Senin, 27 Februari 2012

Kebahagiaan itu diciptakan oleh diri sendiri

Pada tahun 2006, Universitas Leicester di Inggeris mengumumkan “Peta Kebahagiaan Dunia”, Taiwan menduduki peringkat 68 (Indonesia menduduki peringkat 64) sebagai hasil wawancara terhadap 80 ribuan orang dari 178 negara di dunia. Ekonomi Taiwan memang sangat maju dan kualitas hidup juga sangat tinggi, lalu kenapa “perasaan bahagia” dari warga Taiwan tidak tinggi?

Kebahagiaan sesungguhnya adalah kepuasan dalam batin. Di dunia ini masih banyak orang yang berada dalam kesusahan dan setiap hari harus berjuang untuk hidup, bagi mereka sungguh tiada keberkahan untuk dinikmati. Namun juga ada orang yang walau pun hidup berkecukupan, namun memiliki nafsu keinginan sangat besar, mereka memang memiliki keberkahan namun tidak tahu menghargai keberkahan.

Pada masa Sang Buddha masih hidup, ada seorang bhikkhu dalam Sangha yang merupakan adik sepupu dari Sang Buddha, jadi juga merupakan keluarga kerajaan. Setelah menjadi bhikkhu, setiap hari ia berseru: “Saya sungguh bahagia! Saya sungguh gembira!” Ada sebagian anggota Sangha yang beranggapan kalau walau dirinya sudah menjadi bhikkhu, ternyata batinnya tetap berada dalam kehidupan penuh kesenangan di istana dulu, maka mereka melaporkannya kepada Sang Buddha.

Sang Buddha memanggilnya datang dan bertanya: “Setelah menjadi bhikkhu, apakah kamu masih teringat pada kesenangan hidup pada masa lalu?”

Bhikkhu itu menjawab: “Dalam batinku tiada kemelekatan dan ganjalan lagi, kondisi batinku sekarang sangat tenang dan damai, dengan kebahagiaan yang tiada berbatas, mana bisa dibandingkan dengan kehidupan di istana dulu.”

Nafsu keinginan manusia bagai lubang tanpa dasar, jika terkumpul sedikit demi sedikit, nantinya akan menjadi bencana batin, tsunami dalam batin. Niat pikiran tanpa wujud dapat memberi dampak pada alam yang berwujud, hanya dengan mengurangi nafsu keinginan, baru bisa menciptakan keberkahan bagi orang banyak dan menjauhkan bencana.
 
Kebahagiaan itu diciptakan oleh diri sendiri. Jika ingin meningkatkan parameter kebahagiaan dalam batin, maka kita harus tahu bersyukur, tahu berpuas hati, selalu memberkati diri sendiri dan tahu menciptakan keberkahan. Ketika ada materi berlebih, bantulah orang lain. Orang yang diberkahi akan “makan 80% kenyang” dan “sisa 20%” diperuntukkan untuk membantu orang, dengan begitu akan dapat membuat tiada terhingga banyaknya keluarga yang mendapatkan makanan. Jika dapat bersumbangsih sedikit cinta kasih, kita akan dapat membuat orang yang tiada terhingga jumlahnya melangkah menuju kehidupan yang lebih bahagia dan gembira.
 
Dikutip dari: Majalah Tzu Chi edisi 541
 
幸福是自己做出來的
 
英國萊斯特大學在二○○六年公布「世界幸福地圖」,臺灣在一百七十八個國家中,排名第六十三。臺灣經濟發達,生活品質很高,為什麼一般民眾的「幸福感」卻不高?

真正的幸福,是心靈上的富足。宏觀天下,許多人在困頓環境中,日日為生存而掙扎,無福可享;卻也有人生活富足,但欲念高漲、比較心盛,有福可享卻不知福。

佛陀時代,僧團中有一位修行人,是佛陀的堂弟,也是王族之一。這位修行人出家後,天天高喊:「我好幸福,我好快樂!」僧團中有人認為,他雖然現出家相,心卻停滯在過去皇宮的享樂生活,因此報告佛陀。

佛陀召他來詢問:「出家後,是否還會想起過去生活的快樂?」

修行人回答:「我的心無貪戀、無罣礙,這種靜寂清澄、心靈遼闊的快樂,哪是過去皇宮生活可以相比……

人心欲念如無底洞,點點滴滴會累積成心靈的災難,造成心靈海嘯。無形的心念,影響有形的乾坤,唯有降低欲念,才能造福人群、遠離災難。

幸福是自己做出來的。要提升心靈的幸福指數,要感恩、知足,自我祝福、懂得造福;富有餘,還可以助人。有福的人吃「八分飽」,省下「兩分」幫助別人,就能讓無數家庭可以溫飽;有心的人付出一點點愛,就能成就無數苦難眾生,走向快樂幸福的人生。

本文摘自:《慈濟月刊》541期〈無盡藏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar