Ketika Sang Buddha berada di Kerajaan Shravasti, Ia tahu kalau di dalam kota terdapat seorang pengumpul tinja yang berasal dari kasta terendah dari empat kasta yang ada, sekarang jalinan jodoh pengumpul tinja untuk disadarkan telah pun tiba, maka Sang Buddha berjalan masuk ke kota Shravasti.
Pengumpul tinja terlihat sedang membawa tong tinja ke luar kota untuk dicuci, ketika melihat Sang Buddha dan para muridnya berjalan mendekat, seketika timbul perasaan hormat dalam hatinya, namun pada saat bersamaan timbul rasa malu karena kondisi dirinya yang kotor, maka dia segera menghindar ke dalam gang kecil; tanpa diduga ketika sampai di luar kota, kembali terlihat Sang Buddha datang di hadapannya, dalam kepanikannya tanpa disengaja tong tinjanya terjungkal, membuat seluruh tubuh pengumpul tinja dipenuhi tinja, dia merasa bersalah dan tidak berani mengangkat kepala untuk melihat pada Sang Buddha.
Sang Buddha berjalan ke hadapannya dan bertanya: “Apakah anda mau menjadi Bhikkhu?” Pengumpul tinja menjawab dengan perasaan tidak percaya: “Semua murid Buddha berasal dari kalangan kaya dan terhormat, sedangkan saya sangat hina, bagaimana mungkin saya memenuhi persyaratan untuk menjadi Bhikkhu?” Sang Buddha berkata: “Tak peduli kaya atau miskin, terhormat atau hina, asal mau membangkitkan niat untuk mempelajari kebenaran sejati dalam kehidupan, setiap orang memenuhi persyaratan untuk menjadi muridKu.” Selanjutnya Sang Buddha meminta Yang Arya Ananda untuk menemani pengumpul tinja membersihkan diri di sungai, kemudian membawanya pulang ke Vihara Jetavana.
Sifat Dharma semua orang adalah setara, tergantung pada giatnya dalam pembinaan diri
Pengumpul tinja datang ke hadapan Sang Buddha untuk bersujud, Sang Buddha kemudian membabarkan Dharma kepadanya, membuat pikiran pengumpul tinja terbuka dan memahami segalanya, dia kemudian bermohon kepada Sang Buddha agar diterima menjadi anggota Sangha dan Sang Buddha mengabulkan permohonannya dengan suka cita. Berita tentang pengumpul tinja yang menjadi Bhikkhu tersebar ke seluruh kota Shravasti, pada saat itu pemikiran akan perbedaan kasta masih tertanam kuat di dalam masyarakat, warga kasak kusuk membicarakannya, sebagian orang khawatir kalau nantinya Bhikkhu pengumpul tinja ini datang ke rumah mereka untuk melakukan pindapatta (meminta persembahan makanan), bukankah akan mengotori rumah mereka? Segala macam kritikan ini terdengar sampai ke telinga Raja Prasenajit, Raja Prasenajit secara khusus datang ke Vihara Jetavana untuk menjumpai Sang Buddha.
Setibanya di depan pintu Vihara Jetavana, Raja Prasenajit melihat ada seorang Bhikkhu agung duduk di atas batu besar, dia dengan hormat meminta Bhikkhu tersebut agar memberitahukan kedatangannya kepada Sang Buddha. Hanya terlihat Bhikkhu itu tiba-tiba menghilang dan sesaat kemudian muncul kembali di atas batu besar, dia mengatakan kepada Raja Prasenajit: “Kedatangan anda telah diberitahukan kepada Sang Buddha, silahkan masuk untuk bertemu dengan Beliau.”
Raja Prasenajit sangat terkejut, ketika bertemu dengan Sang Buddha, dia terlebih dahulu mengenyampingkan maksud kedatangannya dan bertanya kepada Sang Buddha mengapa Bhikkhu di depan pintu tadi sedemikian agung dan sakti? Sang Buddha menjawab bahwa dia adalah Bhikkhu pengumpul tinja, kemudian Sang Buddha mengatakan kepada Raja Prasenajit kalau semua makhluk adalah setara, semua orang memiliki sifat Buddha, tidak membeda-bedakan ras dan marga, asal memiliki niat untuk membina diri yang tulus, semuanya boleh menjadi anggota Sangha.
Master mengambil kisah ini untuk mengajarkan kalau “sifat Dharma semua orang adalah setara”. “Visudhi adalah bergerak maju dari taraf manusia awam menuju taraf manusia bijak, merubah batin manusia awam yang penuh ketidak tahuan menjadi batin manusia bijak yang suci tanpa noda. Kita harus menggenggam kesempatan untuk menggerakkan roda batin, giat membina diri dengan mengikuti arahan Sang Buddha; jika dapat menyerap Dharma ke dalam batin, roda batin tentu akan terus berputar, sehingga roda Dharma juga akan terus berputar.”
