Hari ini (29 Februari 2012), saya (maksudnya penulis artikel ini Ni Ming-jun, seorang pembaca berita pada Da Ai TV) pulang ke Hualien untuk mengikuti pertemuan Asosiasi Tzu Cheng & Yi Te, pagi harinya ada sharing dari Kepala Departemen Budaya Humanis Xie Li-hua. Dia banyak berbagi tentang isi daripada buku “Jurnal Harian dari Master Cheng Yen”, saya berhasil mendapatkan salinannya dan saya sharing kepada anda semua.
1. Setelah Sang Buddha mencapai parinibbana (meninggal dunia), ketika Yang Arya Mahakasyapa mengumpulkan para Arahat (orang yang telah mencapai kesucian) untuk menyusun Sutra, dia pernah menuduh kalau Yang Arya Ananda memiliki enam jenis duskrta (kesalahan kecil), salah satunya adalah “tidak menjawab pertanyaan Tatagatha” --- Pernah tiga kali Sang Buddha menyatakan kalau kehidupannya dapat berlanjut selama satu kalpa, tetapi Yang Arya Ananda tidak menjawab untuk meminta Sang Buddha agar Beliau tetap berada di dunia ini selama-lamanya; Yang Arya Ananda menjawab kalau bukan dirinya tidak menghormati Sang Buddha dan tidak mau meminta Beliau tetap berada di dunia ini selama-lamanya, namun pada saat itu “Mara mengaburkan batinku sehingga menjadi tidak sadar, sehingga saya tidak meminta Sang Buddha untuk tetap berada di dunia ini selama-lamanya”.
2. Master Cheng Yen menyatakan, Yang Arya Ananda tidak mampu mengeluarkan perkataan untuk meminta Sang Buddha agar tetap berada di dunia ini selama-lamanya, sebetulnya disebabkan jalinan keberkahan dan karma kebajikan kolektif di dunia saha ini masih belum cukup. Setelah Sang Buddha mencapai penerangan sempurna, karena tidak ada orang yang memohon agar terus membabarkan Dharma, Beliau dengan cepat telah mencapai parinibbana, benar-benar dikarenakan semua makhluk belum memiliki jalinan jodoh yang cukup. (Halaman 399 dalam Jurnal Harian dari Master Cheng Yen edisi musim dingin tahun 2011)
3. “Waktu sungguh tidak menunggu orang! Tidak tahu berapa lama lagi kehidupanku ini masih bisa bertahan? Akan tetapi, semakin banyak makhluk hidup di dunia ini yang menderita, jangkauannya juga semakin luas, membuatku merasa tanggung jawabku sungguh berat! Mengapa saya harus mengambil beban tersebut untuk dipikul?” Sebab saya yakin semua orang memiliki hati cinta kasih, saya yakin tujuh milyar umat manusia di bumi ini memiliki kekuatan tiada terhingga untuk merubah kondisi dunia, hanya saja belum semuanya memiliki jalinan jodoh untuk saling berhubungan. Maka saya sangat berharap akan ada lebih banyak orang yang bisa mengatakan apa yang saya katakan, berbuat apa yang saya perbuat dan mencintai orang yang saya cintai; hendaknya semua orang dapat menampakkan kebijaksanaan, serta membangkitkan ketabahan dan keberanian untuk memikul misi-misi Tzu Chi, kalau tidak sungguh tidak sempat lagi...
4. Mengambil dan memikul tanggung jawab berat: “Saya sangat berterima kasih karena semua orang mau bekerja sama dan bersedia untuk menjadi orang baik; namun dalam dunia jahat dengan lima kekeruhan ini, era besar di mana batin manusia telah ditutupi oleh ketidak tahuan, kita perlu lebih banyak orang untuk mengambil dan memikul tanggung jawab berat, membimbing orang banyak untuk melangkah di jalan kebenaran. Maka saya meminta semua orang untuk memikul tanggung jawab, menjadi orang yang dapat menjadi panutan, sehingga setiap perkataan akan diterima orang lain, dalam setiap hal yang hendak dikerjakan akan ada orang yang mau bekerja sama, dengan demikian barulah kita memiliki kekuatan besar untuk mensucikan batin manusia.
5. Perkataan baik disampaikan dengan tutur kata yang baik: harus bersikap lembut walau berada di pihak yang benar, sampaikan perkataan baik dengan tutur kata yang baik --- mengatakan hal yang benar dengan nada suara dan sikap yang lembut.
6. Memikul tanggung jawab: jika dalam kelompok, semua orang hanya mau memberikan kerja sama, maka tidak ada orang lagi yang akan memikul tanggung jawab; jika tidak ada orang yang mau memikul tanggung jawab, tentu tidak ada kekuatan untuk membimbing orang baik dalam berbuat hal baik. Dari itu, orang baik bukan saja harus bisa bertutur kata baik, pembicaraannya juga harus memuaskan semua pihak, layak dan masuk akal, juga harus diterapkan sendiri dalam tindakan nyata; apa yang dikatakan harus bisa dilakukan sendiri, tidak boleh kurang salah satu pun, baru ada kekuatan terbaik untuk menggalakkan misi-misi Tzu Chi.
7. “Walau melakukan sesuatu sangatlah sulit dan memikul tanggung jawab juga sangat susah payah, jika sebelum kita melakukan suatu pekerjaan, sudah terlebih dahulu merasa sangat sulit, itu sama artinya dengan lebih dulu menutup pintu hati, tidak mau memikul tanggung jawab; jika kalian benar-benar mencintai saya, bukankah kalian mestinya ikut meringankan beban saya? Sebetulnya saya tidak ada keinginan lain, saya hanya menginginkan kalian semua satu hati dan satu tekad, jangan takut susah dan harus tahan cobaan, orang yang mau memikul tanggung jawab barulah merupakan orang yang benar-benar mencintai diriku.”
8. “Bukan hanya memesankan sesuatu kepada orang lain untuk dikerjakan, lalu diri sendiri tidak ikut berpartisipasi, itu artinya membuang diri sendiri. Saya tidak akan pernah mengenyampingkan seorang pun, saya cinta pada muridku, sampai masa-masa kehidupan selanjutnya tetap akan cinta padanya; jika kalian ingin menjadi seorang ‘tidak berguna’, bagaimana saya mampu mencintai kalian?”
9. “Jika ingin menjadi muridku, ketika saya terus memutar roda Dharma, kalian hendaknya juga terus berputar mengikuti roda Dharma; jika roda Dharma terus berputar, ajaran Buddha akan dapat mensucikan batin manusia, barulah masyarakat akan aman sejahtera dan dunia terbebas dari bencana. Maka sekarang ini, saya sangat membutuhkan murid yang mampu memikul tanggung jawab, namun jangan sampai timbul kemelekatan, sebab di Tzu Chi tidak ada kekuasaan, nama dan jabatan, hanya ada tanggung jawab yang dipikul.”
10. “Berbuat kebajikan berlebih, namun kebijaksanaan tidak cukup”: setiap orang memang memiliki hati cinta kasih, namun tabiat buruk sulit untuk dihilangkan; maka disebutkan sebagai “kebijaksanaan tidak cukup”, artinya tidak cukup berpengertian.
11. Bodhisattva “dalam belenggu” --- dalam satu sisi ingin menjadi Bodhisattva, pada sisi lainnya batin masih terbelenggu oleh kerisauan, timbul hati membeda-bedakan dalam hubungan antar sesama, terlibat dan terganjal dalam jalinan jodoh baik dan buruk.
12. Dengan hati penuh pengertian memandang pada segala orang dan permasalahan, dengan sendirinya akan dapat melampaui orang biasa dan lepas dari kemelekatan, tidak lagi terjerat oleh perselisihan, mendapatkan pengetahuan untuk mencapai pembebasan, jelas akan semua fenomena dan prinsip di dunia.
