Perbaikilah kebiasaan buruk setiap saat,
garaplah lahan batin setiap hari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
時時修習氣,
日日耕心田。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Correct our ill habits at all time,
cultivate our field of blessings daily.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
Selasa, 28 Februari 2012
Kisah Dibalik Tong Sampah Dapur
Sisa makan siang dari 250 ribu murid sekolah di Taiwan dalam setiap tahunnya ada sekitar 125 ribu ton, jika diisikan ke dalam tong sampah ukuran tinggi satu meter, dapat ditumpuk sampai setinggi 1.221 unit gedung bangunan 101 Taipei.
Sedangkan sampah dapur yang dibuang oleh setiap keluarga di Taiwan dapat ditumpuk sampai sebanyak 1.017 buah Puncak Everest. Ini belum termasuk sampah dapur dari sekolah dan restoran.
1. Tahun 2011 merupakan tahun puncak produksi bahan pangan dalam sejarah umat manusia, namun pada saat yang sama ada dua orang anak mati kelaparan dalam setiap lima detiknya.
2. Kemampuan produksi bahan makanan global cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan dari 1,7 kali populasi umat manusia, namun tetap saja terjadi “bencana kelaparan” di bumi ini. Hal ini karena sepertiga dari bahan makanan yang ada ternyata terbuang ke dalam tong sampah. Khusus untuk Taiwan saja, bahan makanan yang dibuang dalam masa setahun dapat ditumpuk menjadi 1.017 buah Puncak Everest.
3. Bahan makanan yang terbuang ke dalam tong sampah di seluruh dunia dalam setahunnya mencapai 1,3 milyar ton, cukup untuk mengelilingi bumi sebanyak 166 kali. Namun kenyataan pahitnya dalam setiap hari ada 30 ribu orang mati kelaparan.
4. Pada sebelah Selatan Gurun Sahara di Afrika ada 300 juta korban bencana kelaparan. Di India ada 230 juta orang menderita kelaparan, setara dengan sepuluh kali populasi Taiwan. Jika angka korban pada kedua wilayah ini dijumlahkan, akan mencapai separuh dari angka korban kelaparan global.
5. Menurut laporan FAO, 40% dari bahan makanan di negara maju dibuang ke dalam tong sampah. Jelasnya sebanyak 40% dari makanan setiap orang terbuang ke dalam tong sampah, jika sisa makanan ini dikumpulkan dalam setahun, akan cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan 4,2 milyar umat manusia.
6. Menurut data Dinas Lingkungan Taiwan, sampah dapur dari seluruh rumah tangga di Taiwan dalam setahun ada sekitar 2,75 juta ton, di antaranya ada sekitar 1,8 juta ton merupakan kulit buah-buahan, sayuran dan sisa makanan.
7. Jika dikonversikan dalam unit berat, 1,80 juta ton adalah setara dengan berat 4 milyar porsi makanan kotak. Jika dikonversikan dalam bentuk nilai uang akan mencapai NTD 25 milyar (Rp. 7,5 trilyun), cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan bergizi bagi 230 ribu murid sekolah asal keluarga tidak mampu selama 20 tahun, mulai dari usia tingkat TK sampai tingkat S3. Jika dikonversikan dalam jumlah orang, cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi 5,5 juta warga Haiti selama satu tahun penuh.
8. Sampah dapur sebanyak 1,80 juta ton ini masih belum termasuk sampah dapur dari restoran, sekolah dan pasar.
9. Foodsolution dari Perusahaan Unilever Taiwan pernah mengadakan riset, diperkirakan sisa makanan yang dibuang oleh semua restoran di daerah Taipei dalam setahun mencapai NTD 1,8 milyar (Rp. 540 milyar). Angka ini cukup untuk memenuhi kebutuhan makan siang bergizi selama setahun bagi 12 ribu anak di daerah terpencil.
10. Taiwan merupakan negara dengan jumlah mini market terpadat di seluruh dunia. Dikarenakan adanya standardisasi, maka angka pemborosannya sangat besar, sebab setiap mini market harus menjual segala macam makanan, sedangkan makanan itu tidak pasti terjual habis, jadi sebagian akan berakhir menjadi sampah dapur. Karena kita ingin mendapatkan kenyamanan, akibatnya terjadi pemborosan, mungkin pihak perusahaan sudah boleh mulai berpikir untuk mengurangi jumlah pasokan bahan makanan atau ada lebih banyak orang yang membelinya.
11. Di Hongkong ada usaha daur ulang pernah mengambil data statistik, setiap hari mereka mengumpulkan 50 ribu buah kotak makanan dari murid-murid sekolah, setiap kotaknya rata-rata bersisa 200 gram bahan makanan, jika dari angka ini diperkirakan sisa makanan dari 250 ribu murid sekolah di Taiwan, maka dalam setahun akan ada 125 ribu ton sisa makanan. Jika diisikan ke dalam tong sampah ukuran tinggi satu meter, dapat ditumpuk sampai setinggi 1221 unit gedung bangunan 101 Taipei.
12. Di Haiti ada 5,5 juta warganya yang tidak bisa makan satu kali pun setiap harinya.
13. Di Inggeris ada sebuah acara televisi bernama “Great British Waste Menu”, di mana pembawa acara akan mencari tong sampah di belakang pasar swalayan atau pasar sayur, lalu memilih bahan makanan yang dibuang untuk dijadikan menu makanan, namun prosesnya tetap di bawah pengawasan ahli kesehatan, sehingga tidak akan timbul masalah kesehatan, kemudian mereka mengundang para pengusaha yang tadinya membuang bahan makanan tersebut untuk datang mengecapi menu makanan tersebut dan meminta mereka agar mengurangi pemborosan bahan makanan.
14. Bahan makanan yang dibuang di Inggeris setiap tahunnya mencapai nilai NTD 500 milyar (Rp. 150 trilyun), selain itu masih harus menghabiskan biaya sebanyak NTD 50 mliyar (Rp. 15 trilyun) untuk menangani masalah sampah makanan ini.
15. Di negara-negara miskin seperti di benua Afrika, disebabkan masalah produksi, transportasi dan teknik penyimpanan yang terbelakang, ada seperempat dari bahan makanan yang rusak sebelum mencapai tangan konsumen. Sebaliknya di negara maju, ada 40% dari bahan makanan yang dibuang oleh para pengecer atau konsumen ke dalam tong sampah.
16. Demi agar terlihat bagus, penjual sayuran akan membuang bagian luar sayur sawi putih, sehingga sebutir sawi putih yang tadinya seberat 3 kg menjadi hanya tersisa 2,5 kg saja. Dengan kata lain, setiap menangani 6 butir sawi putih, harus dibuang 1 butir.
17. Pada musim panas, mungkin satu truk sayuran akan menjadi layu, transportasi jarak jauh juga mudah membuat sayuran rusak.
18. Produk pertanian dari luar negeri akan menderita angka kerusakan lebih besar lagi, sebab harus melalui pengiriman jauh.
19. Ada sebagian orang menganggap kulkas sebagai perlengkapan serba bisa, semua bahan makanan yang dimasukkan ke dalamnya akan tahan lama, padahal bukan begitu adanya, suhu rendah dalam kulkas hanya akan memperlambat pertumbuhan mikroba, bukan berarti bahan makanan dijamin tidak rusak. (dr. Lin Yufang dari RS Tzu Chi Taipei)
20. Jika sampah makanan di Taiwan setahunnya mencapai 1,8 juta ton, artinya rata-rata setiap orang setiap harinya membuang bahan makanan sebanyak 200 gram.
21. Bahan makanan seberat 200 gram hampir sama dengan setengah potong tahu, sebatang wortel ukuran medium atau sebutir mantou. Bahan makanan seberat 200 gram ini merupakan jatah makanan seorang dewasa di Korea Utara. Di Taiwan, jika setiap orang setiap harinya dapat mengurangi pemborosan bahan makanan seberat 200 gram, maka setiap tahunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan 5,5 juta warga Haiti yang kelaparan. Dengan mengurangi beberapa suap makanan dan makan sampai hanya 70% kenyang, itu akan sangat baik bagi kesehatan tubuh sendiri.
22. Dokter spesialis metabolisma pada RS Tzu Chi Taipei, dr. Liao Yuhuang mengatakan: Ada sebuah majalah terkenal di dunia memuat sebuah artikel, ada orang mengadakan eksperimen terhadap monyet di Sungai Gangga, ketika makanan dalam sekelompok monyet dikurangi sebanyak 30%, biasa kita sebut 70% kenyang, setelah 20 tahun kemudian, angka kematian turun dengan jelas, serangan sakit jantung dan kencing manis pada mereka juga berkuirang 50%, jadi mengurangi konsumsi makanan adalah sangat bermanfaat bagi panjangnya usia kita.
23. Hanya Inggeris saja sudah membuang bahan makanan sebanyak 410 ton dalam setahun, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup 12 juta warga kelaparan di daerah bencana kekeringan parah Afrika Timur. Sedangkan di Amerika Serikat dalam setahun diboroskan hampir 50 juta ton bahan makanan, cukup untuk menyelamatkan hampir separuh warga kelaparan di benua Afrika.
24. Ketika membuang bahan makanan, pemborosan yang terjadi bukan saja bahan makanan tersebut, juga termasuk sumber daya dalam proses produksi, transportasi dan penyimpanan. Coba pikirkan, kita mempergunakan obat pertanian dan pupuk kimia untuk memaksa produksi pertanian paling maksimal, ini sangat melukai bumi dan memboroskan sumber daya air, namun terakhir kita malah membuang bahan makanan ini.
25. Menurut perkiraan Global Footprint Network, sebelum tahun 2030, kita sudah membutuhkan sebuah planet bumi yang baru, baru cukup untuk memenuhi nafsu mulut umat manusia dan tempat pembuangan sampah.
26. Pada tahun 2005, Jepang membuat undang-undang pendidikan bidang pertanian bahan makanan, mewajibkan setiap murid untuk belajar tentang pertanian bahan makanan, jika sekolah berada di daerah perdesaan, bahkan mewajibkan murid-murid untuk menanam sendiri, juga mengadakan perlombaan mencukupi bahan makanan bagi diri sendiri. Undang-undang ini juga mewajibkan para murid SD kelas 5 untuk tinggal di daerah pertanian selama seminggu, sedangkan orangtua tidak boleh ikut, tujuannya agar melalui kerja pertanian ini, anak-anak tahu darimana datangnya bahan makanan mereka.
27. SD Rui Pin di daerah timur laut Taiwan pernah mengurangi sampah dapur sampai hampir 70% dan memperoleh juara pengurangan volume sampah dapur di seluruh Kabupaten Taipei. Volume sampah dapur dari 200-an guru dan murid sekolah tersebut berkurang dari 12 kg menjadi 3 kg, artinya dalam setahun berkurang 2.200 kg.
28. Saat terjadinya krisis pangan tahun 2008 di Haiti, ketika itu harga minyak dunia sedang melonjak gila-gilaan, maka Amerika Serikat merubah 100 juta ton biji-bijian menjadi bahan bakar pengganti minyak bumi, akibatnya pasokan bahan pangan seluruh dunia berkurang 50 juta ton, kekurangan ini membuat para spekulan berkesempatan untuk bermain dengan harga bahan pangan. Negara miskin dengan pendapatan rendah menerima dampak terburuk dari fluktuasi harga pangan. Harga bahan makanan di Haiti naik dua kali lipat, membuat kaum miskin tidak mampu membeli bahan pangan dan timbul kerusuhan massa. Jika semua orang mau mengurangi pemborosan bahan makanan, itu akan dapat menjaga kestabilan stok bahan pangan dan menstabilkan harga, sehingga para spekulan tidak berkesempatan untuk menggoreng harga.
29. Kemampuan Taiwan untuk memenuhi kebutuhan bahan pangannya hanyalah 30% saja, sama seperti Haiti, 70% harus diimpor dari luar, jika harga pangan di dunia internasional bergejolak, kehidupan warga Taiwan tentu akan terpengaruh olehnya, jadi kita tidak boleh menempatkan diri seakan-akan tidak ada urusan dengan krisis pangan di luar Taiwan.
廚餘桶的秘密
台灣25萬個學童午餐的廚餘量,一整年下來大約是12萬5千公噸,用一公尺高的廚餘桶來盛裝,可以堆成1221座101大樓的高度。
如果台灣家戶一年,丟掉的食物,可以堆成1017座聖母峰。這還不包括學校和餐廳的廚餘。
1. 人類有史以來糧食產量最高的時候,但是每五秒鐘就有兩個孩子餓死。
2. 全球的糧食產量,足以供應現今人口的1.7倍,但還是鬧「飢荒」。因為全世界有1/3的食物被丟進垃圾桶。單是台灣家戶一年所丟掉的食物,可以堆成1017座聖母峰。
3. 全世界每年浪費的糧食,高達13億噸,裝進廚餘桶裡,足足可以繞地球166圈。諷刺的是,全世界每天有三萬個人死於飢餓。
4. 非洲撒哈拉沙漠以南有3億個饑民;印度有2億3千萬人、相當台灣十倍的人口在挨餓。這兩個地區合起來,就佔了全球一半的飢餓人口。
5. 糧農組織的調查報告,在已開發國家中,有四成的食物被丟掉。更具體的比喻是,平均每五口食物當中,就有兩口被餵進廚餘桶,將這些食物累積起來,一年可以多養活42億人。
6. 環保署的調查推估,台灣一整年的家戶廚餘量大約是275萬公噸,去掉果皮菜渣,食物垃圾佔六成七,大約是180萬公噸。
7. 180萬公噸,用重量換算,差不多和40億個便當等重;用糧價來換算,高達250億,可以讓23萬個中低收入戶的學童,從幼稚園到博士班,整整享用20年的營養午餐;用人數來換算,足以讓海地550萬個饑民吃上一整年。
8. 180萬公噸的廚餘量,還不包括餐廳、學校、賣場和超商等事業單位。
9. 聯合利華公司的餐飲策劃做過調查,估計大台北地區的餐廳,一年報廢掉的食材高達18億。這個金額,可以讓偏鄉地區一萬兩千個孩子吃上一年的營養午餐。
10. 台灣可能是全世界超商比例最高的地方,因為他要標準化供應,所以浪費是蠻多,因為他每一家店都要讓你買到三角飯糰,每一家店都要讓你買到國民便當,可是他 不見得賣得出去,所以最後就會浪費。我們要為了便利性而造成浪費,或許企業界也可以思考,可以限量供應,或許會有更多人去買。
11. 香港有資源回收業者做過統計,他們每天回收五萬個學生餐盒,平均每個飯盒剩下200克,以此推估全台灣25萬個學童午餐的廚餘量,一整年下來大約是12萬5千公噸。用一公尺高的廚餘桶來盛裝,可以堆成1221座101大樓的高度。
12. 在海地,有550萬人一天吃不到一餐。
13. 英國有個電視節目叫做「英國浪費菜單」,由名廚主持人去翻找超市或賣場後門的垃圾筒,挑出報廢的食物做成菜餚,過程都在衛生專家的監督下進行,因此安全無虞,再邀請丟棄食物的店家來品嘗,並要求改善食物浪費的問題。
14. 英國每年丟掉的食物,高達五千億台幣,而為了處理這些食物垃圾,還得再花五百億。
15. 在貧窮國家,例如非洲,因為生產、運送和保存技術落後,有1/4的糧食還沒送到消費者手中就壞掉了;但是在富裕國家,有四成的糧食,被「零售商和消費者把食物丟進了垃圾桶」。
16. 為了賣相好,菜販整理一顆將近六斤的白菜,之後只剩下五斤,少掉1/6。換句話說,每整理六顆白菜,就得丟掉一顆。
17. 夏天時有時候整車的東西都會爛掉,長途運輸也容易壞掉。
18. 飄洋過海的進口農產品,運送距離愈長,損耗的比例愈高。
19. 有人認為冰箱是萬能的,把食物放在冰箱裡就可以延長保存期限,其實不是,冰箱是因為溫度低,可以讓微生物生長放慢,但是不等於它不會壞。(慈濟新店醫院營養師林育芳)
20. 台灣一年高達180公噸的食物垃圾,就是平均每人每天丟掉兩百公克的食物慢慢累積出來的。
21. 兩百公克食物,大約是半塊豆腐、一根中型的紅蘿蔔或者一顆饅頭的重量。這兩百公克,也是北韓成年人一天的食物配給量。在台灣,每人每天只要減少浪費兩百公克的食物,一年可以養活550萬個海地飢民。少吃幾口,只吃七分飽,對身體健康也有好處。
22. 慈濟新店醫院新陳代謝科醫師廖瑜皇:全世界非常權威的期刊,發表一篇文章,有人針對恆河猴做實驗,一組猴子節制30%的飲食,就是我們所說的七分飽,二十 年後,死亡率有明顯的下降,而且這組節制飲食得到心血管疾病、糖尿病機率減少50%,節制飲食對我們的壽命是有幫助的。
23. 單單英國一年就丟掉410公噸的食物,足以養活東非大旱災區,總共1200萬個饑民。而美國,一年浪費的食物,將近五千萬噸,可以拯救將近一半的非洲飢民。
24. 丟棄食物,浪費的不只是食物,還包括食物生產、運送和保存過程中所消耗的資源。想想看,我們用大量的農藥和化肥,逼出最大的產量,傷害土地,浪費水資源,結果卻又把這些食物丟掉。
25. 根據全球生態足跡網路估計,到2030年之前,恐怕需要第2個地球,才能滿足人類的胃口和容納垃圾量。
26. 日本在94年訂定食農教育法,他規定每個小朋友上課,如果學校在鄉村地區,還要自己種東西,做糧食自給率的比賽。他還要求國小差不多國小五年級的小朋友,要到農村住一個禮拜,而且父母不能跟,他就是希望透過農耕的勞動知道食物是怎麼來的。
27. 台灣東北角的瑞濱國小,曾經年減近七成的廚餘,榮登台北縣校園廚餘減量的冠軍。全校兩百多位師生一天的廚餘量,從12公斤減到3公斤,等於一年減少了兩千兩百公斤。
28. 2008年的海地糧荒,當時油價狂飆,美國將一億公噸的穀物轉為生質能源替代石油,導致全球糧食供應出現0.5億噸的缺口。少了這0.5億噸,就足以讓投 機客藉機炒作穀物期貨,讓有心人士哄抬糧價。愈貧窮的國家,居民所得低,生活愈容易受到糧價波動的影響。海地的糧價短時間內漲了一倍,窮人買不起,於是發 生暴動。如果減少食物浪費,就可以確保糧食庫存,穩定糧價,怎會讓投機客有炒作的空間?