Ceramah Master Cheng Yen pada tanggal 19 Desember 2011
Dikutip dari Majalah Tzu Chi edisi 542.
凡人可成佛
佛陀在舍衛國時,知道城中有一位四姓階級中最卑微的除糞者尼提,得度因緣已熟,便往舍衛城走去。
尼提手上提著糞桶,正要到城外清洗,看到佛陀與弟子們遠遠走來,油然而生恭敬心,同時自慚形穢,趕緊閃避到小巷子裏;想不到走出城時又看到佛陀迎面而來,驚慌之餘,不慎將糞桶打翻,尼提身上沾滿糞尿,心中非常愧疚,不敢抬頭見佛。
佛陀趨前問他:「你想出家嗎?」尼提難以置信地說:「佛弟子皆是至尊至貴之人,而我下賤卑微,有何資格出家?」佛陀告訴他:「不分貧富貴賤,只要發心探討人生真理,就有資格做我的弟子。」接著囑咐阿難尊者陪尼提到河邊洗浴,並帶他回到祇園精舍。
法性平等 精進修行
尼提來到佛前作禮,佛陀為他說法,尼提心開意解,求佛為他剃度、皈依;得佛歡喜允諾。尼提出家的消息在舍衛城中傳開,當時階級觀念根深柢固,居民議論紛紛, 有人擔心尼提比丘要是上門托缽,豈不是污染了自家?各種批評話語傳到波斯匿王耳中,波斯匿王特為此前往祇園精舍求見佛陀。
來到精舍門外,波斯匿王見一位莊嚴的比丘坐在大石上,恭敬地請比丘通報佛陀。只見比丘突然消失,瞬間又出現在大石上,告訴國王:「已稟報佛陀,請您入內見面。」
波斯匿王大為震撼,見到佛陀時暫將來意擱在一旁,請問佛陀門外的比丘為何有此莊嚴神變?佛陀言,這位就是尼提比丘;接著對國王講說,眾生平等、人人皆有佛性,無分種姓,只要有虔誠修行之心,皆能皈依、出家。
上人以此教眾「法性平等」。「『皈依』,是從凡夫地開始往聖賢方向前進,將無明的凡夫心,轉為聖賢的清淨無染之心。應把握啟動心輪的機緣,跟隨佛陀的指引精進修行;法入心,心輪常轉,則法輪常轉。」
證嚴上人開示於2011年12月19日
本文摘自:第542期慈濟月刊 《證嚴上人衲履足跡》
尼提手上提著糞桶,正要到城外清洗,看到佛陀與弟子們遠遠走來,油然而生恭敬心,同時自慚形穢,趕緊閃避到小巷子裏;想不到走出城時又看到佛陀迎面而來,驚慌之餘,不慎將糞桶打翻,尼提身上沾滿糞尿,心中非常愧疚,不敢抬頭見佛。
佛陀趨前問他:「你想出家嗎?」尼提難以置信地說:「佛弟子皆是至尊至貴之人,而我下賤卑微,有何資格出家?」佛陀告訴他:「不分貧富貴賤,只要發心探討人生真理,就有資格做我的弟子。」接著囑咐阿難尊者陪尼提到河邊洗浴,並帶他回到祇園精舍。
法性平等 精進修行
尼提來到佛前作禮,佛陀為他說法,尼提心開意解,求佛為他剃度、皈依;得佛歡喜允諾。尼提出家的消息在舍衛城中傳開,當時階級觀念根深柢固,居民議論紛紛, 有人擔心尼提比丘要是上門托缽,豈不是污染了自家?各種批評話語傳到波斯匿王耳中,波斯匿王特為此前往祇園精舍求見佛陀。
來到精舍門外,波斯匿王見一位莊嚴的比丘坐在大石上,恭敬地請比丘通報佛陀。只見比丘突然消失,瞬間又出現在大石上,告訴國王:「已稟報佛陀,請您入內見面。」
波斯匿王大為震撼,見到佛陀時暫將來意擱在一旁,請問佛陀門外的比丘為何有此莊嚴神變?佛陀言,這位就是尼提比丘;接著對國王講說,眾生平等、人人皆有佛性,無分種姓,只要有虔誠修行之心,皆能皈依、出家。
上人以此教眾「法性平等」。「『皈依』,是從凡夫地開始往聖賢方向前進,將無明的凡夫心,轉為聖賢的清淨無染之心。應把握啟動心輪的機緣,跟隨佛陀的指引精進修行;法入心,心輪常轉,則法輪常轉。」
證嚴上人開示於2011年12月19日
本文摘自:第542期慈濟月刊 《證嚴上人衲履足跡》
Tidak ada komentar:
Posting Komentar