Selasa, 13 Maret 2012

Bhiksu muda yang taat pada tiga sila

Ketika Sang Buddha masih hidup, Ia memimpin para murid giat membina diri tanpa kenal lelah pada Taman Jetavana di Kerajaan Sravasti. Pada saat itu, penduduk negeri Sravasti sangat menaruh hormat pada Sang Buddha, juga sangat menghormati Sangha, setiap hari ketika para anggota Sangha ke luar untuk melakukan pindapata (memohon persembahan), barisannya sangat rapi sekali dan warga setempat memberikan persembahan dengan sangat hormat.
 
Pemuda yang bertekad untuk membina diri

Sebagian dari orang muda merasa sangat kagum dalam hati melihatnya. Salah seorangnya adalah putera dari seorang tetua yang berpikir dalam hati: Sang Buddha yang terlahir mulia sebagai pangeran, ternyata dapat melepaskan kekayaan dan kehormatan untuk menjadi Bhikkhu, membina diri dan mencapai penerangan sempurna, Ia dikagumi dan dihormati oleh seluruh umat manusia.

Putera tetua juga berharap dapat menjauhkan diri dari nama dan keuntungan, belajar ajaran Buddha dan menjadi Bhikkhu, oleh karenanya dia memohon kepada ayah ibunya, tentu saja ayah ibunya tidak merelakan, namun ayah ibunya juga adalah umat Buddha, pada akhirnya mereka menghantarkannya ke depan Sang Buddha, bermohon kepada Sang Buddha agar memenuhi cita-cita puteranya.

Sang Buddha menerimanya sebagai murid, kemudian meminta para Bhikkhu sepuh untuk mewakilinya memberikan bimbingan, para Bhikkhu sepuh lalu menjelaskan satu persatu vinaya (peraturan) dalam kehidupan mereka, mengajarkannya agar taat pada sila (kedisiplinan) --- Lima Sila, Sepuluh Sila, bahkan harus taat pada 250 sila.

Mendengar harus mengikuti begitu banyak sila, dalam hati Bhikkhu muda ini timbul ketakutan.

Dia berpikir: “Ternyata menjadi Bhikkhu harus menaati sedemikian banyak sila, jika silap sedikit saja sudah melanggar salah satu sila, kalau ada begitu banyak sila, tentu aku tidak akan sanggup menaatinya. Jikalau tidak sanggup menaatinya dengan baik, lebih baik kembali saja ke kehidupan duniawi, di rumah juga bisa menjadi seorang perumah tangga, bukan saja bisa menjalani usaha, beristeri dan beranak, juga bisa melindungi ajaran Buddha.”

Setelah berketetapan hati, dia lalu mengajukan permohonan kepada para Bhikkhu sepuh.
 
Para Bhikkhu sepuh merasa sangat tidak tenang mendengarnya, sebab pemuda ini diserahkan langsung oleh Sang Buddha ke tangan mereka untuk diberikan bimbingan, sekarang telah bangkit pikirannya untuk kembali ke kehidupan duniawi, para Bhikkhu sepuh merasa sangat serba salah. Lalu berkata kepada Bhikkhu muda: “Jika kamu ingin kembali ke kehidupan duniawi bukannya tidak boleh, namun kamu harus menjelaskan maksud hatimu ini kepada Sang Buddha.”

Menjaga aktifitas tubuh, mulut dan pikiran agar tetap jernih

Beberapa orang Bhikkhu sepuh lalu menemaninya menemui Sang Buddha, para Bhikkhu sepuh menjelaskan perihalnya kepada Sang Buddha, Sang Buddha bertanya pada pemuda itu: “Mengapa setelah menjadi Bkhikkhu, kamu ingin kembali lagi ke dalam kehidupan duniawi?”

Bhikkhu muda dengan jujur menjawab: “Dalam Sangha, setiap orang harus taat pada sila yang suci, namun sila ini terlalu banyak, saya takut tidak sanggup menaatinya dan melanggar sila, sehingga akan menodai Sangha, bukankah itu sangat berdosa? Jadi saya ingin kembali lagi ke dalam kehidupan duniawi, di kemudian hari masih saja dapat melindungi ajaran Buddha.”

Sang Buddha berkata: “Setelah mendengarkan peraturan-peraturan Bhikkhu ini langsung timbul keinginan untuk mundur, bukankah ini menunjukkan batin menuju pencerahanmu terlalu dangkal?”

Sang Buddha mengatakan kepada para Bhikkhu sepuh: “Mengapa kalian dalam seketika menyampaikan sedemikian banyak peraturan kepadanya dan membuatnya takut? Seharusnya perlahan-lahan sesuai kemampuan orangnya dan perjalanan waktu, jika seketika menaruh sedemikian banyak sila pada tubuhnya, itu terlalu cepat! Serahkan saja dirinya kepadaku.”

Setelah mendengarnya, hati Bhikkhu muda merasa lebih lega, Sang Buddha mengatakan lebih lanjut: “Orang muda, pembinaan diri tidak seruwet yang kamu pikirkan, menaati peraturan juga tidak menakutkan sebagaimana kamu sangka. Kamu tidak usah peduli dulu terhadap segala peraturan, saya hanya mau kamu menaati tiga macam peraturan dan sila.” Mendengar hanya ada tiga macam, Bhikkhu muda berkata: “Tiga macam? Kalau begitu tentu akan lebih mudah, saya mau menaatinya.”