13. Empat patah kata bijak:
Menjadikan diri sendiri sebagai orang lain --- tiada keakuan (tidak ada perasaan mendapatkan atau kehilangan)
Menjadikan orang lain sebagai diri sendiri --- kewelas asihan (merasa empati pada orang lain)
Menjadikan orang lain sebagai orang lain --- kebijaksanaan (menghormati kekebasan)
Menjadikan diri sendiri sebagai diri sendiri --- setelah ketiga unsur di atas sudah terpenuhi, baru dapat memahami dan merealisasikannya.
Menjadikan orang lain sebagai diri sendiri --- kewelas asihan (merasa empati pada orang lain)
Menjadikan orang lain sebagai orang lain --- kebijaksanaan (menghormati kekebasan)
Menjadikan diri sendiri sebagai diri sendiri --- setelah ketiga unsur di atas sudah terpenuhi, baru dapat memahami dan merealisasikannya.
14. Jangan membuang-buang jiwa kebijaksanaan sehingga berubah menjadi “jiwa tidak berguna”.
Jika dapat memanfaatkan waktu kehidupan yang terbatas ini untuk melakukan hal yang benar, itulah orang yang memiliki kebijaksanaan.
Jika dapat memanfaatkan waktu kehidupan yang terbatas ini untuk melakukan hal yang benar, itulah orang yang memiliki kebijaksanaan.
15. Merubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan --- kebijaksanaan bagaikan bumi yang menopang segala benda dan makhluk, serta menyediakan segala kebutuhan hidup bagi semua makhluk; lingkungan bumi memberikan kepada segala benda dan makhluk dengan adil, tidak memberikan lebih atau kurang dengan memandang baik jahatnya makhluk. Maka kita harus memiliki dada yang lapang, percaya kalau setiap orang ada kemungkinan untuk berubah dan setiap orang memiliki sifat hakiki setara Buddha, jadi kita bukan saja tidak boleh mengenyampingkan siapa pun, bahkan harus bersungguh hati untuk merubah tabiat buruknya.
16. Kemurahan hati dapat memperpanjang usia, moralitas dapat menunda perjalanan waktu: jika dalam masa kehidupan yang terbatas ini, kita hanya mencari nama dan keuntungan tanpa batas, itu sama artinya dengan mencari kerisauan dan memperpendek umur.
17. Tao Te Ching Bab 22 (dari Lao Tze):
Yang sebagian menjadi lengkap; yang bengkok menjadi lurus; yang kosong menjadi penuh; yang usang menjadi baru. Ia yang memiliki sedikit keinginan akan memperolehnya; Ia yang memiliki banyak keinginan akan bingung.
18. Segala sesuatu yang berkembang sampai puncaknya pasti berbalik ke arah berlawanan, kekuasaan yang berkembang terlalu besar pasti berbalik menjadi lemah kembali.
19. Tidak bersaing --- tidak bersaing untuk kepentingan sesaat, tetapi bersaing untuk kepentingan jangka panjang.
20. Tao Te Ching Bab 68 (dari Lao Tze):
Orang yang cakap memimpin tidak akan menggunakan kekerasan, orang yang cakap berperang tidak akan mengumbar amarah, orang yang cakap mengalahkan musuh tidak akan berhadapan langsung dengan musuh.
Ini merupakan seni bertempur --- mengerjakan sesuatu dengan meminjam kekuatan orang, tanpa bersaing juga dapat mencapai tujuan persaingan.
21. Hati lapang dan niat murni: jika tidak memiliki tenggang rasa, setiap orang akan menganggap caranya paling benar, bila demikian tentu benar-benar tidak akan mampu memikul tugas besar; biar pun ada segelintir orang yang mau bekerja sama dengan kita, namun dengan kekuatan dari beberapa orang yang mau bekerja sama ini belum tentu bisa melakukan sesuatu, jadi kita harus berhati lapang dan berniat murni, mau menggunakan kekuatan lunak tanpa melanggar prinsip, agar semua orang dapat bersatu hati dan tenaga untuk sama-sama berbuat.
22. Ada satu cara mendidik, disebut dengan memberikan keleluasaan.
Ada satu cara memelihara kesehatan, disebut dengan melepaskan kerisauan.
Ada satu cara memilih tenaga, disebut dengan tidak terlalu mengkhawatirkan.