Hapus semua rintangan dengan cinta kasih
Hapus semua rintangan dengan cinta kasih.
Jika di dalam hati ada cinta kasih,
tidak ada lagi yang disebut sebagai rintangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
用愛化礙 --- 心中有愛,就沒有障礙。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Melt away all barriers and obstacles with love.
With love in our heart, there is nothing we cannot overcome.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
Jika di dalam hati ada cinta kasih,
tidak ada lagi yang disebut sebagai rintangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
用愛化礙 --- 心中有愛,就沒有障礙。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Melt away all barriers and obstacles with love.
With love in our heart, there is nothing we cannot overcome.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
Dokter Spesialis Mata Ternama Mengumumkan Menghentikan Bedah LASIK Mata
Bedah LASIK mata untuk memperbaiki rabun jauh adalah sangat umum dilakukan di Taiwan, namun dokter spesialis mata merangkap dosen pada Taipei Medical University, dr. Cai Rui-fang yang dulu paling dini mempergunakan teknik bedah LASIK di Taiwan, baru-baru ini tiba-tiba membuat sebuah pengumuman, bahwa mulai sekarang ia tidak akan melakukan bedah LASIK lagi. Ia menyampaikan bahwa setelah dirinya melakukan pengamatan jangka panjang, banyak pasien yang dulu pernah menjalani bedah LASIK, ternyata setelah lebih dari 10 tahun, daya penglihatan mereka memburuk drastis, diperkirakan gejala itu terkait dengan peradangan lapisan tipis kornea mata setelah pembedahan.
Nama dr. Cai Rui-fang cukup terpandang dalam bidang poli mata di Taiwan, ketika pada 20 tahun lalu menjabat sebagai Kepala Poli Mata RS Chang Gung di Linkou, ia yang memasukkan teknik bedah LASIK mata ke Taiwan, padahal pada saat itu di Amerika Serikat saja belum melakukan teknik pembedahan tersebut pada tubuh manusia, dr. Cai Rui-fang telah melakukan eksperimen bedah tersebut pada sejumlah 500 kasus. Dalam beberapa tahun ini, bedah LASIK mata juga telah menjadi tren untuk memperbaiki rabun jauh, berbagai jaringan berantai klinik poli mata pun ikut berdiri, perbaikan rabun jauh pada mata juga telah menjadi ladang bisnis seperti halnya bedah plastik. Pengumuman dari dr. Cai Rui-fang membangkitkan diskusi hangat bagi para dokter spesialis mata di Taiwan, juga memukul pasar bedah LASIK mata.
Dr. Cai Rui-fang menyatakan, bedah LASIK mata adalah sebuah fenomena jaman, mempergunakan pisau laser untuk membuka sekitar ¾ lingkaran pada kornea, setelah membuka lapisan atas kornea, kemudian merancang ulang kornea dengan membuang sebuah jaringan di lapisan bawah kornea. Bukaan kornea kemudian ditutup kembali dan direkatkan hingga proses penyembuhan selesai. Dikarenakan lapisan kornea menjadi tipis, jarak fokus menjadi pendek, cahaya dari luar akan dapat dibiaskan secara tepat pada retina, sehingga tercapai tujuan perbaikan rabun jauh.
Walau bedah LASIK mata memiliki kelebihan seperti akurasi pembedahan pisau laser, ketepatan hasil perbaikan rabuh jauh dan tiada bekas luka pasca pembedahan, namun membawa efek samping pasca pembedahan seperti mata silau, penglihatan pada malam hari memburuk, mata perih dan kering, maka dokter harus memeriksa pasien yang sesuai dan menginformasikan kepada calon pasien akan potensi masalah atau efek samping.
Akan tetapi setelah 10 – 20 tahun, efek samping yang dulu tidak diperkirakan perlahan-lahan muncul di permukaan, belakangan ini dr. Cai Rui-fang telah menemukan sepuluhan kasus yang dulu pernah menjalani bedah LASIK mata datang untuk mengeluhkan efek sampingnya, kebanyakan darinya berusia 40 – 50 tahun, di mana daya penglihatan mereka memburuk dalam waktu singkat, sehingga membawa dampak pada kehidupan sehari-hari.
Dengan melemparkan isu mengguncangkan ini, dr. Cai Rui-fang tahu jelas kalau tindakannya ini akan merusak bisnis koleganya sesama dokter spesialis mata, bahkan bisa menjadi bumerang dan mendapatkan serangan atas integritasnya, namun dia tetap tidak bergeming, sebab sebagai seorang dokter sudah sewajibnya memberitahukan kebenaran, sebab kalau satu persatu pasien lama sudah melaporkan adanya efek samping yang dulu tidak diperkirakan, sulit dijamin tidak akan timbul efek samping lainnya di masa mendatang. Demi hati nurani sebagai seorang dokter dan demi kepentingan pasien, dia memilih untuk menghentikan bedah LASIK mata, agar kerusakan yang terjadi tidak semakin membesar.
Dikutip dari artikel pada link: http://mag.udn.com/mag/life/storypage.jsp?f_MAIN_ID=210&f_SUB_ID=1413&f_ART_ID=371288
眼科名醫蔡瑞芳 宣布停作雷射手術
雷射近視矯正手術在台非常普遍,但台灣最早引進這項手術的台北醫學大學眼科兼任教授蔡瑞芳,最近突然宣布,今後不再動這種手術。他表示,因長期觀察發現,不少當年接受雷射手術的患者,十多年後視力明顯下降,研判可能和當年動刀後角膜瓣發炎有關。
蔡瑞芳在國內眼科醫學界頗具份量,20年前擔任林口長庚醫院眼科主任期間,引進當時連美國也還沒進入人體臨床試驗的「準分子雷射層狀角膜成型術」 (LASIK),並完成近500例的人體臨床試驗。近年LASIK也成為近視矯正主流,台灣眼科連鎖診所紛起,近視矯正也成了如醫學美容般的超夯行業。蔡瑞芳的宣布,引起國內眼科醫學界討論,也衝擊近視矯正醫學的市場。
蔡瑞芳表示,LASIK是劃時代的醫學創舉,利用雷射刀將近視病患的角膜環切約四分三圈,掀起上層角膜後,接著以雷射刀切去下層角膜,再將上層角膜覆蓋回去。由於角膜變薄,焦距變短,從外進來的光線就可精準對焦在視網膜上,達到矯正近視的目的。
雖然LASIK具有雷射刀切割精準、近視矯正準確及角膜沒有結疤反應等優點,卻也有術後易出現眩光、夜間視力減退及眼睛乾澀症候群等併發症,因此眼科醫師施術前要慎選合適病人,並主動告知可能併發症。
但十幾二十年過後,一些當年未想到的併發症陸續出現,蔡瑞芳最近就接到十幾例受不了併發症而就診的個案,大多是四、五十歲的中年人,且視力在短時間內明顯減弱,日常生活及工作都大受影響。
突然拋出震撼彈,蔡瑞芳清楚知道此舉可能會擋人財路,甚至引來反彈及攻訐,但他堅持,身為醫者應有責任,既然當年受術患者如今陸續出現未曾料到的併發症,難保未來不會再出現其他併發症。基於醫學良心,也為了病患著想,他只有選擇停開這種手術,不讓傷害擴大。 記者林進修/台北報導
Master begitu sibuk, kapan memiliki waktu untuk belajar?
Ada orang bertanya pada Master Cheng Yen: “Master, bagaimana anda bisa memahami begitu banyak konsep kebenaran, juga mampu berbuat sampai antar sesama bisa harmonis, masalah dan kebenaran bisa selaras? Buku apa yang anda baca dan kapan anda memiliki waktu untuk belajar?
Master Cheng Yen menjawab:
“Saya bukan saja tidak ada waktu untuk membaca buku, juga tidak pernah melangkah ke luar dari Taiwan, namun setiap orang yang saya temui dalam setiap harinya dapat menumbuhkan pengetahuan dan kebijaksanaan saya. Insan Tzu Chi sedunia yang memberikan pengajaran pada saya, mereka semua adalah guru saya.”
“Sama seperti sharing dari anda sekalian tadi, saya menyerapnya dengan kesungguhan hati, makanya lubuk hati saya dipenuhi oleh rasa haru dan syukur. Kalian semua dalam keseharian sudah sangat sibuk dalam urusan usaha dan keluarga, namun kalian masih dapat meluangkan waktu untuk terjun dalam misi-misi Tzu Chi. Jika di tempat domisili kalian terjadi bencana atau kalian tahu ada orang miskin, sakit atau orang tua sebatang kara yang membutuhkan bantuan, kalian akan berinisiatif untuk memberi pertolongan. Semua orang bisa sama-sama berada di Tzu Chi, bersumbangsih dana dan tenaga dengan tanpa pamrih, itu hanya karena ada jalinan jodoh antara anda dengan saya, makanya kalian mau mendengar perkataan saya dan mengerti mengapa saya melakukan kegiatan Tzu Chi, lalu timbul perasaan suka cita dalam hati kalian, dengan sendirinya kalian akan mengajak orang lain untuk ikut bergabung dan mengikat jalinan jodoh berantai, semua jalinan jodoh ini merupakan jalinan jodoh penuh suka cita.”
Master mengajarkan kalau di antara sesama manusia harus menanam benih baik dan menjalin hubungan baik, kalau tidak jika hanya segelintir orang saja yang berikrar niat baik dan tekad luhur, walau pun kita berjalan di jalan Bodhisattva, juga tidak cukup kekuatan untuk mengerjakan masalah dunia. “Ketika saya menjadi Bhiksuni dulu, saya bertekad tidak akan menerima murid, namun ternyata sekarang murid saya tersebar di seluruh dunia. Saya melanggar tekad ini hanya disebabkan satu kata, yaitu cinta kasih, cinta kasih suci tanpa noda yang tidak tega melihat semua makhluk menderita.”
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 April 2011
Dikutip dari: Catatan Harian Master Cheng Yen edisi musim panas tahun 2011
這麼忙,用什麼時間精進?
上人開示,我既沒有時間看書,也不曾走出臺灣,但是每天面對的每一個人都增長我的知識與智慧;全球慈濟人都予我教育,他們都是我的老師。
「就 如各位方才的分享,我都用心吸收,所以內心充滿感動與感恩。大家平時忙於家業、事業,卻能撥出時間投入志業;居住地若是發生災難,或得知當地有貧病孤老, 皆主動前去幫助。大家能夠同在慈濟,出錢出力、無私付出,只因你我有緣,所以聽師父說的話、了解師父做慈濟,就起歡喜心,很自然地一人帶著一人,牽起一連 串的緣,所結的就是歡喜緣。」
上人教導,在人與人之間,一定要種好因、結好緣,否則僅有少數人發大心、立大願,欲行菩薩道,也難有力量做天下事。「在我出家修行之時,即立願不收弟子,但現在卻是弟子滿天下;之所以破此立願,皆因一個字──愛,是不忍眾生受苦難的清淨無染之愛。」
證嚴上人開示於2011年4月25日
本文摘自:《證嚴上人衲履足跡》2011年夏之卷
Mengucapkan sepatah kata baik
Mengucapkan sepatah kata baik,
bagai menyebarkan semerbak bunga teratai.
Mengucapkan sepatah kata buruk,
bagai menyemburkan racun ular berbisa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
口說一句好話,如口出蓮花;
口說一句壞話,如口吐毒蛇。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Kind words are like pure lotus flowers;
Mean words are like poisonous snakes.
- Jing Si Aphorism by Master Cheng Yen -
bagai menyebarkan semerbak bunga teratai.
Mengucapkan sepatah kata buruk,
bagai menyemburkan racun ular berbisa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
口說一句好話,如口出蓮花;
口說一句壞話,如口吐毒蛇。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Kind words are like pure lotus flowers;
Mean words are like poisonous snakes.
- Jing Si Aphorism by Master Cheng Yen -
Melakukan upaya pelestarian lingkungan
Lakukan upaya pelestarian lingkungan
sebagai unjuk rasa sayang kepada bumi ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
動手環保,疼惜地球。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
To love our great Earth is to be
hands-on in environmental protection.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
sebagai unjuk rasa sayang kepada bumi ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
動手環保,疼惜地球。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
To love our great Earth is to be
hands-on in environmental protection.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
Memuji kebajikan
Ada seorang pintar yang sedang melakukan perjalanan bersama seorang temannya. Ketika mereka melewati sebuah lembah gunung, akibat kurang berhati-hati orang pintar ini tergelincir dan sepertinya nyawanya akan segera melayang di dasar lembah, namun beruntung temannya sempat menariknya dengan sekuat tenaga. Setelah terselamatkan, dia bersikeras untuk mengukirkan peristiwa ini di atas batu. Temannya bertanya: “Apakah perlu melakukan hal ini?” Orang pintar menjawab: “Tentu saja.” Maka dia mengukirkan di atas batu sebagai berikut: Pada tanggal XX bulan XX tahun XX, ketika sedang melewati lembah gunung XX, teman telah menyelamatkan nyawaku. Setelah selesai mengukirnya, mereka lalu melanjutkan perjalanan.
Pada suatu hari mereka tiba di pantai lautan, disebabkan sesuatu hal terjadi pertengkaran di antara keduanya, dalam kemarahannya temannya ini menempeleng muka orang pintar. Sambil meraba mukanya yang terasa panas, orang pintar berkata: “Saya pasti harus mencatat peristiwa ini!” Dia lalu mencari sebatang kayu dan menulis di atas pantai pasir yang airnya baru surut: Pada tanggal XX bulan XX tahun XX, temanku XX telah menempelengku.
Temannya bertanya dengan heran: “Kenapa anda tidak mengukirkannya di atas batu?” Orang pintar menjawab sambil tersenyum: “Hal yang saya beritahukan kepada batu adalah peristiwa yang saya takutkan akan terlupakan, jadi saya ingin batu ikut mengingatnya; sedangkan hal yang saya beritahukan kepada pantai pasir adalah peristiwa yang saya takutkan tidak akan terlupakan, jadi saya ingin pantai pasir ikut melupakannya.” Perkataan ini membuat temannya merasa sangat malu dan menyesal.
Orang bijak tahu memperlakukan orang dengan baik. Marilah kita menyerahkan semua hal-hal yang tidak pantas dikenang kepada pantai pasir saja, biarlah air laut menggulung pergi hal-hal tidak menggembirakan, sehingga yang datang kemudian adalah jiwa raga yang penuh pengertian dan bebas dari kerisauan, serta wajah penuh keceriaan, sepatah kata pujian akan dapat menimbulkan perasaan suka cita di hati orang.
揚人善事
有一天在海邊,兩人因為一件事情爭吵起來,朋友一怒之下,給了智者一記耳光。智者捂著發燒的臉說:我一定要記下這件事情!於是找來一根棍子,在退潮後的沙灘上寫下了:某年某月某日,朋友某某打了我一耳光。
朋友不解地問他:「你為什麼不刻在石頭上呢?」智者笑了,說:「我告訴石頭的,都是我唯恐忘了的事情,我要讓石頭替我記住;而我告訴沙灘的事情都是我唯恐忘不了的事情,我要讓沙灘替我忘了。」朋友慚愧。
有智慧的人懂得善待別人。讓我們將不值得記得的事情統統交給沙灘吧,讓海水捲走那些不愉快,隨之而來是明白自在的身心和喜悅的笑臉,一句讚美人的好話,可以使人心生歡喜。
Senin, 27 Februari 2012
Suasana paling indah
Suasana hening dan tenang terasa paling indah,
kehidupan tenteram terasa paling membahagiakan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
寧靜最美,
安定最樂。 ~摘錄自證嚴上人靜思語~
Memberi Perhatian
When we care for others with deep sincerity
our heart of love is the noble seed
that brings great blessings
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
以親切的愛心去關懷別人
這份愛心便是造福的種子
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Ketika kita memberi perhatian pada orang dengan cinta kasih penuh keakraban,
hati cinta kasih ini akan menjadi benih untuk menciptakan keberkahan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen –
Kebijaksanaan adalah hasil dari cobaan yang dialami
智慧是從人與事之間磨練出來的;
若逃避現實,離開人與事,
便無從產生智慧。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Spiritual wisdom is cultivated
in the interplay of people, objects, and events.
To escape from reality,
to keep away from people and events,
provides no means to nurture wisdom.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
Kebijaksanaan adalah hasil dari cobaan yang dialami
saat interaksi antar sesama dan menghadapi permasalahan.
Bila kita melarikan diri dari kenyataan,
menghindar dari sesama dan permasalahan,
maka kita tidak akan bisa memperoleh kebijaksanaan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
若逃避現實,離開人與事,
便無從產生智慧。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Spiritual wisdom is cultivated
in the interplay of people, objects, and events.
To escape from reality,
to keep away from people and events,
provides no means to nurture wisdom.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
Kebijaksanaan adalah hasil dari cobaan yang dialami
saat interaksi antar sesama dan menghadapi permasalahan.
Bila kita melarikan diri dari kenyataan,
menghindar dari sesama dan permasalahan,
maka kita tidak akan bisa memperoleh kebijaksanaan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
Sebatang pohon yang berbuah lebat
Ketika berbincang-bincang dengan David Liu dari Singapura dan Shi Shun-he dari Kamboja, Master menyampaikan bahwa sebelum kita menyebarkan konsep cinta kasih kita kepada orang lain, kita perlu membangun landasan batin terlebih dahulu. “Kegiatan amal Tzu Chi bukan seperti kegiatan amal pada umumnya, sebab kita harus memberi perhatian sampai ke taraf batiniah. Jika kita sendiri tidak melakukan pembinaan diri, maka keyakinan kita tentu akan menyimpang; atau ketika sedang bersumbangsih, pada saat bersamaan kita tetap masih seperti biasa, hanya tahu hidup bersenang-senang, jika demikian maka boleh dibilang sungguh tidak ada artinya sama sekali.”
Master mengambil contoh bagaimana insan Tzu Chi Malaysia menolong kaum miskin sambil membimbing mereka agar kaya batiniah di Myanmar, ketika membantu kaum miskin, juga harus memberi penghiburan terhadap batin para penerima bantuan. “Kita membimbing mereka sampai mereka dapat memahami kalau ‘mampu memberi adalah lebih beruntung daripada menerima’ dan berhasil membangkitkan hati penuh kebajikan yang semula ada pada diri mereka, ini baru merupakan pemberian bantuan pada kaum miskin yang tuntas.”
Sebagian besar insan Tzu Chi di luar Taiwan melakukan pengembangan terhadap misi-misi Tzu Chi di daerah luas yang berpenduduk sedikit dengan harus mengatasi segala macam kesulitan. Master memberikan dorongan semangat: “Ketika mengorbankan cinta kasih individu demi cinta kasih universal, memang butuh keuletan dan kemampuan untuk melepaskan jati diri; pada saat menemui kesulitan, harus membangkitkan semangat ‘masalah pribadi kita sangat kecil bila dibandingkan dengan masalah dunia yang besar’ dan tetap berusaha dengan penuh semangat sampai akhir.”
Berusaha tanpa henti untuk menunaikan batin menuju pencerahan
Master mengajarkan, jangan ada perasaan dirugikan dan kondisi batin yang tidak stabil seakan-akan “saya berkorban demi Tzu Chi”, tetapi harus memompa semangat sendiri dengan prinsip “saya harus mendorong keberhasilan orang-orang dalam menuju pencerahan”, harus bercita-cita besar dan bertekad luhur seperti ini, serta melepaskan jati diri dan mengecilkan keegoan, menerima segala macam ujian dengan hati tenang.
“Saya berharap setiap orang jangan hanya menjadi sebutir benih yang baik, melainkan harus tumbuh menjadi sebatang pohon besar yang berbuah lebat, pohon yang dipenuhi oleh buah cinta kasih universal yang dapat dinikmati oleh semua orang, selanjutnya juga dapat membalas budi masyarakat dengan bersumbangsih demi orang banyak; jika dalam batin setiap orang ada kewelas asihan dan cinta kasih, maka dunia tentu akan penuh dengan harapan.”
【Kata Perenungan】
Dalam berikrar luhur untuk bersumbangsih, kita harus memiliki keuletan dan mampu melepaskan jati diri, dengan demikian baru dapat bertahan untuk selama-lamanya.
Ceramah Master Cheng Yen pada tanggal 14 September 2011
※ Dikutip dari Majalah Bulanan Tzu Chi edisi 539
一棵結滿果實的樹
上人以馬來西亞慈濟人在緬甸濟貧教富為例指出,在濟助貧困的同時,也要膚慰受助者的心靈,「引導其了解『施比受更有福』,將本具有的善良之心帶動起來,這才是真正徹底的救濟。」
多數海外慈濟人都是在人少地廣的情況下,克服萬難推展慈濟志業。上人致勉:「能為大愛而犧牲小愛的時間,需有毅力還要能放下身段;遇到困難時,要提起『個人事小、天下事大』的精神,再接再厲恆持下去。」
鍥而不捨 成就道心
上人教導,不要有「我是為慈濟而犧牲」的委屈、不平衡心態,需以「成就人人道心在我」自勉,發大心立大願,放下身段、縮小自己,坦然接受一切考驗。
「期許大家不只是一顆善的種子,而是一棵結實纍纍的大樹,樹上結滿大愛果子,讓人人能享用,且進一步回饋社會;人人心靈有慈悲與愛,就能讓世界充滿希望。」
【靜思小語】發心立願付出,要有毅力,還要放下身段,才能恆持。
證嚴上人開示於2011年9月14日《農十二月‧十八》
※本文引用自2011.10.25《慈濟月刊》第539期衲履足跡
Rasa syukur membuka pintu hati nurani
Timbulnya rasa syukur adalah awal terbukanya pintu hati nurani,
juga langkah pertama dalam pengembangan kemampuan
untuk berbuat hal yang bermanfaat bagi orang banyak.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
心生感恩,是良知的開啟,
也是踏出人生良能的第一步。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Gratitude awakens our conscience and propels us
to work for the good of humanity.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
juga langkah pertama dalam pengembangan kemampuan
untuk berbuat hal yang bermanfaat bagi orang banyak.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
心生感恩,是良知的開啟,
也是踏出人生良能的第一步。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Gratitude awakens our conscience and propels us
to work for the good of humanity.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
Bagaimana “menghapus rintangan karma”?
Ada seorang umat bertanya kepada Master Cheng Yen, sejak ikut “menyelami Sutra”, bukankah berarti sudah “menghapus rintangan karma”? Mengapa puteranya yang ikut pementasan Sutra Pertobatan Air di bulan Agustus lalu, sementara sekarang malah bersengketa dengan orang dan terlibat perkara.
Ketika berbincang dengan para kader pengurus wilayah Pingtung Taiwan, Master mengambil contoh ini untuk menjelaskan kalau dalam berkeyakinan pada ajaran Buddha bukannya “bermohon sambil duduk” --- hanya memohon perlindungan kepada para Buddha dan Bodhisattva; dalam mendengar ajaran Buddha dan memahami kebenaran di dalamnya, kita harus “bangkit dan melangkah ” untuk berbuat sesuai ajarannya.
Master meminta kepada semua orang agar dapat memahami ajaran Buddha secara tepat dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. “Ketika berinteraksi dengan orang, jika setiap pihak bersikeras pada pendapat masing-masing dan timbul ketidak senangan, maka kita harus segera sadar dan mengingatkan diri, jangan terus bersitegang dan timbul gesekan, sebab akan menciptakan jalinan jodoh buruk dengan orang. Kita harus segera menyampaikan penyesalan kepada pihak lawan demi menguraikan kebuntuan, jika dalam batin sesama tidak tersimpan dendam, dengan demikian baru mendapatkan ‘kedamaian dari pertobatan’.”
Jadi bagaimana caranya menghapus rintangan karma? Master menjawab: “Kita harus senantiasa mengingatkan diri sendiri agar jangan lagi menciptakan karma tidak baik dan menjalin jodoh tidak baik. Jika kita bisa menerima kondisi sulit yang datang dengan hati yang tenang dan ikhlas, otomatis tidak akan berkutat lagi dengan benih yang tidak baik, sehingga rintangan karma akan dapat terhapus.”
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Desember 2011
Dikutip dari “Catatan Harian Master Cheng Yen”
如何「消業障」?
與屏東地區幹部座談,上人以此說明,信仰佛法不是「坐而求」——只是拜求佛菩薩保佑;聞法、了解法理,就要「起而行」依教奉行。
上人請大家正確理解佛法,運用在生活中。「與人互動,若因各執己見而有不愉快,要自我警覺,莫再與人對立起摩擦、結惡緣。要趕緊向對方懺悔以解僵局,彼此心中不存芥蒂,如此才得『懺悔即清淨』。」
到底如何才能消業障?上人說:「時時警惕自己不再造惡業、結惡緣。用平靜而甘願的心接受逆境,自然不再與惡因緣糾纏,如此才能消除業障。」
證嚴上人開示於2011年12月2日
本文摘自:《證嚴上人衲履足跡》
Timbulnya Kerisauan Karena Ego
Kerisauan timbul karena adanya orientasi pada “keegoan”,
oleh karena itu, kita harus belajar melepaskan “keegoan”.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
人都因為有一個「我」作中心,
才有煩惱,所以要將「我」看淡些。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Worries arise from attachment to "self".
So let go of your "self".
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
oleh karena itu, kita harus belajar melepaskan “keegoan”.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
人都因為有一個「我」作中心,
才有煩惱,所以要將「我」看淡些。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Worries arise from attachment to "self".
So let go of your "self".
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
Kebahagiaan itu diciptakan oleh diri sendiri
Pada tahun 2006, Universitas Leicester di Inggeris mengumumkan “Peta Kebahagiaan Dunia”, Taiwan menduduki peringkat 68 (Indonesia menduduki peringkat 64) sebagai hasil wawancara terhadap 80 ribuan orang dari 178 negara di dunia. Ekonomi Taiwan memang sangat maju dan kualitas hidup juga sangat tinggi, lalu kenapa “perasaan bahagia” dari warga Taiwan tidak tinggi?
Kebahagiaan sesungguhnya adalah kepuasan dalam batin. Di dunia ini masih banyak orang yang berada dalam kesusahan dan setiap hari harus berjuang untuk hidup, bagi mereka sungguh tiada keberkahan untuk dinikmati. Namun juga ada orang yang walau pun hidup berkecukupan, namun memiliki nafsu keinginan sangat besar, mereka memang memiliki keberkahan namun tidak tahu menghargai keberkahan.
Pada masa Sang Buddha masih hidup, ada seorang bhikkhu dalam Sangha yang merupakan adik sepupu dari Sang Buddha, jadi juga merupakan keluarga kerajaan. Setelah menjadi bhikkhu, setiap hari ia berseru: “Saya sungguh bahagia! Saya sungguh gembira!” Ada sebagian anggota Sangha yang beranggapan kalau walau dirinya sudah menjadi bhikkhu, ternyata batinnya tetap berada dalam kehidupan penuh kesenangan di istana dulu, maka mereka melaporkannya kepada Sang Buddha.
Sang Buddha memanggilnya datang dan bertanya: “Setelah menjadi bhikkhu, apakah kamu masih teringat pada kesenangan hidup pada masa lalu?”
Bhikkhu itu menjawab: “Dalam batinku tiada kemelekatan dan ganjalan lagi, kondisi batinku sekarang sangat tenang dan damai, dengan kebahagiaan yang tiada berbatas, mana bisa dibandingkan dengan kehidupan di istana dulu.”
Nafsu keinginan manusia bagai lubang tanpa dasar, jika terkumpul sedikit demi sedikit, nantinya akan menjadi bencana batin, tsunami dalam batin. Niat pikiran tanpa wujud dapat memberi dampak pada alam yang berwujud, hanya dengan mengurangi nafsu keinginan, baru bisa menciptakan keberkahan bagi orang banyak dan menjauhkan bencana.
Kebahagiaan itu diciptakan oleh diri sendiri. Jika ingin meningkatkan parameter kebahagiaan dalam batin, maka kita harus tahu bersyukur, tahu berpuas hati, selalu memberkati diri sendiri dan tahu menciptakan keberkahan. Ketika ada materi berlebih, bantulah orang lain. Orang yang diberkahi akan “makan 80% kenyang” dan “sisa 20%” diperuntukkan untuk membantu orang, dengan begitu akan dapat membuat tiada terhingga banyaknya keluarga yang mendapatkan makanan. Jika dapat bersumbangsih sedikit cinta kasih, kita akan dapat membuat orang yang tiada terhingga jumlahnya melangkah menuju kehidupan yang lebih bahagia dan gembira.
Dikutip dari: Majalah Tzu Chi edisi 541
幸福是自己做出來的
真正的幸福,是心靈上的富足。宏觀天下,許多人在困頓環境中,日日為生存而掙扎,無福可享;卻也有人生活富足,但欲念高漲、比較心盛,有福可享卻不知福。
佛陀時代,僧團中有一位修行人,是佛陀的堂弟,也是王族之一。這位修行人出家後,天天高喊:「我好幸福,我好快樂!」僧團中有人認為,他雖然現出家相,心卻停滯在過去皇宮的享樂生活,因此報告佛陀。
佛陀召他來詢問:「出家後,是否還會想起過去生活的快樂?」
修行人回答:「我的心無貪戀、無罣礙,這種靜寂清澄、心靈遼闊的快樂,哪是過去皇宮生活可以相比……」
人心欲念如無底洞,點點滴滴會累積成心靈的災難,造成心靈海嘯。無形的心念,影響有形的乾坤,唯有降低欲念,才能造福人群、遠離災難。
幸福是自己做出來的。要提升心靈的幸福指數,要感恩、知足,自我祝福、懂得造福;富有餘,還可以助人。有福的人吃「八分飽」,省下「兩分」幫助別人,就能讓無數家庭可以溫飽;有心的人付出一點點愛,就能成就無數苦難眾生,走向快樂幸福的人生。
本文摘自:《慈濟月刊》541期〈無盡藏〉
Membuka pintu hati untuk mencintai sesama
Jika kita bersungguh hati dan tanpa memikirkan kepentingan pribadi
dalam membuka pintu hati untuk mencintai sesama,
dengan sendirinya orang lain juga akan mencintai dan menghormati diri kita.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
用心,沒有私心,
打開大愛的心去愛人,
別人也會敬愛我們。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
When we open our hearts to love others
and selflessly dedicate ourselves to bettering people’s life,
we will naturally receive others’ love and respect.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
dalam membuka pintu hati untuk mencintai sesama,
dengan sendirinya orang lain juga akan mencintai dan menghormati diri kita.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
用心,沒有私心,
打開大愛的心去愛人,
別人也會敬愛我們。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
When we open our hearts to love others
and selflessly dedicate ourselves to bettering people’s life,
we will naturally receive others’ love and respect.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
Sabtu, 25 Februari 2012
Cinta kasih membuat dunia menjadi lebih berbeda.
Dengan adanya cinta kasih,
kondisi dunia menjadi lebih berbeda.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
有愛就能讓世界更不同。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Transform the world with love.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
kondisi dunia menjadi lebih berbeda.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -
有愛就能讓世界更不同。
~摘錄自證嚴上人靜思語~
Transform the world with love.
- Jing-Si Aphorism by Master Cheng-Yen -
Sebuah keajaiban bernama “Tzu Chi”
Dosen pada Fakultas Bahasa Mandarin Departemen Budaya Humanis Universitas Tong Ji di Shanghai Tiongkok, Prof. Liu Qiang pernah datang bertemu dengan Master Cheng Yen, sekembalinya ke Shanghai bergabung sebagai relawan pada Asosiasi Guru Tzu Chi setempat. Dalam acara seminar ajaran Konghucu masa kini yang diadakan oleh Universitas Wuhan pada pertengahan Mei 2011, demi menyebarkan luaskan ajaran Master Cheng Yen, Prof. Liu mempresentasikan tulisannya yang berjudul “Pengetahuan dan tindakan adalah satu: Satu-satunya cara dalam perubahan ajaran Konghucu pada masa kini --- menggabungkan konsep pemikiran Master Cheng Yen dan Empat Misi Utama Tzu Chi”, selain itu dia juga menuliskan pengalamannya ketika berkunjung ke Tzu Chi di dalam blog miliknya.
Sebuah keajaiban bernama “Tzu Chi” oleh Lu Qiang
Sudah tiga bulan lebih sejak saya meninggalkan Taiwan, namun perhatian dan kesanku terhadap Taiwan belum juga lekang. Kehidupan di Taiwan selama dua setengah bulan telah memperbaharui pemikiranku sebelumnya terhadap Taiwan, sejak itu setiap kali mengungkit nama Taiwan, dalam hatiku akan muncul sebuah kehangatan. Hasil yang saya peroleh selama di Taiwan sungguh berlimpah, namun kalau dilihat sekarang, maka hasil terbesarnya adalah mengenal Tzu Chi dan mendekat ke Tzu Chi.
Jalinan jodoh berawal dari sebersit niat pikiran
Pada tanggal 28 Februari 2011, hari kedua saya berada di Hualien, Prof. Wu Guan-hong dari Universitas Dong Hwa Taiwan yang suka menerima tamu membawa saya jalan-jalan. Dalam masa satu hari, kami mengunjungi Li Yu Tan, Qing Xiu Yuan, Taman Cemara dan Chishingtan, pemandangan gunung dan laut yang indah membuat hati terasa lega dan semangat gembira, sampai tidak ingat pulang lagi. Ketika mengendarai mobil dari pinggiran kota menuju daerah kota Hualien dan melewati Jalan Zhong Yang, Guan-hong sambil menyetir mobil sambil menunjuk pada beberapa gedung bangunan di tepi jalan: “Ini adalah Universitas Tzu Chi, ini adalah Jing Si Tang, ini adalah RS Tzu Chi.” Selanjutnya Guan-hong menjelaskan secara singkat sejarah perkembangan Tzu Chi kepadaku, misalnya Tzu Chi didirikan pada tahun 1966 (bertepatan dengan pecahnya revolusi kebudayaan di Tiongkok), sampai sekarang Tzu Chi sudah pun berusia 45 tahun, kantor-kantornya telah tersebar pada 70 negara dan wilayah di dunia ini, umat dan relawannya ada sekitar 10 juta orang. Taiwan memiliki populasi sebanyak 2,3 juta jiwa, dari 4 sampai 5 orang penduduk Taiwan, salah seorangnya adalah relawan Tzu Chi, dan cerita seterusnya. Perasaanku setelah mendengar semua perkataannya adalah kalau semua kisah fantasi ini sudah ada di depan mataku. Terutama setelah saya tahu kalau sang pencipta keajaiban besar ini, Master Cheng Yen ternyata hanya seorang Bhiksuni yang lahir di Taiwan pada tahun 1937, saya hampir berteriak kagum. Melihat saya mendengar ceritanya dengan asyik, Guan-hong berkata: “Jika ada kesempatan, saya akan membawa anda melihat-lihat.”
Pembicara tidak memiliki niat, namun pendengar ternyata tertarik. Tzu Chi langsung menjadi salah satu tujuan utamaku dalam perjalanan kali ini.
Guan-hong juga mengatakan kepadaku bahwa ia memiliki jalinan jodoh sangat mendalam dengan Tzu Chi, ibunya yang bermarga Chen adalah salah seorang daripada 30 ibu rumah tangga yang menjadi murid pertama dari Master Cheng Yen dulu, Guan-hong sekarang berusia 46 tahun dan hampir seumur dengan Tzu Chi, dia tumbuh besar di bawah pandangan mata penuh kasih dari Master Cheng Yen. Ketika masih muda, pada setiap liburan musim panas, dia akan pergi ke tempat kelahiran Tzu Chi dan tinggal beberapa saat di Griya Perenungan. Berbicara sampai di sini, dia terlihat sangat bergairah dan dengan mata bersinar berkata padaku: “Pada foto pertama dalam sejarah Tzu Chi, anak lelaki berusia dua tiga tahunan yang terlihat sedang bermain-main di sudut kanan bawah depan gubuk kecil itu adalah diriku.”
Perkataannya ini membangkitkan keinginan lebih besar dalam hatiku. Sungguh sebuah kondisi yang menguntungkan, mungkin dengan rekomendasi Guan-hong, saya akan dapat bertemu dengan Master Cheng Yen. Namun saya tahu kalau ingin bertemu dengan tokoh dunia ternama dan pemimpin agama Buddha yang setiap hari menangani ribuan masalah ini, tentu bukanlah hal yang mudah. Sebersit niat ini terkilas dalam pikiran, namun seketika padam kembali.
Sebulan berlalu dengan cepat. Pada suatu hari di akhir Maret, ketika kami sedang makan dan berbincang-bincang dengan Prof. Ge Chuan-yu dari Universitas Yu Da Taiwan dalam sebuah restoran di Hualien, sekali lagi saya mendengar cerita tentang Tzu Chi dan Master Cheng Yen. Sosok tubuh Prof. Ge sangat tinggi besar, tinggi tubuhnya sekitar 190 cm, namun ketika dia bercerita tentang Master Cheng Yen yang pernah diwawancarainya, dalam matanya memancar rasa hormat dan kehangatan, itu membuat perasaanku bergetar. Dia mengatakan kesan pertama yang diberikan Master kepadanya adalah “karakter dharma penuh keanggunan”.
Sekembalinya ke asrama, saya mencoba mencari informasi tentang Tzu Chi di internet. Saya baru tahu kalau insan Tzu Chi yang menerapkan “ketulusan, kebenaran, keyakinan dan kejujuran” ke dalam diri sendiri dan mempraktekkan “empat sifat luhur” kepada orang lain, serta prinsip “satu hari tidak bekerja, satu hari tidak makan” di bawah bimbingan dan pimpinan Master Cheng Yen, ternyata bermula dari sebidang lahan sepi di bawah gunung Hualien, berawal dari “Masa celengan bambu” di mana setiap hari setiap orang menyisihkan 50 sen dan selama 45 tahun merintis kegiatan dalam kesulitan besar, terus giat berusaha membangun satu persatu dari Empat Misi Utama, mulai dari misi amal, misi pengobatan, misi budaya humanis dan misi pendidikan, kemudian dilanjutkan dengan misi bantuan internasional, misi relawan komunitas, misi pelestarian lingkungan dan misi donor tulang sumsum, semuanya merupakan misi-misi agung yang disebut dengan “Delapan Jejak Dharma”, serta mendirikan “Ajaran Jingsi dan Mazhab Tzu Chi” dalam dunia agama Buddha jaman sekarang. Selama 20 tahun ini, Tzu Chi memegang sebuah peran sangat utama dalam dunia amal dan bantuan internasional, kecepatannya dalam menanggapi kondisi bencana bahkan lebih cepat dari pemerintah sendiri, boleh dibilang di mana saja ada bencana, di sana akan terlihat bayangan insan Tzu Chi; di mana ada orang miskin dan menderita sakit, insan Tzu Chi akan membangun rumah sakit atau mengadakan bakti sosial kesehatan di sana; di mana ada rehabilitasi pasca bencana, insan Tzu Chi akan membangun sekolah di sana. Mereka berpegang pada pesan Master Yin Shun (1906 – 2005) sebagai pionir “Agama Buddha dalam kehidupan” agar “berbuat demi agama Buddha dan semua makhluk”. Master Cheng Yen bangun pagi-pagi sekali dan larut malam baru tidur, selalu memikirkan segala sesuatunya, Master dengan pikiran non duniawi mengerjakan masalah duniawi, membimbing dengan tata krama dan mendidik dengan cinta kasih, membangkitkan pengetahuan intuitif dan kemampuan intuitif dari jutaan umat dan muridnya, benar-benar mampu berbuat dengan “satu pasang mata melihat, ribuan pasang mata sekaligus melihat, satu pasang tangan berbuat, ribuan pasang tangan sekaligus berbuat”, tanpa membeda-bedakan batas negara, agama, ras, pandangan politik atau budaya, membantu mereka yang berada dalam bahaya atau kesulitan dan menyadarkan semua makhluk, sehingga berhasil mendapatkan rasa hormat dan cinta kasih dari para warga pada banyak negara di seluruh dunia, berhasil menciptakan sebuah keajaiban dunia penuh cinta kasih universal tanpa batas.
Pada hari itu saya menulis di blog: “Hari ini, saya sekali lagi mendengar cerita tentang Tzu Chi dan Master Cheng Yen dari mulut seorang teman ilmuwan, hatiku lama tidak bisa tenang. Sekembalinya ke asrama, saya mencari di Google dengan kata Tzu Chi, saya temukan kalau organisasi amal berlandaskan agama yang baru berusia 45 tahun ini, ternyata telah berhasil menebarkan benih cinta kasih ke 70 negara di dunia, menciptakan sebuah dunia cinta kasih yang begitu besar dan luas sampai tidak pernah terbayangkan. Berada di Taiwan yang luasnya tidak seberapa, pada sebuah kota kecil Hualien yang bersandar pada gunung dan menghadap ke laut, mengapa dapat menyimpan sebuah energi pencipta budaya yang sedemikian raksasa? Seorang wanita yang terlihat lemah lembut dan manis, kenapa mampu memikul tanggung jawab yang seberat gunung? Selain kekuatan kebajikan yang mampu menyebar ke mana-mana, mungkin hanya dapat dijelaskan sebagai keajaiban saja. Sekarang dikarenakan misi-misi luhur Tzu Chi telah terkenal di seluruh dunia, maka Hualien seakan telah berubah menjadi sebuah tempat suci dalam agama Buddha, setiap hari ada banyak sekali umat dan relawan datang dari segala penjuru bagai berziarah ke sini, sehingga pemerintah Taiwan harus mengadakan kereta api khusus dari Taipei ke Hualien. Mereka semua bukan umat biasa, melainkan relawan yang telah berikrar untuk menghantarkan perhatian dan cinta kasih ke setiap pelosok di mana saja ada orang yang sedang menderita. Ketika saya sudah mengerti akan garis besar sejarah Tzu Chi, tiba-tiba merasakan kalau Hualien yang indah, namun sering dilanda gempa dan topan, benar-benar seperti sebuah perahu welas asih yang menyeberangkan semua makhluk menderita ke alam kebahagiaan, perahu ini menimbulkan riak gelombang penuh kasih dan amal di atas Samudera Pasifik bagian Timur, satu demi satu gelombangnya akan menyebar ke seluruh dunia mengikuti aliran samudera. Teman di Taiwan mengatakan, dengan jasa pahala dari Master Cheng Yen, sudah sepantasnya beliau mendapatkan “Nobel Perdamaian”. Awalnya saya merasa ragu, namun setelah mendengarkan penjelasan mereka dan memahami jasa-jasa Tzu Chi yang sedemikian agung, sebaliknya saya sekarang menganggap kalau tiada penghargaan di dunia ini yang cukup sepadan untuk menghargai jasa-jasa wanita agung ini.”
Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan kesibukan, kadangkala saya ada melewati Jalan Zhong Yang di mana ada komplek Tzu Chi, namun hanya melihat dari jauh saja. Itu adalah sebuah medan maknit semangat yang sangat besar, saya yang tidak mendekat tentu saja tidak tahu.
Mendekat ke Griya Perenungan
Dengan semakin dekatnya waktu pulang, saya mulai merasa sedikit gelisah. Guan-hong setiap hari ada banyak hal hendak dikerjakan, juga harus selalu mengaturkan acara kegiatan untukku, jadi saya tidak ingin menambah beban pikirannya. Namun melihat ke sana ke mari, tiada seorang pun di dunia ini yang lebih cocok untuk memberikan rekomendasi. Hari itu, saya sambil lalu menyampaikan maksudku. Guan-hong menjawab kalau bukan saja saya yang ingin pergi, dia sendiri juga sudah lama tidak berkunjung ke Griya Perenungan, dia memang ingin pergi, namun tidak berani, ternyata sejak tamat S3 dari Universitas Taiwan dan kembali ke kampung halaman Hualien, Master Cheng Yen pernah memintanya untuk mengajar di Universitas Tzu Chi, namun kebetulan dia malah pergi mengajar ke Universitas Dong Hwa. Di bawah sadar, dia merasa malu dan takut bertemu dengan Master Cheng Yen. Untungnya salah seorang muridnya di kelas S3, Hong Su-zhen adalah Kepala Sekretariat pada Universitas Tzu Chi, juga pernah mengepalai tim editor “Buku kata perenungan Master Cheng Yen”, seseorang yang boleh senantiasa berada di samping Master dan mendengarkan ajarannya, jika meminta dirinya untuk meminta ijin pada Master, seharusnya ada hasil yang memuaskan.
Ternyata dalam waktu singkat telah mendapatkan kabar bahwa Master Cheng Yen akan menemui kami pada tanggal 29 April 2011 jam 2 sore.
Pada pagi hari itu, saya menyampaikan kuliah sesi terakhir di Universitas Dong Hwa “Melihat kembali sejarah dan masa depan ilmu kisah-kisah dunia”, Hong Su-zhen juga ikut duduk di kelas mendengarkan kuliahku. Sehabis jam kuliah, Hong Su-zhen menyampaikan salam dan lekas-lekas berlalu. Menurut Guang-hong, dia pulang untuk mengganti seragam (ini merupakan salah satu tata krama Tzu Chi), sehabis makan siang, kami akan bertemu muka di rumah kediaman Master Cheng Yen yaitu Griya Perenungan. Sehabis makan siang sederhana, sekitar jam 1 siang kami berangkat dengan mobil ke Kantor Pusat Yayasan Buddha Tzu Chi, Griya Perenungan. Mengenai Griya Perenungan tertulis di laman Baidu sebagai berikut:
“Yayasan Buddha Tzu Chi berdiri pada tahun 1966, awalnya menumpang pada Vihara Pu Ming, tahun 1968 membangun Griya Perenungan, saat itu ibu kandung dari Master Cheng Yen membelikan lahan tanah dengan dana sebanyak NTD 200 ribu, Master Cheng Yen membangun sendiri Griya Perenungan bersama-sama dengan para muridnya, bangunannya bergaya dinasti Tang, pada awalnya hanya ada aula utama dan tambahan bangunan di sampingnya sebagai ruang bertamu, di aula utama dipuja Sakyamuni Buddha, Avalokitesvara Bodhisattva dan Ksitigarbha Bodhisattva. Atapnya semula disusun dengan genteng hitam Jepang, namun disebabkan Hualien sering dilanda gempa dan topan, genteng semula sudah banyak rusak, sehingga pada tahun 1970, guru dari Master Cheng Yen, yaitu Master Yin Shun memberi bantuan NTD 100 ribu untuk mengganti genteng atap, Master Cheng Yen memutuskan untuk mempergunakan coran beton demi mencegah terjadinya kerusakan akibat bencana, beliau turun tangan sendiri bersama-sama dengan para pekerja bangunan untuk menyetel kemiringan bubungan rumah. Griya Perenungan terutama dipergunakan sebagai lahan pelatihan bagi para Bhiksuni dan umat wanita. Sejak tahun 1968 sampai sekarang 40 tahun kemudian, Griya Perenungan telah direnovasi sebanyak 11 kali disebabkan pertumbuhan jumlah umat dan pertambahan fungsi. Insan Tzu Chi menyebut Griya Perenungan sebagai ‘kampung halaman batin’.”