Sang Buddha mengatakan: “Saya hanya perlu kamu menjaga aktifitas tubuh, mulut dan pikiran dengan baik. Jika tiga aktifitas ini dapat dijaga tetap bersih, maka segala sila perlahan-lahan akan tercapai.”
 
Bhikkhu muda sangat senang mendengarnya, dia lalu bersujud hormat pada Sang Buddha dan berjanji akan mengikuti Sang Buddha seumur hidup.

Sang Buddha mengatakan kepada para Bhikkhu sepuh: “Saya menyerahkan kembali pemuda yang telah berjanji mengikutiku seumur hidup ke tangan kalian untuk diberi bimbingan, kalian harus baik-baik mengasuhnya.”

Bikkhu muda ini setiap hari menjaga sila dan membina diri seperti ini, dikarenakan ketiga aktifitas tubuh, mulut dan pikirannya sangat bersih, maka setiap harinya dapat dilalui dengan sangat gembira, tak lama kemudian mencapai tingkat Arahat.

Banyak dari para Bhikkhu sangat kagum pada kharisma Sang Buddha, sebab beberapa patah kata Dharma sederhana dari Sang Buddha telah mampu membuat seseorang sadar dan bersuka cita, serta bertekad untuk menaati sila, Sang Buddha dapat mengambil intisari dari peraturan yang sangat rumit dan membuatnya menaati sila suci seumur hidupnya.



Kesederhanaan adalah keindahan, kesederhanaan adalah ajaran yang menakjubkan.

Dalam belajar ajaran Buddha, kita tidak usah berpikir terlalu rumit, jika dapat berpegang pada pola hidup hakiki yang sederhana, maka ketika memperlakukan orang atau menangani masalah dalam keseharian, dengan sendirinya akan membuat kita bersuka cita dan bebas dari kegalauan.

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Oktober 1994
 
 
守三戒的年輕修行者
 
佛陀在世時,在「祇樹給孤獨園」帶領弟子們日日精進不懈。當時舍衛國的百姓對佛陀非常敬仰,對僧伽也很尊重,每天僧眾出去托缽,隊伍都很整齊,當地的人民都很恭敬地供養
 
有志修行的的年輕人

有些年輕人看了,心裡很羨慕。其中有一位長者子心想:佛陀貴為王子,卻能捨棄富貴出家、修行證果,得到天下人的仰慕尊重。

長者的兒子也希望能遠離名利,學佛出家,因此就向父母提出要求,父母當然捨不得,但是他的父母也是佛教徒,最後還是送他到佛陀的面前,請求佛陀完成兒子的心願。

佛陀即收下這名弟子,然後請長老比丘代為教導,長老比丘就將他們生活中的規律一一為他分析,教他要守戒──五戒、十戒,甚至要守二百五十戒。

這位年輕比丘一聽,竟然有那麼多戒,心裡很惶恐。

他想:「出家必須守這麼多戒,一不小心就會犯了某一條,這麼多戒,我一定守不好;既然守不好,我不如還俗好了,還俗可以做一位在家居士,不但可以經營事業、娶妻生子,又可以護持佛法。」

他心裡打定主意,於是向長老比丘提出請求。

長老比丘聽了覺得很不安,因為這位年輕人是佛陀親自交給他們指導的,現在起了還俗之念,長老比丘著實為難。即向年輕的比丘說:「你想還俗不是不可以,但是要向佛陀表明心意。」

持守身口意三業清淨

幾位長老比丘就陪他到佛陀面前,長老比丘一五一十地向佛陀說明,佛陀就問年輕人:「你為何剛出家又想要還俗呢?」

年輕的比丘也很坦白地說:「佛陀的教團裡,大家都要守持淨戒,但是這些戒律太多了,我怕守不好犯了戒,那就污染了僧團,這不是很罪過嗎?所以我想還俗,將來也可以護持佛法呀!」

佛陀說:「你聽了這些出家人的戒律就退道心,那道心未免太淺薄了?」

佛陀向長老比丘說:「你們為何一下子就跟他說那麼多戒律,讓他害怕呢?要依人依時漸進才好,一下子把那麼多戒加在他身上,太快了吧!把他交給我好了。」

年輕的比丘聽了寬心許多,佛陀接著向他說:「年輕人,修行不像你想的那麼複雜,守規矩也不像你想的那麼可怕!你先不用管那麼多戒,我只要你守三項規戒。」年輕的比丘聽到只有三項,說:「三項?那應該容易多了,我願意守持。」

佛陀說:「我只要你守好身、口、意。這三業能夠清淨,則一切的戒都可以漸漸達成。」

年輕的比丘聽了非常歡喜,他向佛陀叩頭禮拜,願意終身信受奉行。

佛陀向長老比丘們說:「我把願意終身信受奉行的年輕人再交給你們調教,你們要好好培養他。」

這位年輕的比丘,每天就這樣守持進修,因三業清淨,所以他天天都過得很愉快,不久之後即證得阿羅漢果。

很多比丘都很讚歎佛陀的威德,因為佛陀簡單的幾句法語就能讓一個人開解歡喜、堅持守戒,可以把很複雜的規則濃縮,讓他一生守持清淨。



簡單就是美,簡單就是妙法。

學佛不用想得很複雜,若抱著單純、簡單的本性生活,則日常生活中的待人處事,自然而然可以讓我們歡喜自在。

證嚴上人開示於19941013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar