Niat
tidak baik bersumber dari keserakahan, kebencian dan kebodohan dalam batin.
Kita hidup dengan tabiat buruk seperti keserakahan, kebencian, kebodohan,
keangkuhan dan kecurigaan, sehingga ketika melihat kondisi sekitar, akan segera
timbul pikiran kikir dan serakah. Kekikiran dan keserakahan tidak pernah hilang
dari batin manusia barang sedetik pun, bibit ini sepertinya tumbuh langgeng
dalam batin manusia. Sebagai contoh, orang yang semula teman baik kita mendadak
lebih menonjol, dengan kerja kerasnya, dia berhasil memperbaiki taraf kehidupan
dan meningkatkan statusnya, sehingga semua orang mengiyakan dan memberi pujian
kepadanya, ketika menyaksikan hal ini, hati kita lalu merasa tidak senang, ini
disebut dengan iri hati. Iri melihat orang lebih baik dari kita, iri melihat
orang lain berhasil, hati iri terhadap orang sukses dan berbakat adalah hati
manusia awam.
“Memuji diri sendiri dan menjelek-jelekkan orang” adalah sikap tidak bermoral
Sang Buddha mengajarkan kita agar “turut bersuka atas kebajikan orang”. Bukan saja jangan merasa iri terhadap orang, tetapi ketika melihat orang lain lebih berbakat atau melihat orang lain meraih kesuksesan, dihormati dan dipuji orang, kita semestinya harus membangkitkan hati suka cita kita, pada saat bersamaan juga harus memberikan pujian kepada orang, ini adalah sebuah kebiasaan baik dan sebuah tabiat baik. Ketika melihat orang lain sukses atau mendengar orang lain dipuji, kita sendiri harus melihat pada kondisi hati kita apakah ada selaras atau tidak, apakah merasa iri atau sangat bersuka cita? Inilah beda sebuah niat baik atau tidak baik.
Jika merasa tidak senang atas
kesuksesan orang, inilah “niat tidak naik”; selain memiliki niat tidak baik, kemudian
juga menciptakan aktifitas buruk, ini disebut dengan “keirian”. Ini merupakan
tumbuhnya benih tidak baik dalam batin yang di kemudian hari akan berbuah, jadi
lautan karma dan buah karma hanya tergantung pada sebuah niat pikiran belaka. Hati
iri ditampakkan lalu ke luar, bagaimana bentuknya? Yaitu memuji diri sendiri
dan menjelek-jelekkan orang. Karena hati kita tidak senang, tidak senang
melihat orang lain dipuji-puji atau orang lain meraih kesuksesan, maka dengan
adanya pikiran ini, kita tidak dapat lagi menahan diri untuk membandingkan diri
dengan orang: “Saya tidak lebih buruk darinya, seingatku dulu dirinya juga sama
denganku, dia tidak tahu apa-apa dan semuanya saya yang ajarkan........”
Jika kita selalu mengatakan bahwa
budi pekerti dan kemampuan orang lebih jelek daripada diri sendiri, serta
menunjukkan bakat sendiri jauh lebih baik daripada orang, ini yang disebut dengan
“memuji diri sendiri dan menjelek-jelekkan orang”. Kita semua boleh menanyakan
kepada diri sendiri, ketika orang lain meraih kesuksesan, bagaimana kondisi
batin kita saat itu? Siapa tahu kalau hati kita semua tetap selaras dan beranggapan
apa hubungan kesuksesan orang dengan diriku? Apakah demikian sudah benar? Masih
kurang sedikit lagi.
Keirian menciptakan karma buruk dan ikut bersuka cita mendatangkan pahala
Jika dapat ditingkatkan sedikit lagi dengan memberi pujian: “Sungguh bagus sekali, sangat langka sekali! Kesuksesannya benar-benar merupakan kebanggaan kita semua.” Inilah pahala dari ikut bersuka cita atas kesuksesan orang. Iri hati tiada gunanya, bahkan pasti berbahaya! Sebab orang yang selalu memuji diri sendiri akan merasa dirinya hebat dan suka membesar-besarkan diri, angkuh dan sombong, sehingga lupa diri. Watak demikian sebaliknya akan membuat orang lain memandang rendah pada diri kita, dari itu hati iri jangan sekali-kali sampai timbul dalam benak kita. Selain memuji diri sendiri, juga memfitnah orang, ini akan menciptakan karma buruk yang berat. Dasa akusala karma (sepuluh karma buruk) yang berlawanan dengan dasa kusala karma (sepuluh karma baik) terdiri dari tiga karma dari tubuh (membunuh, mencuri dan berbuat asusila), tiga karma dari pikiran (keserakahan, kebencian dan kebodohan) dan empat karma dari ucapan (berdusta, bergunjing, berkata kasar dan omong kosong). Maka dari itu, memfitnah orang merupakan karma buruk yang berat.
Dalam masyarakat sekarang, asal menghidupkan pesawat televisi atau membaca koran, semua yang terlihat adalah sikap memuji diri sendiri dan menjelek-jelekkan orang, penyakit ini disebut dengan “iri hati”. Dalam belajar ajaran Buddha, kita harus belajar memperhatikan batin sendiri, terhadap orang harus tetap berpegang pada kondisi hati yang wajar dan ingin menyadarkan orang. Jika orang lain kurang baik, kita harus berupaya untuk menyadarkan dan merubahnya. Asal orang ada kelebihan walau sekecil apa pun, kita harus memberi dorongan semangat kepadanya. Jika orang melakukan perbuatan baik sekecil apa pun, kita harus segera memberi pujian, maka kesempatan bagi dirinya untuk berubah baik akan menjadi lebih besar.
※ Dikutip dari “Jurnal Harian Master Cheng Yen” edisi musim dingin tahun 2011
讚歎他人有功德
「自讚毀他」失德
佛陀教我們要「隨喜功德」。不只不嫉妒別人,看到別人優秀,看到別人成功、被尊重、受人讚歎,應該要起歡喜心,同時也要讚歎別人,這是一種好習慣、好習氣。看到別人成功,或聽到別人受讚歎,自己感受一下自己的心態,是不平衡、嫉妒別人或者是很歡喜?這就是一念惡,一念善。
不 歡喜別人成功,是「惡念」;除了惡念之外,又現行造業,這叫做「嫉妒」。這是內心惡的種子浮現,將來也會結成果,因緣果海,只在於一念心。嫉妒的心態現 行,到底是什麼形態呢?就是自讚毀他。因為你的心不歡喜,不歡喜對方被讚歎,不歡喜對方成功,所以那一念心、忍不下這一口氣,很自然的就會現行出來和他比 較:「我不比他差!記得以前他和我也差不多;他什麼都不懂都是我教他的……」
把別人種種品德、才能,都說得比自己差,並且展現出自己的才華比對方還好,這叫做「自讚毀他」。大家可以捫心自問,看到別人成功時,到底我們的心態是什麼?說不定大家都很平靜,認為別人的成功和我有什麼關係?這樣對不對?還差一點。
嫉妒造業 隨喜有功德
如果可以再升等,發出讚歎:「真的這麼好,很難得!他的成功,其實就是大家的光榮!」這就是隨喜功德。嫉妒對我們無益,而且絕對有害!因為自讚的人會自大、 膨脹自己,會貢高我慢、迷失自己。這樣的人格反而讓人輕視,所以嫉妒心真是要不得!若除了自讚外,還毀謗他人,將造成很重的口業。和十善業相對的十惡業, 指的就是身體所造的三惡業──殺、盜、淫;心所造的三惡業──貪、瞋、癡;口所造的四惡業──妄語、兩舌、惡口、綺語。因此毀謗他人的業很重!
現在的社會,只要打開電視、報紙,所看到的無不是自讚毀他,這種毛病,叫做嫉妒。學佛就是要學習怎麼注意自心,對人必定要抱持平常心和度化心。別人不好,我們設法來度化、感化。只要別人有一點好處,就鼓勵他。若別人做一點好事,就讚歎他,那麼他願意改的機會就比較多。
※本文摘自:《證嚴上人衲履足跡》 二00一年.冬之卷
Tidak ada komentar:
Posting Komentar