Dua puluh menit kemudian, kami tiba di luar dinding pagar Griya Perenungan yang dekat ke gunung dan menghadap ke laut. Karena waktu masih dini, Guan-hong membawa saya mengunjungi sebuah desa di mana sering menjadi tempat bermainnya di masa kecil dulu, yaitu desa Kang Le yang berada di kawasan pinggang gunung, serta sebuah SD yang sangat akrab dengan masa kecilnya, yaitu SD Jia Min. Ketika dua orang setengah baya seperti kami memasuki komplek SD, cukup terasa waktu berlalu dengan cepat dan mengalir terus tanpa kembali lagi. Cuaca hari itu sangat baik, bukit agak berkabut, awan tipis dan angin berhembus lembut, dinding bagunan berwarna abu-abu dan bubungan atap bentuk kumis dari kumpulan bangunan Griya Perenungan yang tersebar dengan rapi terlihat kontras dibandingkan dengan pemandangan gunung dan lahan terbuka di sekelilingnya, sepertinya sangat indah dan murni, tenang dan megah. Memandang “kampung halaman batin” insan Tzu Chi sedunia ini dari jauh, dalam hatiku timbul semacam perasaan hangat tak terkatakan, seketika berbagai perasaan mengisi kalbu dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Setelah memarkirkan mobil pada sebuah lahan parkir yang luas, kami menapaki sebuah jalan kecil berlantai semen berdinding pohon hijau di sampingnya, lalu berjalan dengan santai menuju Griya Perenungan. Guan-hong sambil berjalan bercerita padaku, ketika berusia muda dia sering mengisi liburan dengan menetap selama beberapa hari di Griya Perenungan, para Bkhiksuni di sini sangat sayang padanya, namun kadangkala ada umat wanita yang tidak dikenalnya berteriak ketika tiba-tiba ada seorang anak kecil masuk ke dalam, ketika mengenang kembali pemandangan saat itu sungguh membuat orang tidak dapat menahan gelak tawa.
Sesaat kemudian tibalah di gerbang Griya Perenungan. Hanya terlihat ada sebuah taman hijau berbentuk bulat berada di depan Griya Perenungan, logo Tzu Chi yang dirombak dari kayu poplar kuning bagaikan sepasang tangan hijau terbuka yang menopang sebuah hati cinta kasih, seakan memberikan kehidupan penuh energi pada semua orang. Bangunan utama Griya Perenungan yang paling awal adalah sebuah bangunan sederhana yang beratap genteng abu-abu dan dinding putih, empat tiang koridor berwarna putih bersih menopang bubungan rumah bentuk kumis dan koridor pintu, di bawah lambang swastika dari kanan ke kiri ada tulisan “Griya Perenungan”. Pada lahan rumput di kedua sisi berdiri empat batang pohon pinus yang bentuknya unik, dikombinasikan dengan koridor berliku-liku dan langkan Griya Perenungan yang terbuat dari kayu, ringkas dan halus, memiliki ciri khas bangunan ala Jepang. Maafkan kalau pengetahuanku dangkal dan sempit, saya tidak pernah melihat sebuah bangunan agama Buddha yang sedemikian sederhana dan bernada rendah, juga kena di hati. Dalam benakku terlintas satu demi satu aula menjulang dan atap melengkung ke atas daripada biara-biara kuno di gunung-gunung terkenal, juga kondisi ramai di mana umat lelaki dan wanita membakar dupa dan memohon keselamatan, serta menyembah-nyembah di bawah patung Buddha, jika dibandingkan dengan Griya Perenungan, terasa benar kalau semangat Tzu Chi berbeda dengan lainnya dan seakan berdiri sendiri.
Setelah sampai di lapangan kecil Griya Perenungan, terlihat di jejauhan ada tidak sedikit anak-anak sedang bermain-main di atas rumput, di sampingnya ada beberapa orang relawan yang berseragam Tzu Chi memanggul kamera dan mengambil gambar video, sesudah bertanya kami baru tahu kalau mereka itu adalah murid-murid SD Tzu Chi yang sedang melakukan perekaman acara televisi. Guan-hong memberitahukan kepadaku, pendidikan Tzu Chi memiliki jenjang yang lengkap, dari TK, SD, SMP, SMA sampai Universitas, juga sampai jenjang S2 dan S3, merupakan sebuah sistim pendidikan yang sangat lengkap. Sepengetahuanku, misi budaya humanis Tzu Chi juga memiliki media penyiaran sendiri, seperti Da Ai TV, penerbitan majalah, percetakan dan tim pemasaran, siaran Da Ai TV mencapai separuh wilayah dari bumi ini, ranking pemirsanya di Taiwan berada di peringkat atas. Pendidikan budaya humanis Tzu Chi yang berpusar pada “Kata Perenungan” boleh dikatakan merupakan semacam pendidikan hidup, pendidikan batin dan pendidikan pembentukan kepribadian yang memadukan pengetahuan dengan tindakan, ini yang disebut dengan “pendidikan holistik”. Sebetulnya pendidikan budaya humanis ini adalah satu aliran dengan pendidikan budi pekerti, membina diri dan mengurus rumah tangga dari ajaran Konghucu, seperti dua jalan berlainan untuk mencapai tujuan yang sama.
Pada saat ini, Hong Su-zhen sudah datang, dia sekarang mengenakan seragam Tzu Chi berupa cheongsam biru, dia dengan gembira memperkenalkan kepadaku: “Lihat! Anak-anak Tzu Chi itu betapa penurut dan tahu tata krama, bukankah berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya?” Mendengar perkataannya ini, saya baru memperhatikan kalau anak-anak usia 7-8 tahun ini, walau pun wajahnya masih bocah, namun gerak-gerik mereka berbudaya dan berbudi halus, di lapangan rumput itu tidak ada suara teriakan atau ribut berkejar-kejaran.
Setelah memotret beberapa lembar foto, waktunya pun telah tiba. Di bawah panduan Hong Su-zhen, kami masuk ke dalam Griya Perenungan melalui pintu samping. Ketika mengganti sepatu di depan pintu, Hong Su-zhen secara khusus memintaku agar membelakangi anak tangga dengan muka menghadap ke luar, katanya Master meminta insan Tzu Chi agar setiap saat dan di mana saja harus memperhatikan tata krama, di Tzu Chi disebut dengan “sikap yang bermartabat”. Contohnya ketika mengganti sepatu di anak tangga, punggung menghadap ke anak tangga dan muka menghadap ke luar, dengan demikian selain memperlihatkan citra anggun kepada orang, ketika ke luar nanti akan memudahkan untuk memakai sepatu kembali. Walau pun hanya berupa gerakan kecil, namun membuat orang merasakan keelokan dan kegelimangan budaya humanis Tzu Chi yang membasahi tanpa bersuara. Kami melewati sebuah koridor panjang beralas papan kayu yang bersih tanpa noda, semuanya terlihat sangat damai dan tenteram, bagaikan tiba di alam suci yang jauh dari duniawi, jantungku terus berdetak keras, seperti lupa diri berada di mana.
Pertama kali bertemu Master
Kami terus mengikuti Hong Su-zhen dan tidak tahu sudah berapa kelokan, juga tidak ingat melihat apa saja, diriku bagai orang bodoh saja. Kesan paling mendalam adalah orang di sini sungguh berbeda dengan orang di luar sana, setiap kali bersua dengan seorang Bhiksuni atau relawan berseragam Tzu Chi, saya melihat setiap lembar wajah penuh dengan suka cita, dilanjutkan dengan sebuah bungkukan badan, tangan beranjali dan ucapan “Gan En” (terima kasih). Saya menemukan bahwa bukan hanya Taiwan yang memiliki satu set kosa kata tersendiri, ternyata insan Tzu Chi juga memiliki kosa kata tersendiri, “Gan En” adalah salam yang senantiasa melekat pada bibir mereka.
Dengan cepat kami tiba di depan sebuah bangunan bentuk segi empat yang anggun dan tenang. Di depan pintu kembali kami berganti sandal dan masuk ke balai. Ini adalah tempat di mana Master Cheng Yen menerima kunjungan tamu dari segala pelosok dunia, balai terbagi atas bagian dalam dan bagian luar, ruang menerima tamu bagian luar ada seluas 200 meter persegi, dekorasinya sangat indah halus dan anggun, terlihat para Bhiksuni dan anggota Komite Tzu Chi lalu lalang di sana, kecuali saling mengucapkan salam, tiada lagi suara lain. Bhiksuni yang melayani kami mengatakan kalau Master sedang berada di dalam dan sebentar lagi akan ke luar menemui kami. Saya mengamati kondisi dalam balai, terasa bukan saja indah halus dan sederhana, juga moderen, semua perabot terbuat dari kayu, semuanya bebas dari debu, pada rak patung di tengah balai terdapat patung Avalokitesvara Bodhisattva berwarna putih, mengingatkan kami kalau tempat ini masih ada hubungan dengan agama Buddha, televisi LCD yang tergantung di atas ambang pintu menayangkan informasi terkini. Tradisional dan moderen, budaya humanis dan teknologi, agama dan duniawi, ternyata dapat menjadi kombinasi yang saling melengkapi di sini. Sinar mentari yang lembut masuk melalui jendela yang terang dan besar, tirai jendela hanya menutup semu, sehingga sinar mentari masuk dengan tepatnya, di atas bingkai jendela digantungkan papan yang berisi tulisan “Menciptakan keberkahan bagi khalayak ramai”, “Menyebarkan agama demi membalas budi negara”, “Giat berbuat demi kesejahteraan umum”, “Menciptakan keberkahan bagi kampung halaman”, semua papan ini dihadiahkan oleh aparat pemerintah. Setelah mendapatkan ijin, saya memotret papan-papan ini.
Pintu ruang dalam terbuka dan beberapa orang Bhiksuni berjubah abu masuk beriringan, di antara mereka ada anggota Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) yang berseragam biru muda, mereka terlihat memisah pada kedua sisi, seorang Tzu Ching dan seorang Bhiksuni meletakkan meja persegi di kedua samping dari posisi utama yang terbuat dari kayu cendana janggi, di atas masing-masing meja persegi diletakkan sebuah komputer jinjing yang sudah dihidupkan. Jelas sekali kalau mereka adalah sekretaris pencatat untuk pertemuan kali ini (belakangan saya baru tahu kalau setiap gerak dan ucapan Master setiap harinya ada orang khusus yang mencatat, di mana setiap triwulan akan diedit dan diterbitkan sebagai buku “Catatan harian Master Cheng Yen” yang tebal, buku ini diedarkan ke seluruh dunia). Dalam sekejap semuanya dituntaskan tanpa sedikit pun suara. Pada saat ini, Hong Su-zhen mengingatkan diriku kalau Master akan segera datang. Saya melihat pada wajahnya ada semacam mimik serius, khidmat dan hormat seperti sudah biasa, Guan-hong juga segera bangkit dari tempat duduk, ekspresi wajahnya penuh kerendahan hati namun gembira, perasaan ini segera menjalar kepada diriku. Hong Su-zhen berpaling padaku dan berkata dengan suara kecil: “Guru Liu, kita sebagai murid harus bernamaskara jika bertemu Master, kalau anda terserah saja.”
Namaskara? Seketika dalam otak besarku mencari arti katanya yang tepat, tanpa tertahankan perasaanku menjadi tegang.
Selanjutnya, saya melihat Master Cheng Yen yang berperawakan tidak tinggi dengan wajah penuh kewelas asihan pelan-pelan berjalan ke luar dan tiba di meja utama, wajahnya terus tersenyum, seperti menghadiri sebuah pertemuan keluarga biasa. Sulit untuk dipercayai kalau Master Cheng Yen yang tahun ini sudah berusia 74 tahun terlihat hanya sekitar 60 tahunan, kedua matanya bercahaya dan air muka berseri-seri; harus diketahui kalau Master hanya tidur empat jam sehari, jam 3 pagi sudah bangun untuk membaca Sutra, membaca dan melakukan kebaktian pagi, setelah berceramah, Master akan menangani masalah-masalah Tzu Chi dari seluruh dunia melalui teleconference, kemudian bertemu dengan tamu dari segala penjuru yang seperti saya ini. Biar urusan apa pun pasti dikerjakan Master sendiri, setiap hari menangani ribuan urusan, setiap hari sibuk sampai jam 11 malam baru beristirahat. Boleh dikata kesibukannya tidak kalah dari kepala negara mana pun di dunia ini. Biar pun demikian, Master tetap penuh energi dan memiliki kebijaksanaan luar biasa, setiap ucapan dan tindakannya membuat para murid mengingat betul-betul dan diterima sebagai pedoman yang harus diikuti. Insan Tzu Chi terdiri dari berbagai warna kulit, agama, warga negara, latar pendidikan dan profesi, boleh dibilang menyimpan segala macam bakat, penuh dengan orang-orang berpotensi, namun biar seberapa “senior”, “menonjol” atau “terus terang” seseorang itu, begitu membicarakan Master, tiada satu pun yang tidak menaruh hormat. Sebagai seorang yang selalu berhati-hati bahkan waspada terhadap “kultus individu”, saya dapat membedakan kalau penghormatan penuh ketulusan ini bukan berasal dari hasil “cuci otak”, melainkan timbul dari kepercayaan nan tulus terhadap moralitas, kebijaksanaan dan kewelas asihan Master. Hong Su-zhen yang membawa kami datang awalnya merupakan seorang dosen perguruan tinggi yang kenyang dengan buku-buku, dia sudah jatuh hati pada Master ketika baru datang ke Tzu Chi, seiring perjalanan waktu, dia kemudian menjadi urid Master yang paling setia. Ini adalah sebuah contoh baik dari “tetap hormat tak peduli seberapa lama pun”. Di dunia ada berapa orang yang mampu membuat orang “tetap hormat tak peduli seberapa lama pun”? Tidak banyak. Tidak berlebihan kalau dikatakan ketika saya bertemu dengan Master Cheng Yen, saya akhirnya paham sendiri akan sepatah kata yang sering terdengar, yaitu “menganggap seseorang sebagai dewa”. Saya terkejut senang menemukan kalau waktu seakan berjalan lambat pada tubuh Master Cheng Yen, seakan ingin murid Buddha yang agung dan maha welas asih ini agar dapat berbuat lebih banyak demi semua makhluk dan berbuat hal yang lebih besar lagi.
Pada saat ini, Hong Su-zhen telah berdiri dengan sikap penuh hormat di depanku, siap-siap untuk bernamaskara. Saya mendengar Master mengatakan: “Tidak perlu.” Sebelum perkataan Master habis, dua orang di depan sudah berlutut, beranjali, menundukkan tubuh dan bersujud. Sama sekali tidak tampak keraguan sedikit pun, saya bersama dua orang yang membawaku ke sini juga menirunya, dengan sungguh-sungguh bernamaskara dengan sikap paling khidmat. Seumur hidup saya sangat jarang berlutut, terlebih lagi tidak tahu apa itu “namaskara”, namun pada seketika itu, saya merasakan kepuasan dan kehangatan tiada terhingga. Sejujurnya, walau saya memiliki hati simpati dan hormat terhadap segala agama, namun dikarenakan “akar kebijaksanaan” tidak cukup atau terlalu berat kepala untuk disadarkan, maka sampai sekarang saya belum menjadi umat dari agama apa pun. Namun pada seketika itu, hatiku tenang karena merasa tidak bersalah. Saya bukan saja bernamaskara pada seorang Bhiksuni agung bermoral tinggi, seorang Bodhisattva dunia yang menolong orang-orang menderita, terlebih lagi adalah “orang paling cantik di seluruh Taiwan”, seorang ibunda maha mulia yang meratapi alam semesta dan menyesali nasib umat manusia, selalu mengkhawatirkan dunia dan segala isinya.
Selesai namaskara, kami duduk di posisi masing-masing. Guan-hong dan Hong Su-zhen memperkenalkan secara ringkas tujuan dan kondisi kunjunganku ke Taiwan. Master mendengarkannya dengan cermat, kedua orang sekretaris mengetik pada keyboard dengan sangat cepat, masih saja tiada suara lain. Master terlebih dahulu berbincang hal-hal biasa dengan Guan-hong, para Bkhisuni yang kenal padanya juga datang satu persatu menyampaikan salam. Guan-hong tumbuh besar di bawah pandangan Master, jika diurut tua mudanya dalam angkatan, dia harus memanggil Master sebagai “Shigong” (kakek guru). Sepatah kata Master “Guan-hong, sudah lama kamu tidak pulang ke sini” membuat orang merasa sangat akrab, namun sepertinya ada nada menyalahkan terkandung di dalamnya. Guan-hong segera melaporkan kondisinya selama beberapa tahun ini, secara khusus menjelaskan bahwa walau pun dirinya tidak berada di Universitas Tzu Chi, namun tetap merupakan anggota komite luar sekolah daripada Universitas Tzu Chi, dia ada berpartisipasi dalam berbagai kegiatan Tzu Chi. Kami sambil mendengar sambil tersenyum, suasananya sangat harmonis. Master setiap hari menemui sedemikian banyak orang, percakapan sedemikian akrab takutnya sangat jarang terjadi, bagaimana tidak membuat orang merasa hamonis dan bersuka cita?
