Suatu
hari, ketika Tuhan sedang berbincang-bincang dengan sekelompok malaikat cilik, ada seorang malaikat cilik yang berkata: “Saya
sangat menginginkan agar diri saya memiliki karakter khas tersendiri.” Tuhan
lalu bertanya: “Apa karakter khas yang kamu inginkan?” Setelah berpikir
sejenak, malaikat kecil menjawab: “Bolehkah saya menjadi malaikat kecil yang
mampu memberi maaf pada orang?” Tuhan menjawab: “Tetapi semua di sini adalah
orang baik, tiada seorang pun yang akan berbuat kesalahan padamu, jadi tiada
kesempatan bagimu untuk memberi maaf pada orang.”
Saat
ini ada seorang malaikat cilik lainnya berkata:
“Biarlah saya menjadi seorang yang menerima maaf darimu.” Malaikat kecil bertanya:
“Bagaimana kamu melakukannya?” “Kelak saya akan lahir ke alam manusia, saya
akan menjadi seseorang yang senantiasa memperlakukanmu dengan buruk dan terus
menyiksa dirimu, agar ada kesempatan bagimu untuk memberi maaf padaku. Namun,
saya ada syarat.” “Apa syaratmu?” “Setelah terlahir ke dunia, saya harus tidak
ingat lagi kalau diriku adalah malaikat, baru saya bisa berbuat banyak
kesalahan; namun jika kebetulan kamu juga lupa bahwa dirimu adalah malaikat dan
tidak mau memaafkanku, bukankah nantinya kita berdua tidak akan dapat kembali lagi
ke sini?” Pada saat ini Tuhan berkata: “Jika terjadi hal demikian, maka pada
saat itu saya akan mengirimkan banyak malaikat untuk menolong kalian.”
Bukankah keteladanan Buddha juga demikian? Biar pun Devadatta telah berulang kali mencelakai dan berusaha membunuh Sang Buddha, serta merusak Sangha, namun Sang Buddha tetap memaafkannya. Sang Buddha berkata: “Saya berterima kasih kepada Devadatta, jika bukan karenanya, bagaimana mungkin saya dapat membimbing semua orang dengan berbagai jenis metode, jadi Devadatta adalah kalyanamitra (teman sejati dan guru pembimbing) yang menopang keberhasilanku.”
Agama mengajarkan kepada kita agar mau memaafkan orang dan mengembangkan cinta kasih dalam hati kita. Kita harus mencintai semua makhluk dalam penderitaan, kita juga harus memaafkan orang yang sangat jahat. Setiap kali menerima siksaan, setiap kali juga dapat memaafkan pihak lawan, itu baru merupakan kemampuan sesungguhnya, baru merupakan pengasuhan diri sesungguhnya. Dalam pembinaan diri, perlu orang lain untuk memberi gosokan, intan dapat bersinar dikarenakan tahan gosok. Jangan biarkan diri kita menjadi batu kasar yang terus menggosok orang lain, sebab batu kasar akan tergosok habis, sedangkan intan akan semakin mengkilap setelah digosok. Seperti kedua malaikat cilik yang takut tersesat, sesungguhnya bukankah setiap manusia awam sedang tersesat? Berada dalam kebingungan adalah manusia awam, jika sudah tersadarkan, itulah para Buddha dan Bodhisattva. Segala sesuatu di dunia ini adalah Dharma, jadi kita harus mencengkam setiap momen untuk menerima ajarannya.
Bukankah keteladanan Buddha juga demikian? Biar pun Devadatta telah berulang kali mencelakai dan berusaha membunuh Sang Buddha, serta merusak Sangha, namun Sang Buddha tetap memaafkannya. Sang Buddha berkata: “Saya berterima kasih kepada Devadatta, jika bukan karenanya, bagaimana mungkin saya dapat membimbing semua orang dengan berbagai jenis metode, jadi Devadatta adalah kalyanamitra (teman sejati dan guru pembimbing) yang menopang keberhasilanku.”
Agama mengajarkan kepada kita agar mau memaafkan orang dan mengembangkan cinta kasih dalam hati kita. Kita harus mencintai semua makhluk dalam penderitaan, kita juga harus memaafkan orang yang sangat jahat. Setiap kali menerima siksaan, setiap kali juga dapat memaafkan pihak lawan, itu baru merupakan kemampuan sesungguhnya, baru merupakan pengasuhan diri sesungguhnya. Dalam pembinaan diri, perlu orang lain untuk memberi gosokan, intan dapat bersinar dikarenakan tahan gosok. Jangan biarkan diri kita menjadi batu kasar yang terus menggosok orang lain, sebab batu kasar akan tergosok habis, sedangkan intan akan semakin mengkilap setelah digosok. Seperti kedua malaikat cilik yang takut tersesat, sesungguhnya bukankah setiap manusia awam sedang tersesat? Berada dalam kebingungan adalah manusia awam, jika sudah tersadarkan, itulah para Buddha dan Bodhisattva. Segala sesuatu di dunia ini adalah Dharma, jadi kita harus mencengkam setiap momen untuk menerima ajarannya.
小天使的願望
有一天,上帝跟一群小天使談話。其中一位小天使說:「我很想要有自己的特色。」上帝就說:「你想要有什麼特色呢?」小天使想一想說:「我來做一位會原諒別人的小天使好嗎?」上帝說:「可是大家都是好人,沒有人會做對不起你的事,因此也沒有讓你有原諒別人的機會。」
佛陀的教化不也是這樣嗎?提婆達多雖然屢次陷害、試圖毒殺佛陀,破壞僧團,但佛陀還是原諒他。佛陀說:「我感恩提婆達多,若不是他,我怎能以種種方法來教化大家,因此提婆達多是成就我的善知識。」
宗 教,是教育我們去原諒別人,去發揮心中的愛。要去愛苦難中的眾生,要去原諒很惡毒的人。每次受到折磨,而每次都可以原諒對方的人,才是真功夫,才是真修 養。修行就是要有人來磨,鑽石會閃亮,就是因為耐磨。我們可不要讓自己成為一塊粗石,又一直在磨別人;因為粗石會磨損,鑽石磨了後會光亮。如同那兩位小天 使怕迷失一般,其實,每一位凡夫不都在迷失中嗎?迷,就是凡夫;覺悟時,就是菩薩諸佛。世間無不是法,我們要把握時間來接受教育。
Tidak ada komentar:
Posting Komentar