Ada satu terapi jiwa, disebut dengan mengendurkan ketegangan.
Ada satu cara bertanding, disebut dengan melepaskan kendali.
Ada satu cara ilmiah, disebut dengan berpikiran terbuka tanpa dibatasi kebiasaan.
Ada satu cara menajemen, disebut dengan mendelegasikan wewenang.
23. Dalam setiap hal harus mempertimbangkan kemampuan diri: “Dalam setiap hal harus mempertimbangkan kemampuan diri sendiri, jika hanya tahu keras lawan keras, selalu bertengkar dengan orang, itu tiada gunanya, juga tiada waktu untuk menangkalnya. Kita harus introspeksi diri dulu: ‘Apakah diriku bersalah?’ Jika sudah yakin diri sendiri tidak bersalah, maka kita harus memperkokoh tekad dan melangkah dengan langkah mantap, semakin giat membina diri, inilah sebuah kekuatan yang sebenarnya; tak peduli bagaimana perlakuan orang terhadap diri kita, tetap saja berterima kasih padanya. Kalian semua harus belajar memelihara kondisi batin demikian dan memikul beban tanggung jawab.”
24. Jalan Bodhisattva yang besar dan rata: hati harus dilapangkan dan jalan pikiran harus diluruskan, jangan kita berpikir terlalu banyak dan meletakkan terlalu banyak kemungkinan yang membuat jalan pikiran berliku-liku jadinya.
25. Bagai singa gagah berani yang mau tak mau harus menaklukkan semua binatang lainnya (Amitartha Sutra).
26. Jika tiada keserakahan dalam hati, kita tentu akan berani, jika tiada takut, kita tentu akan tekun; jika dalam batin tiada kerisauan dan hanya ada perhatian benar, tentu saja tiada rasa takut, maka dikatakan bagaikan “auman singa” yang menggetarkan hati orang, serta menaklukkan niat sesat dan pikiran jahat.
27. Jika prilaku dan gerak gerik di luar memang menampilkan tata krama, namun ternyata dalam batin terus timbul pikiran bukan-bukan dan kerisauan, maka ini menunjukkan “prilaku baik di luar tanpa moralitas di dalam”, sehingga sulit untuk didengar orang; kita harus menaati sila mulai dari dalam sanubari sampai prilaku di luar, barulah termasuk “prilaku tanpa cacat”.
28. Samadhi penuh kegembiraan: “Samadhi penuh kegembiraan” artinya ketika berinteraksi dengan orang di dalam kehidupan ini, hati bagaikan berada dalam keadaan samadhi dengan batin menuju pencerahan tidak pernah tergoyahkan. Lagi pula “Para Buddha dan Bodhisattva menjadikan pertolongan kepada semua makhluk sebagai kegembiraan”, niat pikiran selalu berada pada lahan Tatagatha yang suci, tetap bertahan pada niat baik yang semula diikrarkan, menjadikan pertolongan kepada semua makhluk sebagai tujuan.
29. Jiwa kebijaksanaan masih kekanak-kanakan: walau pun banyak daripada insan Tzu Chi sudah berusia lanjut, namun jiwa kebijaksanaan mereka masih saja kekanak-kanakan; ketika baru berikrar untuk bergabung, semua orang memang sangat antusias sekali, mereka rela bersumbangsih dengan suka cita, namun setelah semakin lama bergabung, disebabkan tabiat buruk diri sendiri masih belum dapat dihilangkan, apalagi kemudian harus menghadapi tabiat buruk orang lain lagi, perlahan-lahan akan timbul kerisauan dalam diri.
30. Menghapus dendam dan menghilangkan simpul kebencian: ketika kedua belah pihak terus bersikeras pada pandangan masing-masing dan siapa pun tidak mau mengaku salah, maka kita harus berinisiatif untuk melepaskan prasangka dan dengan hati tulus memohon maaf secara terbuka kepada pihak lawan, ini adalah cara “menghapus dendam dan menghilangkan simpul kebencian’ yang paling mudah. Kalau tidak, itu hanya akan menambah desas desus di antara sesama, hal yang tidak bermanfaat sama sekali terhadap penyelesaian masalah.
31. Terhadap orang yang pernah di hukum penjara dan bertabiat buruk, kita mampu memberikan kewelas asihan dan cinta kasih, serta terus bertenggang rasa dengan dada yang lapang, namun terhadap saudara sedharma yang memperlakukan kita dengan nada bicara atau tindakan yang sedikit kurang berkenan di hati, langsung timbul kerisauan dan saling sengketa. Ini membuat saya merasa sangat khawatir; hanya jika semua orang bersatu hati, harmonis, saling mengasihi dan gotong royong, baru saya akan merasa tenang hati.
32. Anutasamyak samboddhi bodhisattva sebagai teman dalam perjalanan dhamma: ketika melangkah di jalan Bodhisattva, hanya boleh maju tanpa kenal mundur, bahkan berhenti saja tidak boleh, jadi kita harus semakin memekarkan kelompok-kelompok dan terus memberikan kesempatan pada munculnya orang-orang berbakat; jika ingin menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, maka anda harus memikul tanggung jawab, relawan senior tidak boleh mengatakan hendak “pensiun dan pulang kampung”! Jika anda membiarkan jiwa kebijaksanaan berhenti berkembang, maka anda akan kembali dari jalan Bodhisattva ke tingkat manusia awam.
33. Anda semua telah menuliskan skenario berkah dan kebijaksanaan pada masa lalu, maka dalam masa kehidupan sekarang ini, tak peduli kaya atau miskin, anda tentu akan bertemu dengan dewa penyelamat.
34. Siapakah dewa penyelamat anda?
Setiap orang di Tzu Chi adalah Bodhisattva dunia, bertindak sebagai dewa penyelamat bagi satu sama lainnya, serta membuat kehidupan kita tidak tersesat lagi, maka kita harus sangat menghargainya dengan saling berterima kasih, saling menghormati dan saling mengasihi, sama-sama bersumbangsih dan menuliskan skenario untuk masa kehidupan mendatang.
35. Inspirasi dari perkemahan budaya humanis pada liburan musim dingin: saran setiap orang dapat merubah kurikulum, agar para peserta tahu kenapa harus bersumbangsih.
36. Bagi pemberi bantuan, berkurang segenggam beras tidak akan menyebabkan dirinya kelaparan, tetapi bagi orang yang membutuhkan, itu sudah cukup untuk mengenyangkannya.
37. Setiap orang yang dibutuhkan dan dipanggil, akan menjawab baiklah.
Setiap jalinan jodoh perlahan-lahan akan matang.
Setiap celah akan ada pengaturan lebih baik.
Setiap keterkaitan dapat diselesaikan dikarenakan adanya saling pengertian.
Setiap celah akan ada pengaturan lebih baik.
Setiap keterkaitan dapat diselesaikan dikarenakan adanya saling pengertian.
38. Kata perenungan: Hari-hari yang ditemani oleh ular berbisa --- kerisauan dalam diri manusia lebih dahsyat daripada musuh di luar. Dari itu, kita harus senantiasa mengingatkan diri sendiri, jangan membiarkan hati nurani tertidur, karena begitu hati nurani tertidur, maka segala macam dosa seperti membunuh, merampok, berbuat asusila akan terjadi.
Artikel asli dapat dibaca pada link http://www.wretch.cc/blog/DaaiTV/11639580
「承擔」究竟是怎麼一回事?
