Kondisi keamanan umum di Afrika Selatan kurang begitu baik, tidak sedikit relawan Tzu Chi di sana yang pernah mengalami perampokan. Pernah sekali ada seorang relawan yang kembali ke Taiwan dan mengisahkan perampokan yang dialaminya, dia mengatakan: “Sungguh bersyukur! Master, untung nyawa saya tidak ikut dirampoknya.”
Saya mengatakan: “Apakah anda menjadi patah semangat?” Dia menjawab: “Tidak akan, itu hanya disebabkan karena apa yang telah kita perbuat masih belum cukup, jadi kita harus menerapkan misi pendidikan secara lebih meluas lagi.”
Orang jahat juga bisa lapar
Dia tidak mengatakan: “Saya selalu menolong orang miskin setempat, mengapa mereka masih merampok diriku?” Tetapi mengingatkan diri sendiri: “Apa yang saya perbuat masih belum cukup, saya harus lebih bersungguh hati lagi dalam berbuat.” Inilah kelapangan dada mereka! Insan Tzu Chi di Afrika Selatan telah menggarap lahan berkah selama hampir 20 tahun dengan kondisi batin demikian dan telah membangun hubungan batin yang kokoh dengan warga setempat, sekarang ini malah ada warga setempat yang mengajukan diri dengan gagah berani untuk melindungi keselamatan diri insan Tzu Chi.
Bersumbangsih bukan hanya memberikan materi saja, melainkan harus “menerapkan kewelas asihan dan kebijaksanaan secara bersamaan”.
Pernah kejadian ada seseorang yang demi mendapatkan uang, dia menjual bahan bantuan yang diberikan Tzu Chi, dia juga kerap mengganggu orang lain; namun insan Tzu Chi kembali menemukan namanya dalam daftar penerima bantuan dan bertanya kepada relawan suku Zulu yang melakukan survei, apakah masih mau membagikan bahan bantuan kepadanya? Relawan tersebut menjawab: “Dia juga merupakan orang miskin yang hanya hidup dari bertani. Walau dia adalah orang jahat, namun perutnya juga bisa lapar.”
“Walau dia adalah orang jahat, namun perutnya juga bisa lapar” --- Lihat betapa penuh pengertian dan penuh kebijaksanaannya para Bodhisattva suku Zulu itu! Sejak itu, insan Tzu Chi membeli sayuran dari orang jahat itu dan memasakkannya untuk dimakan oleh anak-anak yatim piatu, dengan harapan akan dapat perlahan-lahan menyadarkannya.
Dia melihat ada relawan suku Zulu yang memperbaiki rumah tetangganya, karena kurang hati-hati menjadi terluka dan terpaksa memakai kursi roda, namun tetap ikut berpartisipasi dalam bakti sosial pembagian beras cinta kasih tahun ini; maka setelah menerima bahan bantuan, dia berinisiatif untuk tinggal dan membantu pembagian, serta belajar menyerahkan bahan bantuan kepada orang satu sukunya dengan sikap hormat dan menghargai sebagaimana dilakukan oleh insan Tzu Chi. Sehabis kegiatan bakti sosial, dia mengatakan mulai sekarang dia akan ikut menjadi relawan, sejak saat itu dia berinisiatif menyumbangkan bahan makanan untuk dimakan oleh anak yatim piatu.
Ini adalah kekuatan cinta kasih! Bagai sinar mentari musim semi yang menghapus dinginnya musim dingin; juga memberikan kesaksian terhadap perjalanan yang telah dilalui dengan susah payah, sehingga akhirnya terlihat sebuah hasil yang cemerlang dan berhasil menorehkan sejarah yang penuh dengan kehangatan dan cinta kasih.
Dikutip dari Majalah Bulanan Tzu Chi edisi 535
付出不是發給東西就好
我說:「你會灰心嗎?」他說:「不會,是我們做得還不夠,要更普遍落實教育。」
惡人也會肚子餓
他沒有說:「我一直在救當地窮苦人,為何他們還搶劫我?」而是提醒自己:「我做得還不夠,要更認真做。」這就是寬闊的心胸!南非慈濟人以這分心耕耘近二十年,與當地人建立起穩定的感情,如今,還有當地人自告奮勇保護慈濟人。
付出,不是發給東西就好,要「悲智雙運」。
曾經,有個人為了賺錢,把慈濟發放的東西拿去賣,還常欺負人;後來慈濟人看他又在發放名單中,問負責評估的祖魯族志工,還要發給他嗎?志工說:「因為他也是窮人,只靠種菜維生。雖然是惡人,肚子也會餓。」
「雖然是惡人,肚子也會餓」——祖魯族菩薩多麼善解、多麼有智慧啊!於是慈濟人向他買菜煮給孤兒吃,希望能慢慢感化他。
他看到祖魯族志工來鄰居家修補房屋,不慎受傷而坐輪椅,仍參與今年慈濟白米發放;所以當他領到物資後,主動留下來幫忙,且學習慈濟人恭敬、尊重的將物資致贈給族人。發放結束,他說以後還想來當志工,且之後主動捐食物給孤兒吃。
這就是愛的力量!如春陽可以化解寒冬;也見證了用心血與汗水走過的艱辛,終能看到亮麗成果,成就溫馨有愛的歷史。
本文摘自:《慈濟月刊》535期〈無盡藏〉
Tidak ada komentar:
Posting Komentar