun, semua insan Tzu Chi tetap bersumbangsih dengan satu hati dan satu tekad. Maka disebutkan: “ajaran Jingsi giat mempraktikkan jalan kebenaran dengan makna tiada terhingga”.

“Bencana alam dan malapetaka akibat ulah manusia sudah semakin sering terjadi, penderitaan di dunia seakan tiada pernah hilang. Banyak dari bencana dan malapetaka bersumber dari sebersit niat pikiran manusia.” Dunia saha ini disebutkan sebagai dunia jahat karena adanya “lima kekeruhan”. Master menyatakan kalau sekarang ini pemahaman manusia sudah kacau dan pemikiran manusia sudah tidak jelas lagi, itulah “kekeruhan pandangan”; pemahaman yang kacau melahirkan kerisauan tanpa batas, itulah “kekeruhan kerisauan”; bencana alam, malapetaka peperangan dan wabah penyakit merenggut jiwa manusia, itulah “kekeruhan kehidupan” ...
 
“Siapa yang dapat memperbaiki kekeruhan pandangan di dunia ini? Bagaimana pula mensucikan kekeruhan kerisauan di dunia? Insan Tzu Chi harus memikul tanggung jawab tersebut.” Master menyatakan, ketika bersumbangsih di rumah sakit, kita dapat melihat dan mendengar banyak kisah kehidupan dengan pemikiran yang menyimpang dan salah. Jika mereka menemukan jalinan jodoh baik dan kalyanamitra (teman yang baik) yang dapat membimbing mereka tepat pada waktunya, maka mereka akan dapat segera melakukan introspeksi dan kembali ke jalan yang benar, bahkan kemudian dapat membimbing orang lain juga untuk sama-sama bersumbangsih bagi masyarakat. “dari itu, insan Tzu Chi harus menjadi kalyanamitra dan dewa penyelamat bagi orang lain.”

Empat Misi Utama Tzu Chi dan Delapan Jejak Dharma telah mewujudkan semangat “berbelas kasihan tanpa syarat dan mengasihani insan lain bagai diri sendiri” dari Buddha. Master menyatakan, empat kondisi batin “metta (cinta kasih), karuna (belas kasih), mudita (turut bersuka cita) dan upekkha (keseimbangan batin)” yang disebut dengan “Brahmavihara” (empat kondisi batin luhur) benar-benar telah berhasil dipraktekkan oleh insan Tzu Chi. “Buddha memandang semua makhluk sebagai anak sendiri, insan Tzu Chi telah berikrar cita-cita besar dan tekad luhur, juga memperlakukan semua makhluk dengan setara, tidak membeda-bedakan agama, ras dan batas negara, mengembangkan empat kondisi batin luhur untuk memberi penghiburan kepada mereka yang berada dalam penderitaan dan menyebar luaskan cinta kasih universal sampai ke seluruh dunia.”
 
Jika ingin mengembangkan empat kondisi batin luhur, Master menekankan bahwa dada dan hati harus dilapangkan sampai tiada berbatas. “Hanya dengan melepaskan kerisauan, menghapus tabiat buruk dan membuka pintu hati selebar-lebarnya, baru kita dapat benar-benar memeluk semua makhluk. Jika kita bersumbangsih dengan tanpa pamrih, maka sesudah bersumbangsih tidak akan meninggalkan ganjalan di hati, juga tiada perasaan mendapatkan atau kehilangan sesuatu; dengan setiap saat bersuka cita dan bersyukur, kita akan selalu terbebas dari kerisauan.”

Master mengatakan kepada para murid senior kalau senior bukan berarti pensiun, atau senior harus “naik pangkat”; sebab dengan pemikiran demikian berarti masih memiliki perasaan “mendapatkan atau kehilangan” dan “arogansi”. “Semua orang adalah murid Jingsi, sudah semestinya dapat ‘mengendalikan diri’ --- mengendalikan perasaan mendapatkan atau kehilangan dan arogansi; juga harus ‘rajin’ --- terus memecut diri sendiri dan giat membina diri. Insan Tzu Chi tidak pernah pensiun untuk selama-lamanya, sebab dengan lebih banyak berbuat akan lebih banyak mendapatkan, tak peduli sudah seberapa pun usia kita, selama-lamanya harus menjadi orang ‘berguna’!”
 
Dikutip dari: Majalah Tzu Chi edisi 497
 
做他人「善知識」
 
全台合心醫療志工研討會上,面對座中許多資深志工,上人有感而言,能夠長年跟隨、矢志不移,不只是「名稱上的慈濟人」,更是「實質的慈濟人」;四十多年來,師徒、法親之間,可說是「生命共同體」。

「歲月不饒人!年齡愈來愈增長、體力愈來愈衰退。不只我的生命過一天、減一天,在座大家也一樣,所以要把握分秒,擁抱蒼生、淨化人心。」上人勉眾提起年輕時的魄力,更加精進菩薩道。
 
慈濟世界,猶如《無量義經》所言:「從一種子生百千萬,百千萬中,一一復生百千萬數,如是展轉乃至無量。」四十多年來展轉復生,慈濟人遍布全球,救苦救難。上人說,無論身在哪一個國度,海內外慈濟人同一心志付出。故說:「靜思勤行道‧無量義」

「天災人禍頻繁,世間苦難不絕。許多災禍的源頭,實起於人的一念心。」娑婆世界因為有「五濁」,故稱惡世。上人表示當今此時,人的見解混亂、觀念混淆不清,是「見濁」;混亂的見解衍生無盡的煩惱,是「煩惱濁」;天災、戰禍、瘟疫奪去人命,是「命濁」……

「人間見濁,誰能糾正?人間煩惱濁,如何淨化?慈濟人要承擔起來!」上人指出,大家在醫院付出,可以見聞許多觀念偏差而錯誤的人生。他們若得遇善緣、善知識及時引導,就能及早反省而歸於正途,甚至還能帶動別人,齊為社會付出。「所以,慈濟人要作他人的善知識、貴人。」

慈濟四大志業八大法印,體現了佛陀「無緣大慈,同體大悲」精神。上人指出,「慈、悲、喜、捨」這「四等」法,亦即「四無量心」,慈濟人真正做到了。
「佛陀視天下蒼生如己子,慈濟人發大心、立大願,也要對眾生一視同仁,不分宗教、種族、國界,發揮四無量心去膚慰苦難,將大愛擴展到全球。」
 
既要發揮四無量心,上人強調心胸必須無限開闊。「唯有捨去煩惱、習氣,徹底打開心門,才能真正擁抱蒼生。無所求付出,付出之後心無罣礙,也沒有得失心;時時歡喜、感恩,即能時時自在。」

上人勉資深弟子,資深不代表可以退休了,或是老資格就要「升等」;如此尚存「得失」與「自大」心態。「大家都是靜思弟子,應該要『克己』——克服得失、自大的心態;還要『克勤』——自我鞭策,殷勤精進。慈濟人永不退休,多做多得,不論年齡多大,永遠要做『有用』的人!」
 
本文摘錄自:《慈濟月刊》497
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar