Rabu, 02 Mei 2012

Apakah kematian pantas ditakutkan?

Ada orang bertanya kepada Master Cheng Yen:
Apakah kematian itu?

Master menjawab:
Kematian bagai seseorang yang setiap harinya harus beristirahat setelah menyelesaikan hal yang harus dilakukannya. Akan tetapi manusia sering menderita dikarenakan tidak mau beristirahat, jika hati merasa tidak tenang setelah melakukan sesuatu di siang hari atau masih ada hal yang belum diselesaikan, maka di malam harinya sering kali tidak bisa tidur. Tidak bisa tidur tentu saja sangat menderita, itulah kekhawatiran.

Jika ingin terlepas dari kekhawatiran, tentu saja kita harus memperhatikan momen sekarang juga, dalam segala hal harus dikerjakan dengan tuntas dan dibicarakan dengan jelas, sehingga ketika waktu untuk beristirahat telah tiba, tiada lagi kekhawatiran yang menganjal di dalam hati. Saya sering sebutkan bahwa tidur dalam setiap harinya bagaikan “kematian kecil”, sedangkan kematian bagaikan tidur yang sangat lelap dan panjang, maka disebutkan sebagai “tidur panjang”, ketika terbangun sudah pun berada dalam masa kehidupan baru.

Sebetulnya dalam kematian sesungguhnya, ketika arwah meninggalkan jasad, itu semestinya berada dalam kondisi melayang-layang dengan bebas. Masalah terbesar pada manusia adalah pada tubuh kita ini, karena dengan adanya tubuh akan ada sakit jasmani dan kekhawatiran batin, sehingga timbul penderitaan dalam perjuangan melawan sakit jasmani dan kekhawatiran batin itu. Ketika kematian tiba, semua saraf pada enam bentuk kesadaran telah pun rusak, bahkan sama sekali tidak merasakan sakit lagi, arwah akan melayang-layang dengan bebas.   

Dengan menunaikan kewajiban dari tubuh berwujud, maka kematian tidak perlu ditakutkan

Saya ada seorang murid, dia adalah seorang anggota Komisaris Kehormatan, Tzu Cheng dan Komite Tzu Chi, dia menderita sakit jantung. Suatu ketika dia bersama isterinya pergi mengumpulkan dana sumbangan donatur, saat pulang dadanya terasa sesak tidak seperti biasanya, dia lalu berkata kepada isterinya: “Saya merasa kurang enak, sepertinya jantungku bermasalah, mungkin perlu ke dokter.” Isterinya lalu meminta putera mereka untuk mengantarkan ayahnya ke rumah sakit. Karena puteranya baru kembali dari AS, jadi kurang kenal dengan jalan-jalan di Taipei, dia masih bisa memandu puteranya bagaimana mencari jalan ke rumah sakit, namun ketika hampir sampai di rumah sakit, dia jatuh tak sadarkan diri.

Setelah dirawat di ruang gawat darurat, dokter berkata kepada isterinya: “Kondisinya sangat kritis, sepertinya tiada harapan lagi.” Dia kemudian dirujuk ke sebuah rumah sakit besar, dokter di sana kemudian melakukan pertolongan darurat dan katerisasi jantung, namun tetap saja dirinya didiagnosa berada dalam kondisi kritis. Saat itu kebetulan saya berkunjung ke sana, saya lalu menjenguknya di rumah sakit, isterinya terlihat berlinang ari mata di luar ruang ICU, saya lalu masuk ke dalam untuk melihatnya, saya memanggil namanya, ternyata tak seberapa kemudian dia sadarkan diri dan berkata kepada saya: “Terima kasih Master, karena telah memanggilku kembali.”

Menurut penuturannya, ketika itu dia merasa dirinya sangat ringan dan melayang-layang di udara, sepertinya akan segera membentur langit-langit, dia melihat banyak orang sedang berusaha menyelamatkan nyawanya, dia merasa sangat heran, dia juga mendengar banyak orang sedang memanggil namanya. Setelah melihat segera terpikirkan: “Bukankah itu adalah diriku?” Kemudian dia merasakan ada orang sedang memanggil namanya, dia melihat ayah ibu dan sanak saudaranya yang semuanya sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu sedang melambaikan tangan kepadanya. Dia merasakan lingkungan tersebut sangat indah dan sedang bermaksud pergi ke  arah sana, tiba-tiba dia mendengar suara saya memanggilnya: “Kamu harus kembali, sebab di Tzu Chi masih banyak yang belum dikerjakan.” Dia lalu berpikir: “Betul juga, saya masih banyak hal yang belum dikerjakan.” Dia lalu membalikkan badan dan sadar kembali. Dia sering berbagi cerita kepada orang: “Setelah pengalaman sekali ini, saya tidak takut mati lagi.”

