Rabu, 20 Juni 2012

Dengan melampaui batas agama, Dharmakaya Mahasattva masuk ke dalam khalayak ramai

Inline image 1
“Dengan banyak orang, keberkahan akan besar, tentu kekuatan juga besar.” Setelah Master mendengarkan laporan pelaksanaan empat misi utama dari insan Tzu Chi Indonesia, Master mengungkapkan perasaan terima kasihnya atas sumbangsih insan Tzu Chi terhadap warga miskin di Indonesia selama ini, kegiatan bakti sosial pembagian beras cinta kasih skala besar yang berulang kali dilakukan telah pun memberikan sedikit kekuatan untuk menentramkan kondisi masyarakat yang kurang tenang. Kesenjangan antara kaum kaya dan kaum miskin di Indonesia sangat besar, kaum kaya dilayani oleh para pembantu dalam kehidupan sehari-hari, bagaikan berada di alam surga, sedangkan kaum miskin untuk makan tiga kali sehari saja susah, jika sakit juga tidak mampu berobat, bagaikan berada di alam neraka.

Master mengharapkan insan Tzu Chi dapat menggerakkan konsep “kaum kaya yang kaya batiniah” dan “kaum miskin yang kaya batiniah”, agar orang yang hidup di alam surga dapat “melampaui alam surga” dengan menghargai keberkahan dan mau menciptakan keberkahan baru, menjadi Bodhisattva yang bersumbangsih tanpa pamrih; sedangkan penerima bantuan bisa tahu kalau mereka sendiri juga memiliki kemampuan untuk menolong orang lain, menimbulkan keikhlasan untuk bersumbangsih sedikit tanpa berdampak pada kondisi kehidupan sendiri, sehingga mereka dapat terus memupuk niat kebajikan.

“Saya berharap semua orang dapat bertekad untuk menjadi Bodhisattva, ke mana pun pergi dapat mensucikan batin manusia dan menciptakan keberkahan bagi masyarakat.” “Kita harus belajar pada para Bodhisattva yang berlayar dengan perahu welas asih di lautan penderitaan demi menyelamatkan semua makhluk, bukan saja masuk ke lautan penderitaan, juga harus berupaya untuk merubah lautan penderitaan menjadi lautan dharma, mencabut penderitaan pada diri kaum menderita, serta berulang-ulang membabarkan dharma kepada mereka, agar setiap orang dapat menyerapkan dharma ke dalam batin dan menerapkannya dalam tindakan, juga memiliki pengetahuan benar dan pandangan benar.”

Tanpa membedakan agama dan keyakinan, mengembangkan potensi semaksimal mungkin

Insan Tzu Chi Indonesia mengadakan bakti sosial pembagian beras cinta kasih di daerah pemukiman mayoritas muslim, dengan kewelas asihan dan kebijaksanaan menunaikan tugas untuk menolong kaum miskin dan menderita; Master mengambil contoh ini untuk menunjukkan bahwa cara satu-satunya untuk mengatasi kecurigaan dan rintangan yang diakibatkan oleh perbedaan agama dan keyakinan adalah “hati harus lapang, cinta kasih harus besar, tekad harus tegar dan keyakinan harus kokoh.”
 
Ketika kita memiliki hati dan dada yang lapang, tentu tidak akan lagi membeda-bedakan agama dan ras, serta akan bersumbangsih dengan cinta kasih universal tanpa pamrih; jika pun telah berikrar niat kebajikan dan keyakinan tetap teguh, tentu tidak akan lagi terganggu oleh pengaruh dari luar yang dapat menggoyahkan tekad hati. “Keyakinan harus teguh, namun tidak boleh angkuh; jika keyakinan sudah mendalam dan dapat mengecilkan keegoan, barulah akan merasakan kalau alam sangat luas dan penuh kenyamanan di mana pun berada.”

Master memberi pujian bahwa setiap insan Tzu Chi di setiap negara merupakan “Dharmakaya Mahasattva” (makhluk agung bertubuh Dharma), mereka telah menyerapkan Dharma ke dalam batin, mereka berhasil mengembangkan sila, samadhi dan kebijaksanaan untuk membebaskan diri dari kegelapan batin dan kerisauan, sehingga mampu mempergunakan kewelas asihan dan kebijaksanaan untuk menolong orang-orang yang menderita dalam masyarakat banyak.

“Semua keberhasilan dari misi-misi Tzu Chi merupakan hasil kerja dari setiap insan Tzu Chi yang benar-benar telah berbuat dengan sepenuh hati; semua orang bersatu hati, mampu mengecilkan keegoan tanpa mencari pujian untuk diri sendiri, setiap orang telah mengembangkan potensi diri semaksimal mungkin, jadi setiap orang sungguh patut dikagumi. Saya berharap semua orang dapat belajar pada kelebihan dari misi-misi pada setiap negara untuk memperbaiki kekurangan sendiri, di kemudian hari semua orang masih harus lebih giat lagi, serta berpartisipasi dengan sepenuh hati dan sepenuh cinta kasih.”

Kata Perenungan Master Cheng Yen
Berbuat dengan ikhlas dan menerima apa pun hasilnya dengan suka cita, tanpa perasaan mendapatkan atau kehilangan, serta tanpa pamrih, batin suci tanpa noda.

Ceramah Master Cheng Yen 7 Februari 2012
Dikutip dari Majalah Bulanan Tzu Chi edisi 544
 
跨越宗教藩籬 法身大士入人群
 
「人多、福大,力就大。」聽取印尼慈濟人四大志業成果報告,上人感恩慈濟人長期以來對印尼貧困居民付出,屢次的大型米糧發放,也為動盪的社會注入安定力量。印尼居民貧富懸殊,富裕者生活諸事有傭人操辦,如處天堂;貧困者三餐不繼,生病也無力就醫,如處地獄。

上人期待慈濟人能帶動「富中之富」與「貧中之富」,讓生活在天堂裏的人能「超越天堂」,惜福、造福,成為無私付出的菩薩;受助者也知道自己有助人的力量,願意在不影響生活的範圍內付出少許,持續培養善念。

「希望人人志為菩薩,所到之處都能淨化人心、造福社會。」「要學習菩薩『駕慈航,入苦海,度眾生』,不只是入苦海,還要化苦海成法海,為苦難人拔苦,復為說法,讓人人法入心、法入行,擁有正知正見。」

不分宗教信仰 發揮奈米良能

印尼慈濟人到伊斯蘭村落發放白米,悲智雙運完成濟助貧苦的任務;上人以此為例,指出若因不同宗教信仰而受質疑、阻擾,克服的訣竅無他,唯「心要寬,愛要大,志要堅,信要定」。

心胸寬大,就能不分宗教、不分種族,而以無私大愛付出;發心立願、信仰堅定,就不會受外在影響、動搖心志。「信仰要堅定,但不能驕慢;信仰愈徹底、身段愈縮小,才得天寬地闊,隨處皆能自在。」

上人讚歎各國慈濟人都是「法身大士」,法入心,具有戒、定、慧而解脫無明煩惱,故能於人群中悲智雙運救苦救難。

「慈濟志業成果,皆是每一位慈濟人真正投入心力所做;人人合心、縮小自己不居功,每一位都發揮奈米良能,令人讚佩。請大家帶回各國志業優點,改進自身缺失,未來仍要殷勤精進、用心用愛投入。」

【靜思小語】甘願做、歡喜受,無得失、無所求,心靈圓明自然。

證嚴上人開示於201227日《農正月十六》
本文摘自:《慈濟月刊》544期《證嚴上人.衲履足跡

Tidak ada komentar:

Posting Komentar