今天回花蓮參加慈誠懿德會,早上由人文室主任謝麗華分享。她分享許多「衲履足跡」的內容,我向她拷貝檔案,和大家分享。
1. 在佛入滅後,大迦葉尊者召集阿羅漢結集經典時,曾指阿難尊者有六項過失(六突吉羅),其中一項過失為「不答如來問」──曾有三次佛陀表示能夠住世一劫,尊 者卻無法回答請佛常住於世之語;阿難尊者表示,並非不敬佛而不請久住,當時「魔蔽我心不自覺知,是故不即請佛久住」。
2. 上人表示,阿難尊者無法說出請佛久住之語,實是娑婆世界福緣善業不足以致。。。。佛成道之後,因無人勸請說法,即入涅槃,實為眾生因緣不具足。 (2011冬p.399)
3. 「歲月不饒人啊!此生的生命不知道還有多久?可是天下芸芸蒼生,苦難愈來愈多、範圍愈來愈遼闊,我的責任很重!為什麼我要把這麼重的責任往身上扛呢?」因 為我相信人人都有愛心,相信全球七十億人口有無限的力量可以改變世界,只是還沒有因緣接觸到。所以很期待有更多人說我所說、做我所做,愛我所愛;請大家展 現智慧,提起承擔志業的魄力,否則真是來不及了。。。
4. 擔挑重任:「很感恩人人都樂於配合,願意做好人;但是在五濁惡世、人心無明的大時代,需要更多人能擔挑重任,領眾行道。所以請大家要負起責任,成為人間典範,所說的話讓人能接受,要做的事讓人樂於配合,才能有淨化人心的大力量。
5. 好話好說:理直氣和,好話好說──用柔和的聲音態度說正確的道理。
6. 承擔:在團體中,人人都只願意做配合者,就無人能為事負責;沒有人承擔責任,就沒有力量帶動好人做好事,所以,好人不只要能說好話,話要說得圓融,通情又達理,還要身體力行;說到也要做到,二者缺一不可,才能有推動志業最好的力量。
7. 「雖然做事很困難,承擔也很辛苦,不過在還沒有做事之前,就覺得很困難,等於是先關閉了心門,不想負責任;若是真的愛師父,不就應該減輕師父的負擔嗎?其實我別無所求,我要求的是人人同心、同志願,不怕辛苦、堪得起磨練,負起責任的人才是真的愛我。」
8. 「不是把事情交代給別人做,自己就不再參與了,如此是自我放棄。師父絕對不排斥任何一個人,我愛我的弟子,到來生來世我還要繼續愛;如果你們自己要做『沒有用』的人,如何讓師父愛得到呢?」
9. 「既然要當師父的弟子,師父持續運轉法輪,你們也應該要跟著法輪不斷運轉;法輪轉,以佛法淨化人心,社會才能祥和、天下才能平安無災。所以我現在最需要能夠承擔責任的弟子,但是不能執著,在慈濟沒有權力名位,唯有責任的承擔。」
10. 「行善有餘,智慧不足」:人人都有愛心,但是習氣難以去除;所說的「智慧不足」,是不夠善解。
11. 菩薩「在纏」──一方面要做菩薩,一方面心靈又受煩惱纏縛,在人與人之間起分別心,在善惡緣之間牽扯掛礙。
12. 能以善解心看待一切人事物,自然能夠超凡脫執著,不再受人我是非牽絆,即得解脫知見,清楚天下事理。
13. 老子的學問:
把自己當成別人──無我(不患得患失)
把別人當成自己──慈悲(能同理別人)
把別人當成別人──智慧(尊重獨立性)
把自己當成自己──三者圓滿之後才能體會與實現。
把別人當成自己──慈悲(能同理別人)
把別人當成別人──智慧(尊重獨立性)
把自己當成自己──三者圓滿之後才能體會與實現。
14. 莫糟蹋慧命而成了「廢命」。
用有限的人生時間,做對的事,就是有智慧的人。
用有限的人生時間,做對的事,就是有智慧的人。
15. 轉識成智──智慧如大地,承載、含藏萬物並供應眾生生活所需;大地環境平等供應萬物,不會分別眾生的善惡而增減。所以我們要有寬闊的胸懷,瞭解每個人都有可能改變、也都有成佛的本性,不但不能排斥任何人,且要用心轉其習氣。