Selanjutnya saya menyampaikan rasa hormat dan kagum dari hati sanubari terhadap Tzu Chi dan Master, serta mengatakan: “Dua huruf ‘Hua Lian” (Hualien), jika dibalik adalah ‘Lian Hua’ (bunga teratai), bunga teratai berhubungan erat dengan agama Buddha, Tzu Chi terlahir di Hualien benar-benar merupakan takdir. Tzu Chi dapat melangkah sampai seperti sekarang ini merupakan sebuah keajaiban besar.”
Mendengar itu Master memberikan tanggapan dan dengan tenang berkata: “Masalah Tzu Chi membutuhkan semua orang untuk sama-sama melakukannya.” Berucap sampai di sini, Master memandang padaku: “Setelah kamu kembali nanti, juga boleh mulai melakukannya.”
Kecepatan bicara Master sangatlah lambat, nada suaranya ramah, setiap patah kata sepertinya terlebih dahulu dipikirkan dengan sangat lama, namun juga sepertinya terlompat lidah. Menurut informasi, tiga jilid “Kata Perenungan” yang telah diterbitkan, awalnya merupakan “ucapan” Master seperti ini. Walau pun saya tidak tahu apa yang dapat saya lakukan nanti, tetapi terhadap harapan Master ini, saya tetap menganggukkan kepala dengan sungguh-sungguh. Walau saya tidak cekatan, namun hati “akan bertindak sesuai arahan” ini tetap saja ada.
Kami berbincang sampai masalah bantuan Tzu Chi bagi korban bencana banjir besar di Tiongkok Timur tahun 1991 dan gempa Wenzhuan 12 Mei 2008. Pada 20 tahun lalu, ketika Master memberi himbauan kepada insan Tzu Chi Taiwan untuk menolong korban bencana di Tiongkok, banyak sekali kritik yang diterimanya. Namun Master tetap bertahan, sebab dia yakin kalau Taiwan dan Tiongkok adalah satu keluarga dan memiliki sentimen nasional yang sangat dekat, juga Tzu Chi memiliki misi mencabut penderitaan tanpa membeda-bedakan, makanya Tzu Chi tidak membicarakan masalah politik, agama atau strata, hanya tahu ada penderitaan yang perlu ditolong. Oleh karenanya, semangat Tzu Chi mendapatkan sambutan hangat dari semua warga dari berbagai ras, agama, negara dan budaya.
Ketika membahas sampai kondisi perkembangan Tzu Chi di Tiongkok, para Komite di samping mengatakan bahwa setelah melakukan bantuan bencana selama 20 tahun pada 28 kota, propinsi dan wilayah otonomi di Tiongkok, perlahan-lahan sudah ada semakin banyak warga Tiongkok yang memahami akan semangat cinta kasih universal dan misi amal Tzu Chi, sekarang ini kantor pusat Tzu Chi di Tiongkok ada di Suzhou, pada banyak kota dan propinsi juga ada kantor cabang, Kantor Tzu Chi di Shanghai berada di sekitar Taman Changfeng pada daerah Putuo. Pada saat ini ada seorang pemuda berjas biru datang ke sampingku dan memberikan selembar kartu nama, ternyata dia adalah Wakil Kepala Departemen Kerohanian pada Pusat Badan Misi Tzu Chi, Wang Yun-jing, di atas kartu nama ada alamat Kantor Tzu Chi di Shanghai yang baru ditulis dengan ballpoint (Jalan Daduhe lorong 168 blok H nomor 22) dan nomor telpon genggam dari benih pertama Tzu Chi di Tiongkok, Qiu Yu-fen.
Melihat Master berbicara dengan hidup, saya tidak tertahankan untuk bertanya: "Apakah Master pernah berpikir untuk berkunjung ke Tiongkok?”
Melihat Master berbicara dengan hidup, saya tidak tertahankan untuk bertanya: "Apakah Master pernah berpikir untuk berkunjung ke Tiongkok?”
Pertanyaan ini sepertinya memang sangat dinantikan semua orang, sebab sepengetahuanku, walaupun hati cinta kasih Master Cheng Yen telah tersebar ke seluruh dunia, namun Master tidak pernah meninggalkan pulau Taiwan, Master hanya berpendidikan SMP, namun seumur hidup sangat giat belajar, bukan hanya rajin membaca buku ajaran Konghucu dan Sutra agama Buddha, juga dapat membedakan dengan bijak segalanya, Master tidak pernah ke luar negeri, namun tahu akan semua masalah di dunia. Demi menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, Master tenyata berhasil belajar menggunakan komputer pada usia 70 tahun. Di Griya Perenungan Hualien, Master setiap hari menerima laporan dari seluruh dunia melalui teleconference, memahami informasi dari setiap pelosok, terutama kondisi bencana di dunia, serta memberikan keputusan dengan cepat, secara efektif mengendalikan kegiatan bantuan bencana dan kegiatan amal di setiap tempat. Pada saat terjadi tsunami Asia Selatan tahun 2004, bantuan bencana yang datang pertama ke lokasi bencana ternyata bukan dari pemerintah setempat, melainkan relawan Tzu Chi yang sudah terlatih baik.
Alasanku menanyakan pertanyaan ini adalah karena saya mendengar kalau Master tidak pernah meninggalkan Taiwan disebabkan kondisi kesehatan tubuhnya tidak sesuai untuk menumpang pesawat terbang. Sedangkan Tiongkok hanya terpisah oleh sebuah selat dengan Taiwan dan dapat dicapai dengan kapal laut dengan perjalanan tidak jauh, tentu saja saya boleh berharap terhadap Master yang sangat mencintai budaya Tionghoa dan senantiasa menaruh perhatian pada Tiongkok ini.
Master tertawa ringan dan berkata: “Lihat saja jalinan jodoh nanti.” Setelah berhenti sejenak, Master melanjutkan: “Kalau saya mau ke luar negeri, saya harus pergi ke banyak tempat di seluruh dunia, jika saya pergi ke suatu tempat saja, tetapi tidak pergi ke tempat satunya lagi, tentu tidak baik.” Sepatah kata sederhana namun sebetulnya mengandung ketelitian dan kewelas asihan Master.
Master tertawa ringan dan berkata: “Lihat saja jalinan jodoh nanti.” Setelah berhenti sejenak, Master melanjutkan: “Kalau saya mau ke luar negeri, saya harus pergi ke banyak tempat di seluruh dunia, jika saya pergi ke suatu tempat saja, tetapi tidak pergi ke tempat satunya lagi, tentu tidak baik.” Sepatah kata sederhana namun sebetulnya mengandung ketelitian dan kewelas asihan Master.
Waktu setengah jam berlalu dengan cepat. Mengingat usia Master yang sudah lanjut dan tidak boleh terlalu lelah, maka saya tidak berani mengganggu terlalu lama dan minta diri. Sebelum pergi, Master bukan saja menghadiahkan padaku satu set buku terbitan Tzu Chi (termasuk satu jilid Kata Perenungan terbitan baru, Majalah Bulanan Tzu Chi edisi 532 dan 533, Majalah Rhythm edisi 153 dan 154, serta satu jilid buku Dunia Tzu Chi), juga menghadiahkan angpao Master dan satu koin kenangan 45 tahun Tzu Chi. Lebih membuat diriku teringat dengan rasa haru adalah Master secara langsung mengenakan gelang tasbih berwarna hijau muda ke tanganku, serta berfoto bersamaku sebagai kenang-kenangan. Ketika ke luar dari balai, Hong Su-zhen berkata: “Guru Liu, anda sungguh beruntung, Master menemui anda selama setengah jam lebih, ini adalah peristiwa sangat langka.” Saya seketika membungkukkan badan sesuai tata krama Tzu Chi, sambil beranjali mengucapkan “Gan En” (terima kasih). Sebetulnya dalam hatiku sangat jelas, jika tidak ada Guang-hong dan dirinya, bagaimana mungkin saya memiliki buah keberkahan ini?
Kemudian kami dengan ditemani Hong Su-zhen meninjau tempat-tempat lain di Griya Perenungan, paling berkesan bagiku adalah foto-foto berharga yang dipajangkan dalam tempat pameran sejarah Griya Perenungan, serta tulisan-tulisan “Sizhuan, ayo semangat”, “Thailand, ayo semangat” dan “Haiti, ayo semangat” pada celengan bambu yang diletakkan di muka pintu, “masa celengan bambu” yang penuh kesulitan adalah bukti terbaik daripada semangat cinta kasih universal Tzu Chi. Dalam Aula Perenungan (Jing Si Tang) yang menjulang dan megah, serta pemandangannya luar biasa, Hong Su-zhen memandu dan menjelaskan kepada kami selama dua jam, membuat mataku terbuka lebar. Sore hari itu merupakan sebuah pembaptisan batin yang “lebih jauh dan semakin jauh sampai tiada terhingga” dan telah terukir dalam kehidupanku yang awam.
Tiada bagian penutup
Panjang artikel ini sudah melewati perkiraan semula, seharusnya ada bagian penutupnya. Namun apa yang ingin saya katakan sebaliknya adalah “Tidak ada bagian penutup”.
Teringat pada saat baru tiba di Taiwan, saya selalu terharu oleh kondisi dan kebiasaan setempat, serta kebiasaan umum yang sederhana dan baik hati dari warga Taiwan. Bahkan saya ingin menulis sebuah artikel berjudul “Orang baik Taiwan”, sebagai ungkapan perasaan berterima kasih kepada saudara sebangsa di Taiwan. Mengapa sama-sama keturunan Han, sama-sama melewati masa penuh perubahan di abad 20, namun warga Taiwan berhasil memupuk semacam “kepribadian” yang berbeda dengan warga Tiongkok, sehingga kita dapat seketika membedakannya dari tutur kata dan gerak-gerik mereka? Saya pernah memikirkannya dan menganggap sudah mendapatkan jawabannya. Saya semula menyangka kalau ini ada kaitannya dengan tindakan (mantan presiden Taiwan) Jiang Jing-guo yang menghapus “masa darurat” dan mengembalikan pemerintahan demokratis, memberi kebebasan pada pembentukan partai, pemberitaan surat kabar dan batasan lainnya, sehingga selama hampir 20 tahun sistim pemerintahan demokratis telah berhasil merubah “orang Taiwan” yang pernah dikritik hebat oleh Bai Yang dan Long Ying-tai, membuat Taiwan benar-benar melangkah di jalan masyarakat sipil.
Akan tetapi, setelah berhubungan dengan Tzu Chi, saya terpaksa harus mengoreksi bayangan awal itu. Menurutku, warga Taiwan bisa demikian adalah terkait dengan aktifnya lembaga swadaya masyarakat, terutama kebebasan beragama dalam masyarakat Taiwan. Hidup sebagai manusia, adalah alamiah untuk memiliki cita-cita dan hak dalam mencari keyakinan dan sandaran batin, keyakinan yang sesungguhnya akan membuat seseorang mampu secara optimal mengembangkan sifat manusiawi dan mengekang sifat hewaniah, serta mendekat ke sifat dewa, sehingga dapat membangkitkan pengetahuan intuitif dan kemampuan intuitif yang semula terpendam dalam lubuk hati. Sedangkan kita yang dalam jangka waktu panjang menerima pendidikan atheis atau pendidikan materialisme, akhirnya ternyata tidak berhasil memperbaiki kondisi batin, menyehatkan kepribadian atau memperkuat rasionalisme kita, sebaliknya membentuk pola pikir “manusia bisa mengalahkan Tuhan” dan “apa pun tidak dipercaya”, membuat tidak ada lagi rasa takut terhadap alam. Semua yang diajarkan oleh orang bijak jaman dulu “tiga kaki di atas kepala ada Tuhan”, “orang berbuat, Tuhan melihat” telah pun dilupakan. Tidak tahu apakah itu merupakan keberuntungan atau tidak?
Dalam hal Tzu Chi, hal yang paling menggerakkan hatiku bukanlah penyebaran agama Buddhanya, melainkan insan Tzu Chi memperlakukan kegiatan amal sebagai kegiatan sehari-hari dan semangat cinta kasih universalnya yang diterapkan dalam tindakan nyata. Semua ini berkaitan dengan kewelas asihan dan keuletan, serta kebijaksanaan Master yang unggul. Perasaan sehabis membaca “Kata Perenungan” senantiasa membuatku teringat pada “kumpulan sastra Konghucu”, itu benar-benar merupakan “kata-kata Dharma” yang bijak dan membuat orang mendapatkan pencerahan. Master Cheng Yen mengatakan: “Kebahagiaan seseorang bukan karena seberapa banyak yang dimilikinya, melainkan seberapa sedikit yang dikeluhkannya.” “Beramal sesungguhnya selain bebas dari nafsu keinginan dan pamrih, juga harus disertai dengan perasaan bersyukur. Beramal adalah tidak mengharapkan ucapan terima kasih dari penerima, sebaliknya malah harus dengan perasaan bersyukur berterima kasih kepada penerima karena telah memberikan kesempatan untuk bersumbangsih.” “Hal yang benar. Lakukan saja.” Semua kata-kata sederhana tanpa berbunga-bunga, namun dipenuhi kebijaksanaan ini bagaikan aliran jernih yang dapat membersihkan noda batin dan mensucikan lahan batin manusia.
Lebih mengharukan lagi adalah Master Cheng Yen yang tidak pernah mau menerima persembahan dari umat dan menerapkan prinsip “satu hari tidak bekerja, satu hari tidak usah makan” dalam memimpin insan Tzu Chi berbuat amal, hal yang sama sekali berbeda dengan sebagian organisasi amal yang selalu mengambil sebagian dari dana amal untuk dijadikan sebagai “dana operasional”, sumber nafkah Master dan para muridnya adalah hasil jerih payah mereka sendiri. Ketika relawan Tzu Chi berkegiatan amal, biaya transportasi dan penginapan harus ditanggung sendiri, tidak boleh mempergunakan satu sen pun dana amal. Setiap sumbangan yang diterima Tzu Chi, akan dijelaskan penggunaannya secara rinci kepada donatur, itulah sebabnya Tzu Chi sangat dipercaya oleh masyarakat. Sepulangnya ke Shanghai, saya berkenalan dengan Qiu Yu-fen, dia semula adalah seorang pengusaha asal Taiwan yang kaya, namun sekarang hampir seluruh tenaganya dicurahkan ke dalam misi amal Tzu Chi, dia yang telah berusia 60 tahun lebih telah pun menjalani hampir seluruh wilayah miskin di Tiongkok, membantu banyak sekolah dan ratusan anak-anak, semua biaya operasional yang dikeluarkan berasal dari kantongnya sendiri. Itulah sebabnya kemampuan menggalang dana Tzu Chi adalah nomor satu di Taiwan, jumlah relawan Tzu Chi adalah nomor satu di dunia, keberhasilan misi amal dan standar manajemennya telah berhasil menarik perhatian dunia.
Jalinan jodoh ini sungguh sulit diungkapkan. Jika dalam perjalanan ke Taiwan kali ini bukan ke Hualien, apa yang akan terjadi? Jika ketika saya berada di Universitas Dong Hwa, bukan Prof. Wu Guan-hong yang melayaniku, apa yang akan terjadi? Jika saya adalah seorang “berpandangan kolot”, “berhenti berkembang” dan “apa pun tidak dipercaya”, apa pula yang akan terjadi? Saya tidak tahu apa yang akan terjadi.
Namun dapat dibayangkan kalau dirku pasti tidak seperti hari ini dan saat ini. Saya hanya tahu kalau mulai sekarang dalam kehidupanklu yang biasa-biasa saja ini, ada sesuatu yang baru sedang tumbuh berkembang. Tanah dan kandungan air bagi organisma baru ini diberikan oleh Taiwan, diberikan oleh Hualien, diberikan oleh Tzu Chi. Jalinan jodoh ini bagaikan sebuah lagu tanpa akhir, mengalun merdu dan nyaman didengar.....
