Kamis, 24 Mei 2012

Memberi Persembahan yang Sesungguhnya

Pada “Penjelasan Dalam Ikrar dan Pelaksanaan Samantabhadra” disebutkan ada tiga jenis persembahan. Persembahan materi adalah mempersembahkan materi sesuai kemampuan kita sebagai ungkapan rasa hormat, contohnya mempersembahkan dupa, pelita, bunga dan buah.
 
Persembahan pujian dan rasa hormat adalah senantiasa menyimpan kondisi hati penuh hormat terhadap para Buddha dan Bodhisattva. Sebagian orang mungkin memiliki kondisi ekonomi yang kurang mendukung dan tidak mampu memberikan persembahan materi, namun asal memiliki niat, kita boleh memberikan salam sujud dengan tubuh kita, memberi pujian pada kelakuan moral para Buddha dan Bodhisattva dengan ucapan kita, inilah yang dimaksud dengan persembahan pujian dan rasa hormat dengan penuh ketulusan.

Jika waktu tidak memungkinkan, sehingga tidak mampu memberikan salam sujud di vihara, apalagi pengetahuan diri sendiri tidak mencukupi, tidak tahu bagaimana caranya memberi pujian pada kelakuan moral para Buddha dan Bodhisattva, tidak dapat mengungkapkan rasa hormat dengan tubuh dan ucapan, lalu apa yang dapat diperbuat? Masih ada satu jenis persembahan prilaku benar, yaitu melakukan pengasuhan diri. 

Sang Buddha membimbing semua makhluk agar mempropagandakan kelakuan moral
Ksitigarbha Bodhisattva, dengan harapan agar kita dapat meneladani kelakuan dari Ksitigarbha Bodhisattva, jika kita dapat menghormati guru dan menghargai ajarannya, ini akan merupakan persembahan dalam bentuk tindakan nyata yang sesungguhnya. Contohnya jika kita ingin berbakti pada orangtua, terlebih dahulu harus membuat orangtua bertenang hati, selanjutnya membimbing mereka agar menghilangkan tabiat buruk yang ada dan terlibat dalam kegiatan yang baik.

Sebagai murid Buddha mesti belajar hati Bodhisattva

Dulu ada seorang ayah yang berkata pada puteranya: “Di depan ada orang yang menanam labu air, selagi hari masih gelap dan tidak ada yang melihat, mari kita petik!” Setibanya di bawah teratak labu, ayah bertanya kepada anak: “Apakah sekarang ada yang melihat?” Anak menjawab: “Tidak ada.” “Kalau begitu mari kita mulai memetik labu!” Anak berkata: “Ayah, walau tidak ada orang, tetapi aku merasa ada mata yang terus melotot pada kita.” Ayah berkata: “Jika tidak ada orang, bagaimana mungkin ada mata?” Anak menjawab: “Bulan sangat terang, bagaikan mata yang sedang melotot pada kita, juga ada hati ayah dan hatiku yang dapat melihat semua ini.”

Ayah ini sangat malu mendengar perkataan puteranya, walau tidak ada orang yang melihat, namun langit ada melihat, dirinya sendiri dan anaknya juga tahu bahwa mencuri adalah hal yang tidak boleh dilakukan. Anak ini benar-benar telah berbakti pada orangtuanya, dia berhasil mengurangi dosa kesalahan ayahnya.

Dalam meneladani Sang Buddha, sebagai murid Buddha, kita semestinya membuat sang Buddha bertenang hati. Jikalau Sang Buddha sudah membimbing kita agar berkelakuan Bodhisattva, maka kita seharusnya belajar pada niat pikiran dan kelakuan Bodhisattva, dengan demikian barulah merupakan persembahan yang sesungguhnya.

Dikutip dariKsitigarbha Sutra sebagai bakti terluhur dalam agama Buddha” (Jilid I)
 
真正的供養
 
〈普賢行願疏〉中提出三種供養。利供養是在我們能力所及的範圍內,以物質的供養來表示恭敬。例如以香、燭、花、果等來供養。

敬供養就是時時對諸佛菩薩存著敬重的心。有的人或許經濟能力不許可,無法在物質上供養,但是只要有心,以我們的身體來禮拜,用口來讚歎稱揚佛菩薩的德行,這就是虔誠的敬供養。

如果時間上不許可,無法到寺院禮佛,由於所學有限,更不懂得讚歎佛菩薩的德行,身口都無法表示敬意,那又該怎麼辦呢?還有一項行的供養;行就是修養。

佛教導眾生,宣揚地藏菩薩的德行,就是希望我們以這位菩薩的行為作為模範,我們若能尊師重道,就是真正身體力行的供養。比如我們要對父母盡孝,首先要使父母安心,進一步還要引導他們去掉一些不好的習慣,從事善業。

身為佛子 應學習菩薩心

去有一位父親告訴兒子:「前面有人種瓠瓜,趁著天黑沒人瞧見,我們去摘吧!」來到瓜棚下,父親問兒子:「現在有人看見嗎?」兒子回答:「沒有。」「那我們 開始摘吧!」兒子又說:「父親,雖然沒有人,不過我感覺有眼睛盯著我們。」父親說:「既然沒人,哪裡來的眼睛呢?」兒子就說:「月亮好亮啊!就像眼睛盯著 我們看,還有你的心、我的心都看得到呀!」

這位父親聽了十分慚愧。雖然沒人看見,但是天地都看得見,自己和兒子也知道這是偷竊的行為,這種事做不得呀!這個兒子真正盡了孝道,減少了父親的一項錯誤。

我們學佛,既為佛子,也應該讓佛陀放心。佛既然以菩薩的行為來教導我們,我們也應該學習菩薩的發心與行為,能夠這樣,才是真正的供養。

本文摘自:《佛門大孝地藏經》(上

Tidak ada komentar:

Posting Komentar