Sabtu, 10 Maret 2012

“Berbakti” adalah pemandangan paling indah

Sekarang banyak orangtua yang mengirimkan anak-anaknya ke luar negeri untuk bersekolah atau menambah ilmu, kedua orangtua lalu secara bergiliran pergi jauh-jauh untuk merawat anak-anaknya; juga ada anak perempuan atau menantu perempuan yang melahirkan di luar negeri, sang ibu atau mertua perempuan harus pergi jauh-jauh untuk membantu mereka selama peiode satu bulan setelah bersalin.
 
Coba bayangkan, kasih sayang orangtua kepada anak benar-benar bagaikan air mengalir jauh. Hati cinta kasih mereka terhadap anak bagaikan air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, sangat alamiah sekali. Sedangkan meminta anak agar berbakti kepada orangtua dengan hati cinta kasih yang sama, itu bagaikan air mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, hal yang sangat sulit terjadi. Sikap orangtua terhadap anak dan sikap anak terhadap orangtua ternyata berbeda sedemikian besarnya.
 
Saya pernah menyaksikan sebuah pemandangan yang sangat mengharukan terjadi di RS. Tzu Chi. Ketika berada di rumah sakit, ada relawan yang melaporkan kepada saya, bahwa ada seorang nenek yang tidak pernah berbicara sepatah kata pun sejak masuk ke rumah sakit, kita juga tidak berhasil mendiagnosa apa penyakitnya, namun tubuhnya semakin hari semakin lemah, sepertinya menderita penyakit depresi dan mereka berharap saya dapat memberikan bimbingan kepadanya.
 
Ketika saya masuk ke kamar pasien, terlihat di samping nenek itu ada tiga orang anak perempuannya, begitu melihat saya masuk, mereka berkata dengan gembira kepada ibunya: “Ibu, lihat siapa yang datang? Master yang anda ingin temui telah datang menjengukmu, cepat-cepatlah ibu membuka mata.” Namun muka nenek itu tidak menunjukkan ekspresi, juga tiada reaksi sama sekali.
 
Kemudian masuk seorang lelaki, ketika melihat saya lalu berkata: “Master, terima kasih anda telah datang menjenguk ibuku.”  Selanjutnya dia pergi ke samping ibunya, menggandeng tangannya sambil berkata: “Ibu, Master telah datang, lekas-lekaslah ibu membuka mata!” Saya melihat nenek itu membuka mulut, lalu bertanya padanya: “Apakah anda ingin minum air?” Dia akhirnya bersuara dan menjawab: “Tidak usah!” Ketika anak lelaki ini melihat ibunya berbicara, dia sangat suka cita sampai terus-terusan mencium tangan dan mengelus-elus pipi ibunya sambil berkata: “Sungguh baik sekali! Ibu akhirnya mau bicara. Ibu, saya sangat senang sekali.”
 
Perasaan suka cita dari dalam lubuk hati terdalam dan bakti terhadap orangtua ini membuat saya sangat terharu melihatnya, ini adalah pemandangan terindah dalam kehidupan manusia; dalam masyarakat sekarang ini adalah sungguh sulit untuk menemukan pemandangan seperti ini lagi.
 
Dikutip dari: Ceramah Master Cheng Yen “Sutra Bakti Seorang Anak” dalam Majalah Bulanan Tzu Chi edisi 316
 
「孝」是人生至美的畫面
 
現在有很多人把孩子送到國外唸書進修,做父母的千里迢迢的輪流出國照顧他們的生活;也有人女兒或媳婦在國外生產,做母親或做婆婆的,還要千里迢迢的到國外為她們做月子。
 
想想,父母疼子真如長流水啊!他們愛子女的心,就像水由高處往下流,是非常自然的;而要求子女以同樣的心孝順父母,就像水由低處往上流,是很困難的。父母對子女與子女對父母的心態,竟有這麼大的差別。
 
我在慈濟醫院看過一幅很感人的畫面。院內有位志工向我說,有位阿婆住進醫院後一句話也不說,也檢查不出什麼病,但是身體卻一天天的衰弱,好像是患了憂鬱症,希望我去開導開導。
 
我進入病房時看到阿婆的旁邊圍了三個女兒,她們看到我進去,都非常高興的向媽媽說:「媽媽,妳看誰來了?妳想見的師父來了,妳趕快睜開眼睛吧!」可是這位阿婆面無表情,沒有任何反應。
 
後來進來一位先生,看到我就說:「師父,很感謝您來看我媽媽。」隨後跑到母親旁邊,牽著她的手說:「媽媽,師父來了,妳趕快睜開眼睛看看吧!」
我看阿婆張了嘴,就問她說:「妳是不是想喝水?」她發出聲音說:「免啦」這兒子看到母親說話了,歡喜得握著媽媽的手一直親吻,摸摸她的臉頰說:「太好了,媽媽妳終於說話了,媽媽,我好高興喔!」
 
這分出自內心的歡喜和孝心,我看了實在很感動,這是人生最美的畫面;現在的社會,這樣的畫面實在太少了。
 
本文摘自:《慈濟月刊》316  證嚴上人開示《佛說父母恩重難報經》

Tidak ada komentar:

Posting Komentar