Artikel mulai ditulis tanggal 3 September dan selesai tanggal 8 September 2011
一個叫“慈濟"的奇跡
大陸上海同濟大學文學院中文系的劉強教授進見上人,他回上海後已加入當地的教聯會並擔任志工,去年5月中旬在武漢大學舉行的現代儒學研討會,更想將上人的思想法脈梳理弘揚之,擬撰寫《知行合一:現代儒學轉換的必由之路――兼及證嚴法師思想的佛互滲與慈濟四大志業》之論文發表,另外他在部落格上也寫了當參訪慈濟的見聞與震撼,謹寄給師兄姐們參考。
一個叫“慈濟"的奇跡 劉強——《臺灣鱗爪》之二十三
一個叫“慈濟"的奇跡 劉強——《臺灣鱗爪》之二十三
離開臺灣倏忽已三月有余,對臺灣的感知和懷想卻依然在繼續。兩個半月的臺灣生活,刷新了我的臺灣記憶,從此,提起臺灣這兩個字,心中便會升起一股溫馨的暖意。在臺灣的收獲實在很多,而現在看來,最大的收獲,莫過於認識慈濟並走近慈濟。
緣起一念間
2月28日, 我到花蓮的第二天,好客的臺灣東華大學吳冠宏教 授帶初來乍到的我出去遊玩,一天時間,我們先後遊覽了鯉魚潭、慶修院、松園別館、七星潭等四個景點,山海美景讓我心曠神怡,流連忘返。在從郊區趕往花蓮市 區經過中央路的時候,冠宏兄一邊開車,一邊指著馬路左邊的幾幢建築對我說:“這是慈濟大學,……這是靜思堂,……這是慈濟醫院。”接下來,冠宏兄向我簡單介紹了慈濟的發展史,諸如創辦於1966年(那正是大陸爆發“文革”之時),至今已經45年歷史,分支機構遍布全球近70個國家和地區,會眾和志工多達近1000萬,臺灣共有2300萬人口,大約每四、五個人里頭就有一個慈濟的志工……等等。一番話給我的感覺是:天方夜譚就在眼前。特別是,當我知道這一大奇跡的創造者證嚴法師,竟然是一位1937年出生於臺灣的比丘尼時,差不多要驚訝地叫出聲來。見我聽得津津有味,冠宏兄說:“有機會我帶你來看看。”
說者無意,聽者有心。慈濟就此成了我臺灣之行心向往之的重要一站。
緣起一念間
2月28日, 我到花蓮的第二天,好客的臺灣東華大學吳冠宏教 授帶初來乍到的我出去遊玩,一天時間,我們先後遊覽了鯉魚潭、慶修院、松園別館、七星潭等四個景點,山海美景讓我心曠神怡,流連忘返。在從郊區趕往花蓮市 區經過中央路的時候,冠宏兄一邊開車,一邊指著馬路左邊的幾幢建築對我說:“這是慈濟大學,……這是靜思堂,……這是慈濟醫院。”接下來,冠宏兄向我簡單介紹了慈濟的發展史,諸如創辦於1966年(那正是大陸爆發“文革”之時),至今已經45年歷史,分支機構遍布全球近70個國家和地區,會眾和志工多達近1000萬,臺灣共有2300萬人口,大約每四、五個人里頭就有一個慈濟的志工……等等。一番話給我的感覺是:天方夜譚就在眼前。特別是,當我知道這一大奇跡的創造者證嚴法師,竟然是一位1937年出生於臺灣的比丘尼時,差不多要驚訝地叫出聲來。見我聽得津津有味,冠宏兄說:“有機會我帶你來看看。”
說者無意,聽者有心。慈濟就此成了我臺灣之行心向往之的重要一站。
冠宏兄還告訴我,他和慈濟還有著極深的淵源,她的母親陳女士就是證嚴上人最早的三十位俗家弟子之一,而今年46歲的他又幾乎與慈濟同齡,他是在證嚴上人慈愛的目光註視下長大的。每到暑假,少年的他都會到慈濟的發祥地——靜思精舍去住一段。說到這裡,他興奮起來,眼睛放光地告訴我:“慈濟歷史上的第一張照片,右下角那個在小木屋前的草地上玩耍的兩三歲兒童,就是我!”
此言一出,勾起了我更大的野心——近水樓臺先得月,也許可以在冠宏兄的引薦下,拜見一下證嚴上人?但我知道,要見這樣一位享譽世界、日理萬機的佛教領袖,談何容易!這個念頭也就是一閃,便瞬間熄滅。
很快就過了一月。三月下旬的一天,我們和臺灣育達商業技術學院的葛傳宇博士在花蓮一家茶樓用餐,閑聊時,再次聽到慈濟和證嚴上人的故事。葛博士長得人高馬 大,身高差不多一米九,但說起他曾經采訪過的證嚴法師,眼神中流露出來的那種敬仰和溫暖,讓我深受震撼。他說上人給他的第一印象就四個字:“法相莊嚴。”
回到宿舍,我進一步通過網絡了解慈濟。這才知道,在證嚴上人的感召和引領下,奉行內修“誠正信實”、外行“慈悲喜舍”、“一日不做,一日不食”的慈濟人,從花蓮山腳下的那片荒涼的土地開始,從每天積攢五毛錢的“竹筒歲月”開始,45年來篳路藍縷,不斷精進,先後創建了諸如慈善、醫療、人文、教育四大志業以及國際賑災、社區志工、環保、骨髓捐贈等共“八大法印”的宏偉志業,開辟了當代佛教的“靜思法脈,慈濟宗門”。近二十年來,慈濟在慈善和國際賑災上扮演了非常重要的角色,對災難應對的反應速度甚至比政府還要快,幾乎哪裡有災難,哪裡就有慈濟人的身影;哪裡有貧病,哪裡就有慈濟人捐建的醫院或體檢中心;哪裡正在災後重建,哪裡就有慈濟人蓋起的希望學校。秉承“人間佛教”的創始人印順法師(1906-2005)“為佛教,為眾生”的囑托,證嚴上人夙興夜寐,殫精竭慮,以出世之心做入世之事,導之以禮,教之以愛,激發起萬千弟子會眾的良知良能,真正做到了“一眼觀時千眼觀,一手動時千手動”,不以國家、宗教、種族、政治、文化為界限,扶危濟困,普度眾生,贏得了世界各國人民的敬重和愛戴,締造了一個大愛無邊的人間奇跡。
我在那天的博客上寫道:「今天,再次從臺灣的學者朋友們口中聽到慈濟和證嚴法師的故事,心中久久不能平靜。回來在google上搜索‘慈濟’二字,發現這個至今不過45年歷史的宗教慈善機構,已經把慈善的種子撒遍了近70個 國家,建立了一個博大恢宏到不可思議的愛心世界。面積不大的寶島臺灣,靠山面海的小小花蓮,何以蘊含著如此巨大的文化創造能量?一位看上去柔弱清秀的女 性,何以竟能挑起那樣一副如山如海的重擔?除了善的力量無遠弗屆外,恐怕只能用奇跡去解釋了。如今,因為慈濟的偉大志業享譽世界,花蓮差不多已成了一個佛 教勝地,每天都有大量的會員和志工從四面八方朝聖般地湧向這裡,以至於臺灣政府不得不開通一班從臺北直達花蓮的‘專列’。 那不是通常意義上的善男信女,而是立志要把關愛和體恤送到每一個苦難之地的志願者。當我了解了慈濟的大致歷史後,突然覺得,美麗而又地震、颱風頻發的花 蓮,真像是一艘慈航普渡的方舟,它在東太平洋上激起的仁愛慈善的浪花,一定會隨著洋流的湧動,一波一波地傳遍全世界。臺灣的朋友們說,以證嚴法師的功德, 完全應該獲得‘諾貝爾和平獎’。起初我深表懷疑,但聽了他們的介紹,了解了慈濟的豐功偉業後,我轉而認為,什麽世俗的榮譽和褒獎都不足以表彰這位偉大女性的功績。」
很快就過了一月。三月下旬的一天,我們和臺灣育達商業技術學院的葛傳宇博士在花蓮一家茶樓用餐,閑聊時,再次聽到慈濟和證嚴上人的故事。葛博士長得人高馬 大,身高差不多一米九,但說起他曾經采訪過的證嚴法師,眼神中流露出來的那種敬仰和溫暖,讓我深受震撼。他說上人給他的第一印象就四個字:“法相莊嚴。”
回到宿舍,我進一步通過網絡了解慈濟。這才知道,在證嚴上人的感召和引領下,奉行內修“誠正信實”、外行“慈悲喜舍”、“一日不做,一日不食”的慈濟人,從花蓮山腳下的那片荒涼的土地開始,從每天積攢五毛錢的“竹筒歲月”開始,45年來篳路藍縷,不斷精進,先後創建了諸如慈善、醫療、人文、教育四大志業以及國際賑災、社區志工、環保、骨髓捐贈等共“八大法印”的宏偉志業,開辟了當代佛教的“靜思法脈,慈濟宗門”。近二十年來,慈濟在慈善和國際賑災上扮演了非常重要的角色,對災難應對的反應速度甚至比政府還要快,幾乎哪裡有災難,哪裡就有慈濟人的身影;哪裡有貧病,哪裡就有慈濟人捐建的醫院或體檢中心;哪裡正在災後重建,哪裡就有慈濟人蓋起的希望學校。秉承“人間佛教”的創始人印順法師(1906-2005)“為佛教,為眾生”的囑托,證嚴上人夙興夜寐,殫精竭慮,以出世之心做入世之事,導之以禮,教之以愛,激發起萬千弟子會眾的良知良能,真正做到了“一眼觀時千眼觀,一手動時千手動”,不以國家、宗教、種族、政治、文化為界限,扶危濟困,普度眾生,贏得了世界各國人民的敬重和愛戴,締造了一個大愛無邊的人間奇跡。
我在那天的博客上寫道:「今天,再次從臺灣的學者朋友們口中聽到慈濟和證嚴法師的故事,心中久久不能平靜。回來在google上搜索‘慈濟’二字,發現這個至今不過45年歷史的宗教慈善機構,已經把慈善的種子撒遍了近70個 國家,建立了一個博大恢宏到不可思議的愛心世界。面積不大的寶島臺灣,靠山面海的小小花蓮,何以蘊含著如此巨大的文化創造能量?一位看上去柔弱清秀的女 性,何以竟能挑起那樣一副如山如海的重擔?除了善的力量無遠弗屆外,恐怕只能用奇跡去解釋了。如今,因為慈濟的偉大志業享譽世界,花蓮差不多已成了一個佛 教勝地,每天都有大量的會員和志工從四面八方朝聖般地湧向這裡,以至於臺灣政府不得不開通一班從臺北直達花蓮的‘專列’。 那不是通常意義上的善男信女,而是立志要把關愛和體恤送到每一個苦難之地的志願者。當我了解了慈濟的大致歷史後,突然覺得,美麗而又地震、颱風頻發的花 蓮,真像是一艘慈航普渡的方舟,它在東太平洋上激起的仁愛慈善的浪花,一定會隨著洋流的湧動,一波一波地傳遍全世界。臺灣的朋友們說,以證嚴法師的功德, 完全應該獲得‘諾貝爾和平獎’。起初我深表懷疑,但聽了他們的介紹,了解了慈濟的豐功偉業後,我轉而認為,什麽世俗的榮譽和褒獎都不足以表彰這位偉大女性的功績。」
隨後的日子忙忙碌碌,有時還會經過中央路的慈濟文化園區,但也是遙遙一望。那是個多大的精神磁場,沒有走近的我並不知道。
走近精舍
隨著歸期臨近,我開始變得有些焦慮。冠宏兄每天都有文山會海要處理應對,還要不時抽暇為我安排節目,我不想再給他添亂。但是,環顧周遭,世上怕再無這麽合適 的引薦者了。那天,我又順口一提。冠宏兄說,別說你想去,我也好久沒去精舍了,想去,卻又不敢去。原來冠宏兄從臺灣大學博士畢業後,立志回到家鄉花蓮,證 嚴上人曾表達過請他到慈濟大學任教的期望,後來他卻陰差陽錯去了東華。潛意識里,他有點慚愧有點怕。好在,現在他的博士班就讀的洪素貞老師,是慈濟大學的 主秘,曾主持編輯證嚴上人的《靜思語》,是可以侍坐上人、得聆親炙的弟子,請她向上人請示,應該可以有個滿意的結果吧?
走近精舍
隨著歸期臨近,我開始變得有些焦慮。冠宏兄每天都有文山會海要處理應對,還要不時抽暇為我安排節目,我不想再給他添亂。但是,環顧周遭,世上怕再無這麽合適 的引薦者了。那天,我又順口一提。冠宏兄說,別說你想去,我也好久沒去精舍了,想去,卻又不敢去。原來冠宏兄從臺灣大學博士畢業後,立志回到家鄉花蓮,證 嚴上人曾表達過請他到慈濟大學任教的期望,後來他卻陰差陽錯去了東華。潛意識里,他有點慚愧有點怕。好在,現在他的博士班就讀的洪素貞老師,是慈濟大學的 主秘,曾主持編輯證嚴上人的《靜思語》,是可以侍坐上人、得聆親炙的弟子,請她向上人請示,應該可以有個滿意的結果吧?
