Seorang mantan pejabat pemerintah Singapura, Ibu Fu Xi-quan datang berkunjung, dia menanyakan kepada Master Cheng Yen bagaimana dirinya dapat menggerakkan semua orang untuk berbuat kebajikan dan menyebarkan misi-misi Tzu Chi sampai ke luar Taiwan?
Master menjawab:
“Dalam berbuat kebajikan dengan menolong kaum miskin, bukan hanya memberi materi satu sisi saja, lebih penting lagi adalah interaksi antara sesama; ketika insan Tzu Chi memberi perhatian di dalam komunitas, juga sekaligus menggerakkan siklus kebajikan berupa saling mengasihi dan saling benatu di antara sesama, membuat penerima bantuan menyadari kalau dirinya juga dapat membantu orang lain. Biar pun setiap hari hanya menyisihkan beberapa keping uang logam, itu bisa disumbangkan ke dalam lautan pahala untuk menolong lebih banyak orang menderita lainnya; sehingga kita dapat membangkitkan keyakinan diri pada banyak orang dan mereka bersumbangsih dengan suka.”
Pada saat insan Tzu Chi pergi jauh-jauh ke luar negeri untuk memberikan bantuan bencana, biaya transportasi dan biaya hidup lainnya harus dirogoh dari kocek sendiri, sedangkan semua dana amal dipergunakan untuk membantu warga bencana. Master mengatakan: “Insan Tzu Chi dapat berbuat dengan mantap, tanpa pamrih dan tanpa meminta balasan, itu dikarenakan setiap orang berpegang pada prinsip ‘ke dalam menerapkan ketulusan, kebenaran, keyakinan dan kejujuran’, bertekad untuk bersumbangsih demi semua orang menderita di seluruh dunia.”
Setiap orang memiliki hati cinta kasih, sedangkan diri sendiri tiada pamrih
Definisi Tzu Chi untuk agama adalah “tujuan utama dalam kehidupan dan pendidikan tata cara berkehidupan”, walau insan Tzu Chi memeluk agama yang berbeda, namun semuanya berpegang pada keyakinan dari Master Cheng Yen bahwa “saya percaya diri saya sendiri tiada pamrih dan saya percaya semua orang memiliki hati cinta kasih”, sehingga mereka dapat menggarap lahan batin semua orang, mempraktekkan empat sifat luhur (metta/cinta kasih, karuna/belas kasih, mudita/turut bersuka cita dan upekkha/keseimbangan batin). Master menjelaskan: “Hati cinta kasih adalah cinta kasih universal yang suci tanpa noda, bagai orangtua mengasihi anak-anaknya, berharap semua umat manusia mendapatkan kebahagiaan; hati belas kasih adalah hati mengasihani insan lain bagai terhadap diri sendiri, bagai mengalami sendiri semua penderitaan umat manusia, dengan segenap kemampuan berupaya memberikan pertolongan, tanpa keluhan dan tanpa penyesalan.”
Ibu Fu Xi-quan menyampaikan, efisiensi insan Tzu Chi yang mampu memobilisasi diri dalam waktu singkat pasca bencana benar-benar sulit dibayangkan. Master mengatakan kalau itu disebabkan adanya kemajuan teknologi sekarang ini, setelah insan Tzu Chi di setiap negara mengetahui informasi bencana dari media massa, maka insan Tzu Chi terdekat akan terjun ke lokasi; jika pada negara yang tertimpa bencana tidak ada insan Tzu Chi setempat, maka insan Tzu Chi pada negara tetangga terdekat akan memberikan bantuan lintas batas negara.
Master memberi contoh, setelah Jepang bagian timur tertimpa bencana gempa dahsyat, insan Tzu Chi di seluruh dunia menggerakkan penggalangan dana, sekali pun berada di negeri miskin, insan Tzu Chi tetap menggalang hati cinta kasih warga setempat, menyampaikan konsep pemikiran dan metode bagaimana menghimpun kekuatan kecil menjadi kekuatan besar sebagaimana “Masa celengan bambu”.
“Tzu Chi ‘menolong kaum miskin sambil membimbingnya agar kaya batiniah’ --- membangkitkan kekuatan pendorong bagi kaum miskin untuk aktif dalam menghadapi kehidupan; pada saat bersamaan juga ‘membimbing kaum kaya untuk menolong kaum miskin’ --- agar orang yang kaya secara ekonomi dapat menyaksikan sendiri kondisi kehidupan dari warga korban bencana, dengan menyaksikan penderitaan dapat timbul kesadaran betapa beruntungnya diri sendiri, sehingga mau melalukan introspeksi diri. Tak peduli kaya atau miskin secara ekonomi, asal rela bersumbangsih untuk menolong orang dan mempraktekkan empat sifat luhur, maka batin mereka adalah sangat kaya.”
【Kata Perenungan】
Hati cinta kasih adalah berharap semua umat manusia mendapatkan kebahagiaan, hati belas kasih memandang orang-orang menderita di dunia ini sebagai keluarga sendiri, dengan segenap kemampuan berupaya memberikan pertolongan, tanpa keluhan dan tanpa penyesalan.
Ceramah Master Cheng Yen pada 5 Desember 2011
※ Dikutip dari Majalah Bulanan Tzu Chi edisi 542
助人的真諦
上人表示:「行善賑濟不只是單方面的給予,更重人與人之間的互動;慈濟志工在社區鄰里間關懷,也帶動起互愛互助的善效應,讓受助者知道自己也能助人——即使每天存下少許銅板,就能捐入功德海,讓許多苦難人得救;從而建立起自信心、歡喜付出。」
慈濟人遠赴海外賑災,來回交通等費用皆是自行負擔,善款點滴用於賑災。上人表示:「能夠如此無私無求、踏實做事,正因為人人『內修誠正信實』,發心立願為天下苦難人付出。」
人有愛 己無私
慈濟對宗教的定義是「人生宗旨、生活教育」,慈濟人即使宗教信仰不盡相同,卻都秉持上人「信己無私,信人有愛」的信念,來耕耘人心福田,外行慈、悲、喜、 捨。上人說明:「慈心就是清淨無私的大愛,就像父母疼惜子女般,期待天下人皆幸福;悲心即同體大悲之心,感同身受天下人的苦難,無怨無悔、盡心力救拔。」
符女士表示,慈濟人在災難過後快速動員救災的效率,實在不可思議。上人說,拜現代科技所賜,各國慈濟志工從媒體得知災難消息後,皆能就近趕抵現場;若受災國家沒有慈濟人,也可由鄰近國度跨國合力支援。
上人舉述今年東日本大震災後,全球慈濟人就地勸募,即使在生活貧苦的國家,慈濟人也啟發民眾愛心,傳遞「竹筒歲月」點滴積聚力量的觀念與方法。
「慈濟『濟貧教富』——提振苦難人積極面對生活的動力;同時『教富濟貧』——讓經濟富有的人親見受災生活苦況,見苦知福而能自省。無論經濟上是貧是富,只要願意付出力量助人,施行慈悲喜捨,其心靈皆是富有。」
【靜思小語】慈心期待天下人皆幸福,悲心視天下苦難者為親人,無怨無悔、盡力救拔。
證嚴上人開示於2011年12月5日
※本文引用自2012.01.25《慈濟月刊》第542期衲履足跡
Tidak ada komentar:
Posting Komentar