Ada
orang yang bertanya kepada Master Cheng Yen:
Bagaimana
agar dapat membina diri dalam lingkungan orang banyak tanpa kenal mundur?
Master Cheng Yen menjawab:
Sebagian
orang ketika merasa hatinya senang, mereka lalu berikrar untuk bergabung, namun
begitu membentur tembok, langsung mengatakan “Saya tidak mau ikut lagi”,
sebetulnya siapa yang berbuat, dia yang akan menuai hasilnya, bagi seorang yang
giat membina diri, tentu jiwa kebijaksanaannya akan tumbuh dengan sendirinya,
sedangkan seorang yang mundur, jiwa kebijaksanaannya juga akan lenyap dengan
sendirinya. Seperti manusia yang harus makan sendiri, barulah tubuhnya dapat
menyerap gizi makanan, maka jika ingin jiwa kebijaksanaan tumbuh berkembang,
kita sendiri yang harus membina diri.
Hendaknya menjadi batu berharga yang semakin gosok semakin kilap
Master menyatakan, “Dalam lingkungan orang banyak, barulah dapat melakukan pembinaan diri; keBuddhaan juga hanya dapat dicapai di alam manusia, sedangkan di alam surga, semua orang menikmati kebahagiaan, sehingga tidak ada kesempatan untuk berbuat kebajikan, juga tidak ada benturan antar sesama yang dapat menimbulkan kerisauan. Dengan kata lain, hanya di alam manusia barulah ada batu kasar sebagai gosokan, jadi kita harus mendorong diri sendiri agar dapat menjadi batu berharga yang semakin gosok semakin kilap, jika kita menganggap diri sendiri sebagai batu bata biasa, maka tentu saja tidak akan tahan digosok.”
Hendaknya menjadi batu berharga yang semakin gosok semakin kilap
Master menyatakan, “Dalam lingkungan orang banyak, barulah dapat melakukan pembinaan diri; keBuddhaan juga hanya dapat dicapai di alam manusia, sedangkan di alam surga, semua orang menikmati kebahagiaan, sehingga tidak ada kesempatan untuk berbuat kebajikan, juga tidak ada benturan antar sesama yang dapat menimbulkan kerisauan. Dengan kata lain, hanya di alam manusia barulah ada batu kasar sebagai gosokan, jadi kita harus mendorong diri sendiri agar dapat menjadi batu berharga yang semakin gosok semakin kilap, jika kita menganggap diri sendiri sebagai batu bata biasa, maka tentu saja tidak akan tahan digosok.”
Master melanjutkan, jikalau keduanya sama-sama merupakan batu kasar, maka ketika saling gosok akan sama-sama aus. “Jika diri sendiri tidak mau menjadi batu berharga dan hanya ingin menjadi batu kasar yang menggosok orang, atau tidak tahan gosok, maka meski pun masa kehidupan berkurang hari demi hari, sampai ajal tiba pun, tetap saja tidak akan mendapatkan manfaat apa-apa.” Master mengatakan adalah sulit untuk terlahir sebagai manusia, namun masa kehidupan sudah tentu ada batasnya, tiada seorang pun yang tahu kapan ajalnya akan tiba, sebagaimana dikatakan sebagai “ketidak kekalan” dalam ajaran Buddha; juga sulit berjodoh untuk mendengarkan ajaran Buddha, jika sekarang kita sudah pun berkesempatan untuk mendengarkan ajaran Buddha, jadi jangan hanya “anda katakan dan saya dengarkan” saja, pembinaan diri sesungguhnya bukan hanya berbuat kebajikan untuk mencari jasa pahala, atau melakukan hal-hal yang menguntungkan ajaran Buddha saja, lalu terus membesar-besarkan diri. Baik itu mencari jasa pahala, mencari nama atau mencari keuntungan, itu semua bukanlah pembinaan diri. Dalam mazhab Tzu Chi, kita harus berbuat sendiri dalam tindakan nyata, bukan saja bersumbangsih tanpa pamrih, juga harus berterima kasih kepada pihak yang menerima bantuan.
“Agama adalah tujuan pokok dalam kehidupan dan pendidikan berkehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seharusnya belajar menempa diri untuk mengecilkan keegoan, serta bersumbangsih dengan ikhlas, jika kita bersumbangsih dengan ikhlas, tentu kita tidak akan merasa bersusah payah atau berkeluh kesah, sebaliknya kita akan merasa berbahagia dan bersyukur.”
Master menyatakan, “Di atas langit masih ada langit, seberapa hebat pun seseorang, masih ada orang lain yang lebih hebat lagi”, jadi jangan membesar-besarkan diri, juga tiada sesuatu pun yang perlu dibangga-banggakan; pendek kata, jangan ada kemelekatan, “Jika ingin menjaga jiwa kebijaksanaan diri sendiri, kita harus menyayangi diri sendiri, sebab menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi.”
※ Dikutip dari “Jurnal Harian Master Cheng Yen” edisi musim semi tahun 2008
做寶石或粗石?
上人開示:
有的人歡喜時就發願投入,若是踢到鐵板時,就說「我不要做了」,其實各人做各人得,精進者,慧命自然成長;退轉者,慧命自然消失。就像人必須自己吃飯,身體才能吸收到營養,若要慧命成長,必須自己修行。
自許做寶石愈磨愈亮
上人表示,「在人群中,才有行可修;唯有在人間,才能修成佛道。若是在天堂,人人享樂,沒有機會做好事,也不會有彼此衝撞的煩惱。換言之,在人間才有粗石可磨,要以寶石愈磨愈亮自勉,若自認為磚塊,就禁不起磨。」
上人續示,倘使兩兩皆為粗石,則互磨就會同時損壞。「自己不願做寶石,只想做磨人的粗石,或是禁不起磨,徒使生命日減,直到大限之時,毫無得益。」上人說, 難得人身,然而生命總有限度,卻無人能知自己壽限到哪一天,是以佛教說「無常」;佛法難聞,今既已聞佛法,不只是「你說我聽」,真正的修行並非做好事求功 德,或是做了一些利益佛法的事,就不斷自我膨脹。無論是求功德、求名、求利,都不是在修行;而慈濟宗門是身體力行,不但付出無所求,還要說感恩。
「宗教就是人生的宗旨、生活的教育,於生活中,應自我磨練縮小自己,並且甘願付出;若是甘願付出,就不會感到辛苦或有埋怨,反而能感到幸福與感恩。」
上人直指,「人上有人、天外有天」,故無須自大,也就沒有什麼好炫耀的;總之,不要執著,「要照顧自己的慧命,就要自愛,而自愛就是報恩。」
※本文摘自:《證嚴法師衲履足跡》 二00八年.春之卷
Tidak ada komentar:
Posting Komentar