Dalam “Sutra pertobatan Kaisar Liang” ada sebuah naskah, ketika kesadaran kedelapan dari seseorang meninggalkan jasadnya, jalan karma akan muncul di hadapannya, jadi harus berhati-hati agar tidak tertarik pergi oleh kondisi itu. Ketika gudang kesadaran kita meninggalkan jasad, kita akan melihat orang yang kita kasihi atau sanak keluarga kita memanggil kita, jika kita ikut bersamanya, maka berarti kita akan berputar mengikuti roda karma. Dari cerita murid saya yang kembali dari gerbang kematian ini, telah membuktikan kepada saya akan kebenaran dalam Sutra. Maka ketika gudang kesadaran meninggalkan jasad, itu bukan suatu hal yang pantas ditakutkan. Terpenting adalah ketika masih hidup, kita harus mempergunakan tubuh yang berwujud ini untuk menunaikan kewajiban diri dengan benar-benar melakukan hal yang memang pantas dilakukan dan menjalani kehidupan yang bermakna.

Dikutip dari buku “Hidup dan mati dengan bebas” karangan Master Cheng Yen
 
死不足畏?
 
有人問:死亡是怎麼一回事?

上人開示:死亡,就像一個人每天做完該做的事要休息。但是人常苦於執著不休,如果白天做了某些事有點心不安,或是還有未了的事情,晚上常常就會睡不著,睡不著當然很痛苦,這就是掛礙。

要沒有掛礙就要注意當下,事事做得清楚、說得清楚,到了休息的時間,就心無掛礙睡覺了!所以我常說人每天睡覺就像「小死」,而死亡只像進入深沈的睡眠,所以說「長眠」,而再醒來時,就是一段新的人生。

其實,真正的死亡──靈魂脫體的時候,應該是很飄然的境界。人之大患在於有身,有了身體,就會有病痛和心靈的掛礙不捨,這種身心的掙扎之苦。死亡時,身體的六識神經都敗壞了,連痛也不知其痛,靈魂是很飄然的。

盡形壽 則死不足畏

我 有一位弟子,他是榮董也是慈誠隊、委員,他有心臟病。有一次夫妻倆去收功德款,回家後覺得胸悶,感覺跟以前不太一樣,他就對太太說:「我很不舒服,心臟好 像有問題,可能要去看醫師。」太太就叫兒子開車一起送他去。兒子剛從美國回來,對臺北的交通路況不熟悉,他還指揮兒子要怎麼轉彎,一直到達醫院附近,他就 不省人事了。

急救後,醫師跟太太說:「很危險,好像不太行了。」於是又轉送另一家大醫院,醫師幫他急救後又做心導管,但還是發出病危通知。當時我正好行腳到了那裡,就到醫院去看他,他太太在加護病房外流著淚,我進去看他、叫他,一會兒他醒來了,就對我說:「感恩師父叫我回來。」

聽他的描述,當時他覺得自己很輕,飄浮在半空中,好像快到天花板了,看到很多人在做急救,他覺得很奇怪,又聽到很多人在叫他。他看了後說:「那不是我嗎?」 後 來感覺有人叫他,他看到他的父母親還有親戚,都是已經往生好幾年的人,在向他招手。他覺得那個境界很美,正想要跟過去,就在這個時候,他聽到師父的聲音在 叫他:「你要回來,慈濟還有很多事沒做完。」他想:「對啊!我還有事沒做完。」他立即回過頭來,然後就醒了。他常常跟別人分享說:「經過這一次經驗,已經 不怕死了。」

《梁 皇寶懺》裡面有一段文章描述,人的第八識脫離身體之後,業道就會現前,必須注意不要輕易被境界吸引。當你的意識離開身體之後,會看到你所愛的人、你的親人 在呼喚你,倘若跟著他去,就隨業而轉了。經由這位弟子從死神手中又回來的分享,更讓我印證佛經裡的道理。所以業識脫離身體,並不是件可怕的事。最重要的 是,還活著的時候,我們應該利用有形的身體,盡本分真正做一些該做的事,活出生命的價值。

本文摘自:證嚴上人著作《生死皆自在

Tidak ada komentar:

Posting Komentar