Obyek
luar tubuh seperti harta, rupa, nama, makanan, tidur dan sebagainya, semuanya
bisa menggoda batin seseorang untuk terpikat padanya, sehingga terus mencari
kenikmatan, terus mencari yang lebih baik, lebih cepat atau lebih banyak, di
mana nafsu keinginan manusia memang tiada batasnya.
Saya pernah mendengar kisah tentang seorang wanita kelas atas yang menghadiri sebuah acara pernikahan dengan mengenakan sehelai pakaian berharga 30-an juta rupiah, dia dengan senangnya memamerkan diri kepada orang-orang. “Pakaian ini hanya satu-satunya di dunia ini dan tiada duanya, itu sebabnya harganya begitu mahal.” Semua orang memberi pujian kepadanya. Ketika acara pernikahan sudah dimulai dan tamu satu persatu duduk, wanita kelas atas tersebut tiba-tiba meninggalkan tempat itu dengan marah, ternyata di mejanya ada seorang wanita lain yang mengenakan pakaian dengan merek dan model yang sama dengannya, pakaiannya itu rupanya bukan tiada duanya di dunia ini.
Dia menghabiskan 30-an juta rupiah hanya untuk membeli sebuah perasaan senang karena dipuji-puji orang, tak dinyana ternyata pakaiannya itu bukan “tiada duanya” di dunia ini, ketika dia menemukan ada “duanya”, tentu saja dia merasa marah. Ini adalah sebuah kisah nyata, juga merupakan sebuah contoh dari kehidupan penuh kebingungan.
Tidak mencari nama dan rupa, menjadi tuan atas diri sendiri
Jangan biarkan kehidupan dikendalikan oleh reputasi atau nama besar, kita seharusnya bisa menjadi tuan atas diri kita sendiri dan melakukan hal-hal yang benar-benar bernilai. Setiap insan Tzu Chi yang telah dilantik akan mengenakan cheongsam Komite atau jas Tzu Cheng, pakaian ini bukan “tiada duanya”, melainkan “tiada terhingga”, di seluruh dunia sudah ada lebih dari 60 ribu orang yang mengenakan “seragam kelemah-lembutan dan kesabaran” yang sama ini, semua orang ternyata bersuka cita dari dalam lubuk hati terdalam ketika mengenakannya.
Pada 3 tahun lalu bertepatan dengan Hari Waisak, relawan Tzu Chi di Kaohsiung, Wu Yong-hong dan Guo Ting-yu dengan mengenakan jas Tzu Cheng dan seragam “Jalan arya beruas delapan” melangkah masuk ke aula pernikahan, yaitu depo pelestarian lingkungan Tzu Chi.
Melihat
sepasang pengantin sudah tiba di depo pelestarian lingkungan, semua orang
segera membunyikan petasan bagi mereka, berupa suara kaleng-kaleng tembaga
sebagai pengganti petasan sesungguhnya, juga ada seikat kaleng bekas tempat minuman
yang diikatkan di belakang sepeda yang mereka berdua kenderai. Uang hadiah
pernikahan yang mereka terima dalam resepsi dengan menu vegetarian, semuanya disumbangkan
sebagai dana bantuan pembangunan rumah cinta kasih Tzu Chi di Gansu Tiongkok,
mereka juga membagikan suvenir kepada setiap tamu undangan berupa sebuah
celengan bambu, dengan harapan semua orang memberi respon pada seruan “Masa
celengan bambu”, masa bulan madu mereka juga dihabiskan sebagai relawan di RS
Tzu Chi.
Tiada acara penuh kemewahan, namun semua orang memberikan pemberkatan dengan hati paling tulus untuk mereka. Saya percaya, ini baru benar-benar merupakan sesuatu yang lain daripada yang lain, acara pernikahan yang “tiada duanya” dan pantas dikagumi, juga pantas diberkati. Jika tahu untuk bersikap rajin dan hemat, baru merupakan kebahagiaan sesungguhnya di dunia ini.
※ Dikutip dari Majalah Bulanan Tzu Chi edisi 529
獨一無二的婚禮
我 曾聽說,有位貴婦穿了一套十幾萬元的衣服去參加喜宴,開心地向人炫耀:「這件衣服全世界只有一件,獨一無二,所以才會那麼貴。」贏得了大家的讚美之聲。喜 宴開始了,賓客陸續入座,貴婦突然氣沖沖地要離開,原來同桌有人跟她穿同樣品牌、同樣款式的衣服,她那件衣服不是獨一無二。
花費十幾萬元,只是想要買一個被人讚美的歡喜;沒想到那件衣服卻不是「獨一無二」,當遇到那個「二」,她自然生氣。這是真人實事,也是迷茫的人生。
不求名相 做自己的主人
人生莫被面子或名聲左右,應該做自己的主人,做真正有價值的事情。每一位受證的慈濟人,身上所穿的委員旗袍、慈誠西裝,不是獨一「無二」,而是「無數」,全球已有超過六萬人穿上同樣的「柔和忍辱衣」,人人發自內心歡喜。
三年前,高雄慈濟志工吳永宏和郭庭聿,在佛誕日當天穿著慈誠西裝和委員「八正道」制服,步入結婚禮堂——環保站。
看到新娘、新郎來到環保站,大家趕緊為他們放炮——用銅罐子鏗鏗鏘鏘聲響代替鞭炮;還有一整串飲料鐵罐綁在腳踏車尾,讓他們兩人騎著走當作放鞭炮;素食喜宴收的禮金,他們捐作慈濟甘肅扶貧基金,還送每位賓客一支竹筒,願人人響應「竹筒歲月」;他們的蜜月旅行,就是到慈濟醫院當志工……
沒有豐盛華麗的排場,人人卻是用最虔誠的心為他們祝福。我相信這才是真正與眾不同、「獨一無二」的婚禮,值得佩服,也值得祝福;懂得克勤、克儉,才是人間真正的幸福。
※本文摘自529期慈濟月刊.無盡藏
Tidak ada komentar:
Posting Komentar