Sejak zaman dulu, setiap orangtua pasti sayang pada
anak-anaknya; namun ada sebagian kecil orang yang melanggar norma alamiah ini,
mereka bukan saja tidak sayang pada anak-anak mereka, bahkan menelantarkan
anak-anak mereka. Di RS Tzu Chi pernah terjadi kasus demikian.
Dengan segenap kemampuan menyayangi kehidupan kecil, tidak membunuh dan tidak meninggalkannya
Beberapa tahun lalu, ada staf dari Bagian Pelayanan Masyarakat RS Tzu Chi memberitahukan kepada saya, di kamar bayi ada seorang bayi tanpa otak, kehidupannya diperkirakan hanya akan bertahan sekitar setahun saja. Disebabkan ibu bayi ini belum menikah, maka setelah melahirkan, dia mengatakan bahwa dirinya tidak menginginkan bayinya.
Saya meminta para staf dari Bagian Pelayanan Masyarakat
untuk sepenuh hati memberi bimbingan kepadanya, jikalau pun bayi ini hanya
memiliki masa kehidupan selama satu tahun, namun dia seharusnya menunaikan
kewajiban sebagai seorang ibu untuk menyayangi kehidupan kecil ini. Kemudian
wanita ini menelpon pulang ke rumahnya, ternyata ibu dan abang tertuanya
menyatakan padanya agar jangan menelantarkan bayi ini. Di bawah bimbingan tanpa
kenal henti dari para staf dari Bagian Pelayanan Masyarakat dan relawan Tzu Chi,
akhirnya berhasil membujuk ibu muda ini untuk membawa pulang bayinya dan
diasuh. Seorang bayi yang baru lahir hampir saja disia-siakan oleh orangtuanya,
lagipula kehidupannya paling banyak hanya akan bertahan selama satu tahun,
betapa menyedihkannya!
Tak berapa lama kemudian, saya kembali melihat sebuah laporan berita, ada sepasang suami isteri yang setelah melahirkan seorang bayi yang menderita lumpuh otak, ternyata sang suami memutuskan untuk tidak menginginkan anaknya, dia kemudian diadukan ke pengadilan dan mendapatkan hukuman penjara selama lima tahun, sebab dia dianggap bersalah telah menyia-nyiakan dan membunuh nyawa manusia, ini adalah masalah dalam masyarakat sekarang.
Cinta kasih harus setara, balasan karma bagaikan bayangan yang selalu mengikuti
Pada masa Sang Buddha masih hidup, juga ada kasus yang
hampir sama. Saat itu ada sebuah keluarga miskin, sang isteri melahirkan
seorang bayi yang berwajah buruk. Wajah bayi itu bagaikan wajah setan dengan
roman muka tidak pantas, itu membuat siapa saja yang melihatnya merasa takut.
Sepasang suami isteri ini merasa sangat risau melihat paras wajah anak mereka. Karena
takut ditertawai orang, maka ketika anak ini bisa mulai berjalan, mereka
mengusirnya dari rumah. Anak kurang beruntung ini terpaksa hidup bergelandangan
di luar, dia mengemis makanan dari rumah ke rumah. Akan tetapi, banyak orang
begitu membuka pintu rumah, langsung terperanjat melihatnya dan segera menutup
pintu kembali. Dari itu, anak ini sama sekali tidak mungkin hidup di tempat
banyak orang.
Kemudian dia sendirian lari ke gunung terpencil dan hidup
bersama dengan alam. Suatu hari, ketika Sang Buddha bersama para murid naik ke
gunung itu, orang berwujuh buruk ini begitu melihat kedatangan rombongan, dia
segera lari menjauh. Sang Buddha lalu meminta seorang Bhikkhu berwajah sangat
aneh untuk mendekatinya dan berpesan pada Bhikkhu ini: “Kamu harus mendekatinya
secara perlahan-lahan dengan sikap yang lembut dan hangat, jangan membuat
dirinya merasa takut.” Bikkkhu berwajah aneh ini mengerti akan maksud hati Sang
Buddha, maka dia menggunakan kebijaksanaannya dan sikap lemah lembut dalam
mendekatinya.
Begitu orang berparas buruk itu melihat Bhikkhu, dia bertanya: “Mengapa wajahmu sedemikian buruk?” Bhikkhu menjawab: “Walau rupaku tidak enak dipandang, namun apakah kamu ada merasakan kalau diriku tidak baik?” Orang berparas buruk menjawab: “Tidak sama sekali, saya merasa anda sangat ramah dan penuh cinta kasih. Dulu setiap orang yang bertemu denganku merasa sangat takut, mengapa anda terus berusaha mendekatiku?” Bhikkhu menjawab: “Sebab cinta kasih Sang Buddha paling setara. Walau paras wajahku sangat aneh, namun Sang Buddha tetap saja sangat menyayangiku, para Bhikkhu lainnya juga tidak pernah memandang rendah pada diriku. Jadi saya merasa paras tidak penting, terpenting adalah harus memiliki cinta kasih dan kebijaksanaan.”
Sehabis mendengar perkataan itu, orang berparas buruk bertanya: “Orang sepertiku, apakah Sangha kalian akan menerimaku?” Saat itu kebetulan Sang Buddha telah tiba di sana, Sang Buddha berkata: “Kami sudah tentu mau menerima dirimu. Sebab dalam pembinaan diri tidak mementingkan paras luar, asal kamu mau bersungguh hati untuk membina diri bersama semua orang, di kemudian hari juga pasti bisa menyebarkan Dharma di alam manusia ini.”
Sejak itu, orang berparas buruk ini masuk ke dalam Sangha dan membina diri dengan mengikuti Sang Buddha. Kita yang hidup dalam keberkahan sudah seharusnya baik-baik menyayangi keberkahan dan memupuk keberkahan, kalau tidak, maka balasan karma akan terus mengiringi bagaikan bayangan tubuh. Ada orang yang begitu dilahirkan sudah harus menerima nasib ditelantarkan oleh orangtuanya, ini juga adalah dampak dari kekuatan karma pada masa kehidupan lampau; karma diciptakan oleh diri sendiri, jika berbuat baik akan mendapatkan karma baik, sedangkan berbuat jahat akan mendapatkan karma buruk. Saya berharap semua orang berada dalam karma baik, menyayangi jalinan jodoh dan kemudian menciptakan jalinan jodoh keberkahan yang baru.
※ Dikutip dari buku “Aku mencintai keluargaku” karangan Master Cheng Yen
外貌不重要 愛和智慧才重要
自古以來,天下父母都是愛護子女;但是卻也有少數人違反常情,不愛自己的孩子,甚至遺棄子女。在慈濟醫院,就曾有這種案例。
盡力愛護小生命 不扼殺不拋棄
多年前,社會服務部人員告訴我,嬰兒室有一位無腦兒,他的生命大約只能存活一年。由於嬰兒的媽媽仍未婚,生下這個不正常的孩子後,就表明不要小孩。
我請社服同仁要用心輔導她,即使孩子只有一年的生命,也應該盡媽媽的責任去愛護這個小生命。後來這位女子打電話回家,她的母親和大哥都表示不要放棄這個嬰 兒。在社服人員和義工的不斷輔導下,終於說服孩子的媽媽,把嬰兒抱回家撫養。一個剛出生的嬰兒就險些被拋棄,而且生命最長可能只有一年,多麼可悲啊!
事後不久,我又看到一篇報導,有一對夫妻生下一個患有腦性麻痺症的孩子,先生堅決不要孩子,後來被告到法院,結果孩子的父親被判五年徒刑,因為他有拋棄、扼殺生命的行為,這是現代的社會問題。
愛要平等 業報如影隨行
在佛陀時代,也有類似的案例。當時有一個 貧困的家庭,妻子產下一名醜兒。嬰兒的臉有如鬼臉,五官又不正,讓人見了都會害怕。這對父母看到孩子長得如此,非常苦惱!在怕被人取笑的情形下,於是在孩 子會走路時,就把他趕出家門。這個不幸的小孩流落在外後,挨家挨戶到處乞食。可是,很多人開門一見到他都會受到驚 嚇,就很快地又把門關起來。所以,這個孩子在市集中根本無法生活。
後來他獨自跑到深山裡,與大自然為伴。有一天,佛陀帶著比丘們到山上 時,這位容貌醜陋的人一看到他們,便行色匆匆地跑開。佛陀就請一位容貌也長得很怪異的比丘去接近他,並叮嚀這位比丘說:「你要以溫和的態度慢慢地接近他, 不要讓他受到驚嚇。」這位形貌怪異的比丘知道佛陀的心意,於是以他的智慧和溫柔的態度接近他。
醜臉人看見比丘,問道:「你為何也長得這麼 醜?」比丘說:「雖然我的外表不好看,可是你會覺得我不好嗎?」醜臉人說:「不會,我覺得你非常慈祥、有愛心。以前每個人看到我,都非常害怕。為什麼你仍 不斷地接近我?」比丘說:「因為佛陀的愛最平等。雖然我長得怪異,但是佛陀還是很愛護我,其他的比丘們也不會輕視我。所以我覺得外貌並不重要,重要的是要 有愛和智慧!」
醜臉人聽後,問道:「像我這樣的人,你們僧團會接納我嗎?」此時佛陀正好走過來,說:「我們當然願意接納你。因為修行不重外貌,只要你用心和大家共修,將來一定也可以把佛法傳遍於人間。」
從此醜臉人便投入僧團中,跟隨佛陀修行。我們生活在福中,要好好惜福、修福,否則業報如影隨行。有的人一生下來,就遭到被父母厭棄的命運,這也是業力所感;業由自己所造,行善得善業,造惡得惡業。希望人人在善業中,惜緣再造福緣。
※本文摘自:證嚴上人著作《吾愛吾家》
盡力愛護小生命 不扼殺不拋棄
多年前,社會服務部人員告訴我,嬰兒室有一位無腦兒,他的生命大約只能存活一年。由於嬰兒的媽媽仍未婚,生下這個不正常的孩子後,就表明不要小孩。
我請社服同仁要用心輔導她,即使孩子只有一年的生命,也應該盡媽媽的責任去愛護這個小生命。後來這位女子打電話回家,她的母親和大哥都表示不要放棄這個嬰 兒。在社服人員和義工的不斷輔導下,終於說服孩子的媽媽,把嬰兒抱回家撫養。一個剛出生的嬰兒就險些被拋棄,而且生命最長可能只有一年,多麼可悲啊!
事後不久,我又看到一篇報導,有一對夫妻生下一個患有腦性麻痺症的孩子,先生堅決不要孩子,後來被告到法院,結果孩子的父親被判五年徒刑,因為他有拋棄、扼殺生命的行為,這是現代的社會問題。
愛要平等 業報如影隨行
在佛陀時代,也有類似的案例。當時有一個 貧困的家庭,妻子產下一名醜兒。嬰兒的臉有如鬼臉,五官又不正,讓人見了都會害怕。這對父母看到孩子長得如此,非常苦惱!在怕被人取笑的情形下,於是在孩 子會走路時,就把他趕出家門。這個不幸的小孩流落在外後,挨家挨戶到處乞食。可是,很多人開門一見到他都會受到驚 嚇,就很快地又把門關起來。所以,這個孩子在市集中根本無法生活。
後來他獨自跑到深山裡,與大自然為伴。有一天,佛陀帶著比丘們到山上 時,這位容貌醜陋的人一看到他們,便行色匆匆地跑開。佛陀就請一位容貌也長得很怪異的比丘去接近他,並叮嚀這位比丘說:「你要以溫和的態度慢慢地接近他, 不要讓他受到驚嚇。」這位形貌怪異的比丘知道佛陀的心意,於是以他的智慧和溫柔的態度接近他。
醜臉人看見比丘,問道:「你為何也長得這麼 醜?」比丘說:「雖然我的外表不好看,可是你會覺得我不好嗎?」醜臉人說:「不會,我覺得你非常慈祥、有愛心。以前每個人看到我,都非常害怕。為什麼你仍 不斷地接近我?」比丘說:「因為佛陀的愛最平等。雖然我長得怪異,但是佛陀還是很愛護我,其他的比丘們也不會輕視我。所以我覺得外貌並不重要,重要的是要 有愛和智慧!」
醜臉人聽後,問道:「像我這樣的人,你們僧團會接納我嗎?」此時佛陀正好走過來,說:「我們當然願意接納你。因為修行不重外貌,只要你用心和大家共修,將來一定也可以把佛法傳遍於人間。」
從此醜臉人便投入僧團中,跟隨佛陀修行。我們生活在福中,要好好惜福、修福,否則業報如影隨行。有的人一生下來,就遭到被父母厭棄的命運,這也是業力所感;業由自己所造,行善得善業,造惡得惡業。希望人人在善業中,惜緣再造福緣。
※本文摘自:證嚴上人著作《吾愛吾家》
Tidak ada komentar:
Posting Komentar