Senin, 27 Februari 2012

Sebatang pohon yang berbuah lebat

Ketika berbincang-bincang dengan David Liu dari Singapura dan Shi Shun-he dari Kamboja, Master menyampaikan bahwa sebelum kita menyebarkan konsep cinta kasih kita kepada orang lain, kita perlu membangun landasan batin terlebih dahulu. “Kegiatan amal Tzu Chi bukan seperti kegiatan amal pada umumnya, sebab kita harus memberi perhatian sampai ke taraf batiniah. Jika kita sendiri tidak melakukan pembinaan diri, maka keyakinan kita tentu akan menyimpang; atau ketika sedang bersumbangsih, pada saat bersamaan kita tetap masih seperti biasa, hanya tahu hidup bersenang-senang, jika demikian maka boleh dibilang sungguh tidak ada artinya sama sekali.”

Master mengambil contoh bagaimana insan Tzu Chi Malaysia menolong kaum miskin sambil membimbing mereka agar kaya batiniah di Myanmar, ketika membantu kaum miskin, juga harus memberi penghiburan terhadap batin para penerima bantuan. “Kita membimbing mereka sampai mereka dapat memahami kalau ‘mampu memberi adalah lebih beruntung daripada menerima’ dan berhasil membangkitkan hati penuh kebajikan yang semula ada pada diri mereka, ini baru merupakan pemberian bantuan pada kaum miskin yang tuntas.”

Sebagian besar insan Tzu Chi di luar Taiwan melakukan pengembangan terhadap misi-misi Tzu Chi di daerah luas yang berpenduduk sedikit dengan harus mengatasi segala macam kesulitan. Master memberikan dorongan semangat: “Ketika mengorbankan cinta kasih individu demi cinta kasih universal, memang butuh keuletan dan kemampuan untuk melepaskan jati diri; pada saat menemui kesulitan, harus membangkitkan semangat ‘masalah pribadi kita sangat kecil bila dibandingkan dengan masalah dunia yang besar’ dan tetap berusaha dengan penuh semangat sampai akhir.”

Berusaha tanpa henti untuk menunaikan batin menuju pencerahan

Master mengajarkan, jangan ada perasaan dirugikan dan kondisi batin yang tidak stabil seakan-akan “saya berkorban demi Tzu Chi”, tetapi harus memompa semangat sendiri dengan prinsip “saya harus mendorong keberhasilan orang-orang dalam menuju pencerahan”, harus bercita-cita besar dan bertekad luhur seperti ini, serta melepaskan jati diri dan mengecilkan keegoan, menerima segala macam ujian dengan hati tenang.

“Saya berharap setiap orang jangan hanya menjadi sebutir benih yang baik, melainkan harus tumbuh menjadi sebatang pohon besar yang berbuah lebat, pohon yang dipenuhi oleh buah cinta kasih universal yang dapat dinikmati oleh semua orang, selanjutnya juga dapat membalas budi masyarakat dengan bersumbangsih demi orang banyak; jika dalam batin setiap orang ada kewelas asihan dan cinta kasih, maka dunia tentu akan penuh dengan harapan.”

Kata Perenungan
Dalam berikrar luhur untuk bersumbangsih, kita harus memiliki keuletan dan mampu melepaskan jati diri, dengan demikian baru dapat bertahan untuk selama-lamanya.

Ceramah Master Cheng Yen pada tanggal 14 September 2011
Dikutip dari Majalah Bulanan Tzu Chi edisi 539
 
一棵結滿果實的樹
 
與新加坡劉濟雨、柬埔寨釋順和師兄等人談話,上人表示,將愛的理念傳播出去前,需先建立起心靈的平臺。「慈濟的慈善工作不是一般的慈善,一定要關懷到心靈層面。若沒有內修,信仰就會偏差;或是付出的同時,卻依舊吃喝玩樂,如此實無意義可言。」

上人以馬來西亞慈濟人在緬甸濟貧教富為例指出,在濟助貧困的同時,也要膚慰受助者的心靈,「引導其了解『施比受更有福』,將本具有的善良之心帶動起來,這才是真正徹底的救濟。」

多數海外慈濟人都是在人少地廣的情況下,克服萬難推展慈濟志業。上人致勉:「能為大愛而犧牲小愛的時間,需有毅力還要能放下身段;遇到困難時,要提起『個人事小、天下事大』的精神,再接再厲恆持下去。」

鍥而不捨 成就道心

上人教導,不要有「我是為慈濟而犧牲」的委屈、不平衡心態,需以「成就人人道心在我」自勉,發大心立大願,放下身段、縮小自己,坦然接受一切考驗。

「期許大家不只是一顆善的種子,而是一棵結實纍纍的大樹,樹上結滿大愛果子,讓人人能享用,且進一步回饋社會;人人心靈有慈悲與愛,就能讓世界充滿希望。」

【靜思小語】發心立願付出,要有毅力,還要放下身段,才能恆持。

證嚴上人開示於2011914日《農十二月十八》
本文引用自2011.10.25《慈濟月刊》第539期衲履足

Tidak ada komentar:

Posting Komentar