16. 仁可長壽,德可延年:若以有限的生命,去追求無窮的名利,無疑是自尋煩惱,自滅其壽。
17. 曲則全,枉則直,窪則盈,敝則新,少則多,多則惑。
18. 物極必反,勢強必弱。
19. 不爭──不爭一時,爭長久。
20. 不武、不怒、不與為用兵之道──借力使力,以不爭達到爭的目的。
21. 心寬念純:若沒有包容之心,每一個人都會認為自己的方法最好,如此真的無法承擔龐大的志業;即使有人願意與自己合心做事,卻不一定只憑幾個有緣人就能夠行事,所以需要心寬念純,又能堅持原則的軟實力,讓人人都能合齊心力做事。
22. 有一種教育方法叫放手
有一種養生方法叫放懷
有一種用人方法叫放心
有一種心理治療叫放鬆
有一種比賽方法叫放開
有一種治學方法叫放達
有一種管理方法叫放權
有一種養生方法叫放懷
有一種用人方法叫放心
有一種心理治療叫放鬆
有一種比賽方法叫放開
有一種治學方法叫放達
有一種管理方法叫放權
23. 凡事要看自己的實力:「凡事要看自己的實力,只是與人硬碰硬,打口水戰毫無用處,也沒有時間反駁。。。自我反省:『我有錯嗎?』確定了自己沒有錯,就更要 立定志向,穩定步伐,更加精進往前走,這就是一股實力;無論人家對我如何,總是感恩。大家要學會這樣的態度,負起責任。」
24. 菩提大道直:心要放寬一點,心路直一點,不要想得太多,預設太多可能,把心路變得彎彎曲曲。
25. 師子勇猛,威伏眾獸,難可沮壞。
26. 心無貪則勇,無懼則毅;心無煩惱,唯存正念,則無所畏懼,所說的話亦如「獅子吼」般震撼人心,降服邪念與惡念。
27. 表現在外的行為舉止有威儀,但是內心雜念煩惱不斷,是「有威無德」,難以服眾;必須從內心到外在行為都守戒律,才得「威儀無缺」。
28. 遊戲三昧:「遊戲三昧」,在生活中與人接觸互動,內心如處禪定,道心不動搖。而且「諸佛菩薩,以專心救濟眾生為遊戲」,心念安住清靜的如來地,恆持初發心,以救濟眾生為目標。
29. 慧命尚為稚嫩:慈濟人雖多已上了年紀,不過慧命尚為稚嫩;初發心時,大家都很熱心,甘願付出而歡喜,待投入者愈多,自身的習氣未除,也要面對各人不同的習氣,煩惱漸生。
30. 解冤釋結:雙方各執己見而互不認錯時,要主動放下成見、以誠心向對方公開道歉,這是最容易「解冤釋結」的方法。否則突然在人與人之間多傳是非,對解決事情毫無幫助。
31. 對於曾經犯罪入獄、習氣深重者,能夠釋放慈悲與愛,以開闊的心不斷地包容,若是法親稍以不好的聲色對待,就起煩惱,與之對立爭執。。。。這會讓師父很掛心;唯有大家合和互協,我才會安心。
32. 不退菩薩為伴侶:行菩薩道是有進無退,連停滯都不可以,所以一定要讓組隊擴編,不斷讓人才浮現;要讓慧命成長,就要負責任、有承擔,資深者不能『告老還鄉』喔!若是讓慧命終止,就又從菩薩道回歸凡夫地了。」
33. 大家過去都寫了福與慧的劇本,所以此生無論貧富,都能夠遇到貴人。。。。
34. 你的貴人是誰?
在慈濟的每一位,人人都是菩薩,都是彼此的貴人,讓我們人生不再迷失,所以要很珍惜相互感恩、尊重、愛,共同付出,用心寫好來生的劇本。
在慈濟的每一位,人人都是菩薩,都是彼此的貴人,讓我們人生不再迷失,所以要很珍惜相互感恩、尊重、愛,共同付出,用心寫好來生的劇本。
35. 寒假人文營的啟發:每一個人的提議都可以改變課程,讓學生知道為什麼要付出。
36. 對佈施者來說,少一把米,不餓著;但對需要的人卻是一頓溫飽。
37. 每一個人被叫到都說好
每一個因緣就會慢慢俱足
每一個缺口都有其更好的安排
每一個環節都因善解而圓滿
每一個因緣就會慢慢俱足
每一個缺口都有其更好的安排
每一個環節都因善解而圓滿
Tidak ada komentar:
Posting Komentar