Rabu, 02 Mei 2012

Mengapa Tzu Chi membentuk sistim kerelawanan rumah sakit?

Ada orang bertanya kepada Master Cheng Yen:
Rumah sakit merupakan tempat di mana paling banyak terdapat penderitaan karena sakit dan persinggungan antara hidup dan mati, apakah Master ingin mempergunakan tempat ini sebagai lahan pelatihan diri, agar para relawan dan semua orang dapat menyaksikan derita, sebabnya derita, lenyapnya derita dan jalan menuju lenyapnya derita, sehingga dapat memahami kebenaran tentang kehidupan ini?

Master menjawab:
Memang itulah tujuannya, rumah sakit adalah lahan pelatihan untuk mengamati kehidupan dan kematian, dapat membuat orang mengerti akan makna sejati daripada kehidupan dan kematian. Banyak orang yang semula sudah putus asa atau tidak dapat berpikir jernih lagi, asal mereka datang ke rumah sakit untuk menjadi relawan, tentu akan mengerti apa sebetulnya proses kelahiran, menjadi, sakit dan mati itu, sehingga kerisauan batin mereka dapat teruraikan jadinya. Setiap pasien merupakan naskah kehidupan yang ruwet dan mengharukan, semuanya merupakan materi pelajaran yang hidup. Sebetulnya bukan saja rumah sakit yang merupakan lahan pelatihan, di mana saja dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan lahan pelatihan, asal setiap saatnya mau bersungguh hati, tentu akan dapat memahami makna sejati dari proses kelahiran, menjadi, sakit dan mati itu.

Ada seorang anggota Tzu Ching (Perkumpulan muda-mudi mahasiswa Tzu Chi) dari luar Taiwan yang berbagi pengalamannya: “Ketika kami sedang membedah jasad manusia, saya melihat kalau isi perut manusia sama persis dengan punyanya hewan.” Dia mengatakan kalau di luar negeri, proses pembedahan jasad manusia dilakukan tanpa rasa hormat sedikit pun, setelah dibedah dan dipelajari, jasad langsung dibuang ke samping. Sedangkan di Universitas Tzu Chi, pembedahan dilakukan dengan sangat teliti sekali, setelah dipelajari lalu jasad dijahit kembali dengan baik, sehingga terasa sangat lemah lembut dan penuh cinta kasih. Awalnya dia merasa sangat takut, namun begitu pola pikirnya berubah, terasa menjadi sangat indah, dia malah mengatakan sepulangnya ke negerinya, dia akan mengisi formulir persetujuan untuk mendonorkan organ tubuh dan jasadnya ketika meninggal dunia nanti.

Mata pelajaran kehidupan di dalam rumah sakit

Kembali ditanyakan:
Ketika dulu Master membangun rumah sakit, apakah sudah merencanakan semuanya ini?
 
Master menjawab:
Sejak lama saya sudah mengatakan bahwa “rumah sakit merupakan lahan pelatihan”, namun ada orang mengatakan jikalau saya hanya membangun rumah sakit dan sekolah, tetapi tidak membangun vihara, itu sama saja dengan hanya memupuk keberkahan tanpa memupuk kebijaksanaan, namun sebetulnya rumah sakit itu adalah lahan pelatihan untuk mengamati kehidupan dan kematian. Pada jaman dulu ada sebagian praktisi agama Buddha yang setiap harinya mengamati tulang belulang manusia, ini disebut dengan pelatihan dengan mengamati tulang belulang orang mati, agar sadar  kalau setelah manusia mati hanya tersisa setumpuk tulang belulang saja, tidak ada apa-apa lagi.

Kita dapat melatih diri dengan mengamati kehidupan dan kematian di dalam rumah sakit, saya membangun rumah sakit demi memberikan kesempatan kepada semua orang untuk terjun berpartisipasi, dari kegiatan dapat belajar tentang nilai-nilai kehidupan dan makna sejati dari kehidupan dan kematian. Demikian juga dengan pembangunan sekolah kedokteran dan sekolah perawat, saya berharap untuk membangkitkan cinta kasih dalam lubuk hati anak-anak ini agar dapat ditampilkan ke luar, sehingga kelak dapat menjadi perawat bagaikan Avalokitesvara Bodhisattva atau sang maha penyembuh yang memeriksa penyakit dan mencabut penderitaan.

Sang Buddha disebut sebagai Sang Maha Penyembuh, sebab Ia dapat menyembuhkan penyakit batin dari semua makhluk, maka terhadap para mahasiswa jurusan kedokteran atau jurusan keperawatan, kita harus memotivasi mereka agar dapat memperlakukan kehidupan dengan penuh cinta kasih, di kemudian hari nanti mereka akan dapat mengobati penyakit jasmani mau pun rohani. Maka boleh dikatakan, sekolah juga merupakan sebuah lahan pelatihan.

Dikutip dari Jurnal Harian Master Cheng Yen edisi musim semi tahun 1999
 
慈濟為何設醫院志工?
 
有人問:醫院是最多病苦及生死交集的地方,師父是不是用這樣的地方做道場,讓志工及所有人見識到苦、集、滅、道,體會人生的道理?

上人開示:
的確是如此,醫院就是觀生死的道場,可以讓人明瞭生死的真諦。有很多看不開想不透的人,只要來醫院當志工,就會知道生老病死是怎麼一回事,因而化解了煩惱。每位病人都是一本曲折感人的劇本,都是活生生的教材。其實不只醫院是道場,生活中無處不是道場,只要時時多用心,就能體會生老病死的真諦。

有一位海外的慈青分享他的心得:「在解剖大體時,我看到人的內臟跟動物一模一樣。」他說在國外看到的解剖是不尊 重,剖開了看一看有什麼,就扔在一邊。而在慈濟,大體解剖完很細心,看了之後再把它放好縫合,讓人覺得很溫柔、很有愛心。他說本來一開始很害怕,念頭一 轉,後來就覺得很美,還說回去就要填寫器官捐贈及大體捐贈表。

醫院裡的生命課程

又問:師父當初創辦醫院時,是否就是如此規畫?

上人:很久以前我就說「醫院即道場」,然而有人說我只蓋醫院和學校卻不蓋廟,是修福不修慧,其實,醫院就是觀生死的道場。從前一些老修行人拿著人的骷髏天天看,作白骨觀──人死了只剩一堆白骨,沒有什麼。

我們在醫院裡就能做生死觀,蓋醫院就是讓大家一起來投入,從工作中學到生命的價值觀,生與死的真諦。成立醫學院及護理系也是一樣,希望啟發這些孩子把內心的愛表現出來,將來當一位如白衣大士的護士,或是看病救苦的大醫王。

佛陀被稱為大醫王,因為他能治療眾生的心病,所以對醫學系或護理系的學生,我們要啟發他們用愛來看待生命,使他們將來面對身心的病都能治療。所以說,學校也應該是一個道場。

本文摘自1999年衲履足跡.春之

Tidak ada komentar:

Posting Komentar