Rabu, 02 Mei 2012

Duka berpisah dari yang dicintai

Ada orang bertanya kepada Master Cheng Yen:
Ketika ayah asuh anda meninggal dunia dulu, bagaimana pandangan anda terhadap kehidupan ini?
 
Master menjawab:
Peristiwa itu membuatku dapat melihat dengan jelas akan nilai kehidupan ini. Masa kecilku bertepatan dengan masa Perang Dunia II, pada saat itu orang-orang hanya makan nasi dengan garam dan hampir setiap hari harus bersembunyi dari serangan udara, sehingga meninggalkan kesan mendalam tentang kesedihan yang dikarenakan umat manusia saling membunuh, hatiku penuh dengan pertanyaan, banyak sekali “Mengapa?” Setelah Taiwan menang dalam peperangan melawan Jepang, maka kondisi ekonomi masyarakat perlahan-lahan mulai membaik. Pada masa-masa damai ini, ayahku tiba-tiba terserang stroke, seseorang yang tadinya sangat sehat, ternyata dalam seketika jatuh sakit , dua puluh empat jam kemudian divonis telah meninggal dunia dan dikebumikan dalam masa dua puluh empat jam. Walau pun barisan pengantar dalam prosesi pemakaman sangat ramai, namun setelah pemakaman semua orang pulang ke rumah masing-masing. Peristiwa ini menyadarkan saya akan betapa rentan dan singkatnya kehidupan ini, begitu helaan nafasnya terhenti dan tanpa meninggalkan pesan apa-apa, ayahku telah pergi untuk selama-lamanya. Apa sebenarnya kehidupan ini?
 
Dari itu, saya mulai mencari asal mula kehidupan dan mendalami ajaran agama. Saya bersentuhan dengan agama Katholik, juga agama Kristen, sampai akhirnya ada seorang teman yang membawaku ke sebuah vihara untuk mengadakan upacara keagamaan selama tujuh hari untuk arwah ayahku. Selama tujuh hari ini, Bhiksu membaca paritta di depan dan saya ikut membaca paritta di belakangnya, setiap patah paritta sangat menggugah hatiku, membuatku memahami kalau dunia ini penuh dengan ketidak kekalan, ketidak kekalan ini membuat diriku merasa kalau kehidupan ini sangat berharga, jadi harus digenggam dan dihargai dengan baik. Tentang bagaimana bersikap dalam menghadapi kehidupan ini dan bagaimana menjalani kehidupan dengan penuh makna, saya mulai berusaha mendalami semua pertanyaan ini.

Duka berpisah dari yang dicintai, memperluas cinta kasih sampai mencakup semua makhluk

Biar pun memiliki sebuah keluarga bahagia, namun pihak yang kita cintai hanya segelintir orang saja, apalagi tali kasih dan tali cinta juga mendatangkan penderitaan dan berlangsung singkat. Ketika ayahku meninggal dunia, usianya hanya 51 tahun, betapa singkatnya waktu sejak saya tahu berpikir sendiri sampai ayahku meninggal dunia, karena ayah sangat sayang padaku, maka ketika beliau meninggal dunia, saya tidak mampu menangis selama beberapa hari, sebab dukaku sudah mencapai titik nadir dengan batin yang hampa. Sampai ketika batinku tenang kembali, saya ingin menangis ketika melihat apa saja dan merasa pilu ketika mendengar perkataan apa saja. Maka mencintai sungguh menderita, jika sebuah keluarga memberikan banyak cinta kepadaku, kemungkinan pada akhirnya saya tetap merasa sangat menderita, sebab biar anggota keluarga paling dekat sekali pun, suatu hari nanti tentu akan berpisah.

Maka saya merasa kalau kehidupan seperti itu sungguh tidak berharga, walau telah memberikan begitu banyak cinta, juga menerima begitu banyak cinta, namun di mana sebetulnya makna kehidupan? Dari itu, saya beranggapan daripada hanya membatasi cinta kasih dalam lingkup kecil, lebih baik diperluas sampai mencakup semua makhluk, dengan demikian baru akan benar-benar mendapatkan kenyamanan dan bebas dari kerisauan. Wafatnya ayahku memberikan kesan mendalam terhadap “nilai kehidupan” pada diriku.

※ Dikutip dari buku “Hidup dan mati dengan bebas” karangan Master Cheng Yen
 
愛別離苦
 
有人問:您在養父往生時如何看待生命?

上人回答:
這 件事情,促使我認清生命的價值。我的童年時期正值第二次世界大戰,當時吃飯只能拌鹽巴,幾乎天天躲空襲,我深刻感到人類相互殘殺的悲哀,心中充滿疑問,有 很多的「為什麼?」光復之後,民生經濟漸趨繁榮。就在這種平安穩定的日子,父親突然間發生腦溢血,一個很健康的人,一下子就倒了下去,二十四小時後宣布往 生,同時也在二十四小時內就出殯了。雖然送葬的隊伍頗風光,但是送出去、埋葬好大家就回來了,使我驚覺人的生命是這麼危脆短促,一口氣不來,什麼也沒交 代,就這樣走了。到底生命是怎麼一回事?

所 以,我開始去追尋生命的源頭,因此走入了宗教。參訪天主教,也參訪基督教,然後一位朋友帶我去寺院,為父親舉辦七天的法會。這七天中法師在前面誦經,我在 後面跟著讀經,每一句都打動我的心,使我明瞭世事皆無常,這種無常更讓我深深覺得生命很寶貴,要好好把握珍惜。至於該用什麼態度在人間 生活,要用什麼方式活出生命的意義,我開始深入思考這個問題。

愛別離苦 擴大愛為眾生

即 使擁有一個幸福的家庭,所愛所奉獻的對象也只不過是少數人,有情有愛又是這麼痛苦,談情更是何其短!父親往生時才五十一歲,從我懂事到他往生的這段歲月何 其短,因為父親很疼愛我,所以他往生了,我好幾天都哭不出來,苦到極點,心都是空的。等到靜下來後,看到什麼都想哭,聽到什麼都覺得很痛苦。所以說談愛何 其苦?假如一個家庭給我很多的愛,可能最後我還是會很痛苦,因為再親密的家人,也終有分離的一天。

所以我覺得這樣的人生不值得!雖然付出這麼多的愛,也得到這麼多的愛,但是生命的意義究竟在哪裡?因此我認為,與其把愛局限在小小的範圍裡,不如把愛擴大付諸於大地眾生,才能真正輕安自在。父親往生這件事,對我的「生命價值觀」影響很深遠。

本文摘自:證嚴上人著作《生死皆自在

Tidak ada komentar:

Posting Komentar