果然,很快就得到消息:證嚴上人將於4月29日 下午2時接見我們。
那天上午,我在東華大學美侖校區做完此行最後一場講座——《世 說學的回顧與展 望》,洪素貞女士就坐在下面聽講。課後洪女士和我打了個招呼便匆匆離去。聽冠宏兄說,她要回去換制服(這是慈濟的禮儀之一部分),飯後,我們將在證嚴上人 居住修行的靜思精舍會合。用過簡餐後,大概一點一刻,我們便驅車趕往佛教慈濟功德會所在地,位於臺灣花蓮縣新城鄉康樂村的靜思精舍。關於靜思精舍,百度百 科的資料顯示:「佛教慈濟功德會於1966年成立,初期借用普明寺為會所,1968年建造靜思精舍,當時由證嚴法師的母親買了土地並出資20萬元,證嚴法師協同弟子共同建造而成,采唐式建築風格,最早只有大殿及旁邊加蓋的知客室,大殿內供奉本師釋迦牟尼佛、觀世音菩薩、地藏王菩薩。靜思精舍屋頂本為日本黑瓦所鋪,因花蓮多颱風、地震,早先的屋瓦多已破損,1970年證嚴法師的師父——印順導師出資10萬元做補屋瓦使用,證嚴法師決定用水泥砌,以防止天災帶來的損害,並親自與工人一同施工、調整屋脊的斜度。靜思精舍主要是作為女眾或常住眾修行之所,從1968年年至今四十年間,因人數及功能的增加前前後後共增建了十一期的工程。慈濟之會眾稱靜思精舍為‘心靈故鄉’。」
二十多分鐘後,我們便來到依山面海、綠樹成蔭的精舍圍墻外,因為時間還早,冠宏兄帶我走訪了山腰上他幼時經常玩耍的康樂村,還有他小時候非常熟悉的一所小學——佳民國小。兩個中年男子走進小學校園時,頗有時光荏苒,逝者如斯之感。那天天氣正好,山色空蒙,雲淡風輕,灰色墻體、人字屋脊、錯落有致的精舍建築群在山光田野的印襯下,顯得格外雅潔秀美,靜穆端莊。遙望這全球慈濟人的“心靈原鄉”,我的心裡湧起一種莫名的暖意,一時百端交集,無法言表。
那天上午,我在東華大學美侖校區做完此行最後一場講座——《世 說學的回顧與展 望》,洪素貞女士就坐在下面聽講。課後洪女士和我打了個招呼便匆匆離去。聽冠宏兄說,她要回去換制服(這是慈濟的禮儀之一部分),飯後,我們將在證嚴上人 居住修行的靜思精舍會合。用過簡餐後,大概一點一刻,我們便驅車趕往佛教慈濟功德會所在地,位於臺灣花蓮縣新城鄉康樂村的靜思精舍。關於靜思精舍,百度百 科的資料顯示:「佛教慈濟功德會於1966年成立,初期借用普明寺為會所,1968年建造靜思精舍,當時由證嚴法師的母親買了土地並出資20萬元,證嚴法師協同弟子共同建造而成,采唐式建築風格,最早只有大殿及旁邊加蓋的知客室,大殿內供奉本師釋迦牟尼佛、觀世音菩薩、地藏王菩薩。靜思精舍屋頂本為日本黑瓦所鋪,因花蓮多颱風、地震,早先的屋瓦多已破損,1970年證嚴法師的師父——印順導師出資10萬元做補屋瓦使用,證嚴法師決定用水泥砌,以防止天災帶來的損害,並親自與工人一同施工、調整屋脊的斜度。靜思精舍主要是作為女眾或常住眾修行之所,從1968年年至今四十年間,因人數及功能的增加前前後後共增建了十一期的工程。慈濟之會眾稱靜思精舍為‘心靈故鄉’。」
二十多分鐘後,我們便來到依山面海、綠樹成蔭的精舍圍墻外,因為時間還早,冠宏兄帶我走訪了山腰上他幼時經常玩耍的康樂村,還有他小時候非常熟悉的一所小學——佳民國小。兩個中年男子走進小學校園時,頗有時光荏苒,逝者如斯之感。那天天氣正好,山色空蒙,雲淡風輕,灰色墻體、人字屋脊、錯落有致的精舍建築群在山光田野的印襯下,顯得格外雅潔秀美,靜穆端莊。遙望這全球慈濟人的“心靈原鄉”,我的心裡湧起一種莫名的暖意,一時百端交集,無法言表。
在一個很大的停車場泊好車,我們沿著一堵綠色樹墻邊的水泥小路,信步向精舍走去。冠宏兄一邊走,一邊說,少年時他經常來精舍度假小住,這裡的常住師父對他非常疼愛,但是偶爾也會有不認識的女眾,為這突然闖入的小男人失聲驚呼。想象當時那樣的場面,讓人忍唆不禁。
不一會兒,就來到精舍的門前。只見一座圓形的綠色園藝花壇正對著精舍,小黃楊木修葺的慈濟LOGO猶如一雙攤開的綠手托起一顆愛心,給人以蓬勃葳蕤的生機和朝氣。精舍最早的主體建築,就是一座精美小巧、灰瓦白墻的素雅建築,四根潔白的廊柱撐起一座“人”字型的屋脊和門廊,“卍”型標記下,自右向左是“靜思精舍”四 個大字。兩邊的草地上立著四株造型別致的松樹,配合著精舍木造結構的回廊與欄杆,簡潔精美,頗有日式建築的特色。恕我孤陋寡聞,我從來沒有見過一座佛教的 建築是如此樸素低調而又直指人心。我的腦海里閃現出一座座名山古剎的巍峨大殿,飛檐鬥拱,還有那佛龕佛像之下,善男信女燒香許願,磕頭如儀的熱鬧場面,相 較之下,更覺慈濟精神的與眾不同,卓然獨立。
走到靜思精舍的小廣場,看到不少小朋友在遠處的草坪上活動,旁邊還有一些穿著慈濟服裝的志工扛著攝像機在拍攝,一問才知,那是慈濟小學的孩子在錄制電視節 目。冠宏兄告訴我,慈濟的教育是全方位的,從幼稚園、小學,一直到中學、大學,大學裡還有碩士 班和 博士班,是一個非常完整的教育系統。而據我所知,慈濟的人文也有著精良專業的傳播平臺,慈濟有自己的大愛電視臺、雜誌社、出版機構和宣傳團隊,慈濟電視臺 的信號覆蓋大半個地球,在臺灣的收視率名列前茅。以《靜思語》為中心的慈濟人文教育可說是一種知行合一的生命教育、心靈教育、人格養成教育,所謂“全人教育”。而這種人文教育,事實上與儒家文化中的道德教育和修身齊家思想一脈相承,殊途同歸。
這時, 洪素貞 老師來了,她換了一身藍色的旗袍式的慈濟制服,興奮地向我介紹說:你看,那些慈濟的小孩子,多麽乖巧有禮,是不是和一般的小孩子不一樣?經她這麽一說,我 也發現,那些七八歲的小朋友,雖然一臉稚氣,但舉手投足,卻有一種說不出來的嫻靜儀態,偌大的草坪,沒有一個大聲喧嘩或追逐打鬧的。
拍了幾張照片,時間就到了。在 洪 老師的引領下,我們通過側門進入精舍。在門口換鞋時, 洪 老師特意叮囑我要背對臺階,面向戶外:上人要求慈濟人時時處處都要註意禮儀舉止,這在慈濟叫做“威儀”。 比如在臺階上換鞋,背向臺階,面朝門外,這樣既給人優雅的形象,出來穿鞋時也更加方便。雖是一個小小的細節,卻足以讓人領略慈濟人文的細膩豐贍,潤物無 聲。穿過一塵不染的鋪著木地板的精舍長廊,一切都那麽寧靜祥和,仿佛來到遠離塵囂的世外凈土,我的心怦怦跳著,一時不知身在何處。
初見上人
跟著洪老師往前走,不知拐了幾個彎,也記不得都看見了什麽,整個人好像癡了一般。最深的印象是這裡的人與外面不同,每見到一個剃髮的女尼或穿著慈濟服裝的志工, 都會看到一張充滿喜樂的臉,接到一份鞠躬、合十、感恩的問候和祝福。我發現,不僅臺灣人有一套自己的語彙,就連慈濟人也有自己的語彙,「感恩」二字就是他 們常掛在嘴邊的問候語。
很快我們就來到一座方正雅靜的建築前。在門口,我們又換了拖鞋,走進大廳。這裡是證嚴上人接見世界各地來賓的地方,有內外兩部分,外面的會客廳大概有二百平米的空間,裝修布置得雅致而又不失莊嚴,穿僧袍的常住師 父, 和著藍色禮服的慈濟委員們來往穿梭,除了互道祝福,沒有多餘的聲音。負責接待的師父們說,上人正在裡間,稍候即出來接見。我打量了一下大廳的環境,感覺既 典雅樸素,又精美現代,一律的木制家具,一律的一塵不染,正中的佛龕上供奉著觀世音菩薩的白玉塑像,提醒著這裡與佛教的關係,而安裝在門楣之上的超薄 液晶電視屏幕,則又提示著與時俱進的消息。傳統與現代,人文與科技,宗教與世俗,在這裡竟然有一個相輔相成、相得益彰的交集。柔和的陽光從敞亮的軒窗照進 來,窗簾虛掩,光線恰到好處,窗框之上,高懸著由各級政府贈送的“造福人群”、“宣教報國”、“熱心公益”、“造福桑梓”的牌匾,徵得同意後,我把這些牌匾拍了下來。
裡間的門打開了,幾個身著灰色僧袍的常住師父魚貫而出,其間還有身穿藍色制服的“慈青”(慈濟青年志工),只見他們分列兩旁,一位“慈青”和 一位師父在紅木的主位旁邊擺了方桌,方桌上各 有一臺已經打開的筆記本電腦。顯然,他們是這次會談的秘書(後來我才知道,上人每天的言行都會有專門人員記錄,每隔一個季度會編成一部厚厚的《證嚴上人衲 履足跡》出版,全球公開發行)。這一切在瞬間完成,還是沒有多餘的聲音。這時, 洪老師提醒我:上人來了。我在她臉上看到了一種習以為常的肅穆和恭敬,冠宏兄也連忙從椅子上站起來,神色謙卑而又興奮,這種情緒很快便傳達給了我。 洪老師回頭跟我小聲說:“ 劉老師,我們弟子見上人是要頂禮的,您可隨意。”
頂禮?那一刻,我的大腦搜索著這個詞的確切含義,不由得緊張起來。
不一會兒,就來到精舍的門前。只見一座圓形的綠色園藝花壇正對著精舍,小黃楊木修葺的慈濟LOGO猶如一雙攤開的綠手托起一顆愛心,給人以蓬勃葳蕤的生機和朝氣。精舍最早的主體建築,就是一座精美小巧、灰瓦白墻的素雅建築,四根潔白的廊柱撐起一座“人”字型的屋脊和門廊,“卍”型標記下,自右向左是“靜思精舍”四 個大字。兩邊的草地上立著四株造型別致的松樹,配合著精舍木造結構的回廊與欄杆,簡潔精美,頗有日式建築的特色。恕我孤陋寡聞,我從來沒有見過一座佛教的 建築是如此樸素低調而又直指人心。我的腦海里閃現出一座座名山古剎的巍峨大殿,飛檐鬥拱,還有那佛龕佛像之下,善男信女燒香許願,磕頭如儀的熱鬧場面,相 較之下,更覺慈濟精神的與眾不同,卓然獨立。
走到靜思精舍的小廣場,看到不少小朋友在遠處的草坪上活動,旁邊還有一些穿著慈濟服裝的志工扛著攝像機在拍攝,一問才知,那是慈濟小學的孩子在錄制電視節 目。冠宏兄告訴我,慈濟的教育是全方位的,從幼稚園、小學,一直到中學、大學,大學裡還有碩士 班和 博士班,是一個非常完整的教育系統。而據我所知,慈濟的人文也有著精良專業的傳播平臺,慈濟有自己的大愛電視臺、雜誌社、出版機構和宣傳團隊,慈濟電視臺 的信號覆蓋大半個地球,在臺灣的收視率名列前茅。以《靜思語》為中心的慈濟人文教育可說是一種知行合一的生命教育、心靈教育、人格養成教育,所謂“全人教育”。而這種人文教育,事實上與儒家文化中的道德教育和修身齊家思想一脈相承,殊途同歸。
這時, 洪素貞 老師來了,她換了一身藍色的旗袍式的慈濟制服,興奮地向我介紹說:你看,那些慈濟的小孩子,多麽乖巧有禮,是不是和一般的小孩子不一樣?經她這麽一說,我 也發現,那些七八歲的小朋友,雖然一臉稚氣,但舉手投足,卻有一種說不出來的嫻靜儀態,偌大的草坪,沒有一個大聲喧嘩或追逐打鬧的。
拍了幾張照片,時間就到了。在 洪 老師的引領下,我們通過側門進入精舍。在門口換鞋時, 洪 老師特意叮囑我要背對臺階,面向戶外:上人要求慈濟人時時處處都要註意禮儀舉止,這在慈濟叫做“威儀”。 比如在臺階上換鞋,背向臺階,面朝門外,這樣既給人優雅的形象,出來穿鞋時也更加方便。雖是一個小小的細節,卻足以讓人領略慈濟人文的細膩豐贍,潤物無 聲。穿過一塵不染的鋪著木地板的精舍長廊,一切都那麽寧靜祥和,仿佛來到遠離塵囂的世外凈土,我的心怦怦跳著,一時不知身在何處。
初見上人
跟著洪老師往前走,不知拐了幾個彎,也記不得都看見了什麽,整個人好像癡了一般。最深的印象是這裡的人與外面不同,每見到一個剃髮的女尼或穿著慈濟服裝的志工, 都會看到一張充滿喜樂的臉,接到一份鞠躬、合十、感恩的問候和祝福。我發現,不僅臺灣人有一套自己的語彙,就連慈濟人也有自己的語彙,「感恩」二字就是他 們常掛在嘴邊的問候語。
很快我們就來到一座方正雅靜的建築前。在門口,我們又換了拖鞋,走進大廳。這裡是證嚴上人接見世界各地來賓的地方,有內外兩部分,外面的會客廳大概有二百平米的空間,裝修布置得雅致而又不失莊嚴,穿僧袍的常住師 父, 和著藍色禮服的慈濟委員們來往穿梭,除了互道祝福,沒有多餘的聲音。負責接待的師父們說,上人正在裡間,稍候即出來接見。我打量了一下大廳的環境,感覺既 典雅樸素,又精美現代,一律的木制家具,一律的一塵不染,正中的佛龕上供奉著觀世音菩薩的白玉塑像,提醒著這裡與佛教的關係,而安裝在門楣之上的超薄 液晶電視屏幕,則又提示著與時俱進的消息。傳統與現代,人文與科技,宗教與世俗,在這裡竟然有一個相輔相成、相得益彰的交集。柔和的陽光從敞亮的軒窗照進 來,窗簾虛掩,光線恰到好處,窗框之上,高懸著由各級政府贈送的“造福人群”、“宣教報國”、“熱心公益”、“造福桑梓”的牌匾,徵得同意後,我把這些牌匾拍了下來。
裡間的門打開了,幾個身著灰色僧袍的常住師父魚貫而出,其間還有身穿藍色制服的“慈青”(慈濟青年志工),只見他們分列兩旁,一位“慈青”和 一位師父在紅木的主位旁邊擺了方桌,方桌上各 有一臺已經打開的筆記本電腦。顯然,他們是這次會談的秘書(後來我才知道,上人每天的言行都會有專門人員記錄,每隔一個季度會編成一部厚厚的《證嚴上人衲 履足跡》出版,全球公開發行)。這一切在瞬間完成,還是沒有多餘的聲音。這時, 洪老師提醒我:上人來了。我在她臉上看到了一種習以為常的肅穆和恭敬,冠宏兄也連忙從椅子上站起來,神色謙卑而又興奮,這種情緒很快便傳達給了我。 洪老師回頭跟我小聲說:“ 劉老師,我們弟子見上人是要頂禮的,您可隨意。”
頂禮?那一刻,我的大腦搜索著這個詞的確切含義,不由得緊張起來。
緊接著,我看到身材不高、法相慈悲的證嚴上人徐徐走出,來到主位的桌前,她臉上帶著一絲笑意,似乎是出席一場特別家常的聚會。說來令人難以置信,今年已經74歲高齡的證嚴上人看上去不過六十左右,雙目炯炯,神采奕奕;要知道,她每天只有四個小時的睡眠時間,淩晨3時即起:誦經,閱讀,早課,開示之後,便是通過先進的視訊系統處理全球各地的慈濟事務,接見如我這樣來自四面八方的來訪者……那真是事必躬親,日理萬機,每天都要忙到深夜11時才休息。可以說,她的忙碌程度絕不亞於任何一位國家領導人!盡管如此,她依然精力充沛,智慧超群,一言一行,都讓弟子真心服膺,奉為圭臬。慈濟會員中有各種膚色、信仰、國籍、學歷、職業的人,可謂藏龍臥虎,人才濟濟,但不管多麽“資深”、“傑出”、“率性”的人,提到上人無不肅然起敬。作為一個對“個人崇拜”保持審慎甚至警惕的人,我能分辨出那樣的虔敬不是來自“洗腦”,而是來自對德行、智慧和慈悲的真誠信靠。引薦我的 洪素貞 老師本就是飽讀詩書的大學教師,剛到慈濟時對證嚴上人即相當傾心,隨著時間推移,更成為上人最忠實的弟子。這可說是“久而敬之”的一個好例。能夠讓人“久而敬之”的人,環顧宇內,真是多乎哉?不多也。可以毫不誇張地說,在見到證嚴上人的那一刻,我終於對一個耳熟能詳的詞有了切身的體會,那就是——“驚為天人”!我驚喜地發現,時間,在證嚴上人身上似乎走得特別慢,以便讓這位大慈大悲的佛陀傑出弟子為天下眾生做更多、更大的事情。
這時, 洪 老師和冠宏兄早已在我前面肅立,做好了頂禮的準備。我聽到上人說:“不必了。”話音未落,前面的兩位已經跪下,合十,俯身,頂禮。幾乎沒有片刻猶豫,我跟著兩位引薦人,亦步亦趨,一絲不茍地向上人行了最莊嚴的“頂禮”。平生絕少下跪,更不知“頂禮”為何物,但那一刻,我覺得無限充實而溫暖。老實說,我雖對各種宗教皆懷同情敬重之心,但由於“慧根”不夠或者冥頑不化的緣故,至今仍非任何一種宗教的信徒。但那一刻,我卻覺得心安理得。我頂禮的不僅是一位有道的大德高僧,救苦救難的人間菩薩,更是“全臺灣最美麗的人”,一位悲天憫人、心懷天下的偉大母親!
這時, 洪 老師和冠宏兄早已在我前面肅立,做好了頂禮的準備。我聽到上人說:“不必了。”話音未落,前面的兩位已經跪下,合十,俯身,頂禮。幾乎沒有片刻猶豫,我跟著兩位引薦人,亦步亦趨,一絲不茍地向上人行了最莊嚴的“頂禮”。平生絕少下跪,更不知“頂禮”為何物,但那一刻,我覺得無限充實而溫暖。老實說,我雖對各種宗教皆懷同情敬重之心,但由於“慧根”不夠或者冥頑不化的緣故,至今仍非任何一種宗教的信徒。但那一刻,我卻覺得心安理得。我頂禮的不僅是一位有道的大德高僧,救苦救難的人間菩薩,更是“全臺灣最美麗的人”,一位悲天憫人、心懷天下的偉大母親!
禮畢,我們分賓主落座。冠宏兄 和洪 老師向上人簡單介紹了我來臺的因緣和情況。上人仔細地聽,兩位秘書飛速地敲擊鍵盤,還是沒有多餘的聲音。上人先和冠宏兄聊了幾句家常,旁邊的常住師父們有熟悉他的也紛紛過來打招呼。冠宏兄是上人看著長大的,論起輩份,他要管上人叫“師公”。上人一句“冠宏啊,你好久沒有回來了”,讓人倍感親切,又似乎微有責備之意。冠宏兄連忙匯報這些年的情況,特意交代自己雖不在慈濟大學,但仍是慈大的校外委員,慈濟的很多事情都是參與的。我們一邊聽,一邊笑,氣氛非常融洽。上人每天接見那麽多人,這樣體己的談話恐怕少之又少,怎不讓人其樂融融?
接下來我表達了對慈濟和上人的由衷敬仰,並說:「‘花蓮’二字,倒過來就是‘蓮花’,而蓮花又與佛教有關,慈濟誕生在花蓮,真是冥冥之中註定的因緣。慈濟走到今天,更是一個莫大的奇跡。」
上人聽了不置可否,只是悠然地說:“慈濟的事,需要大家一起來做。”說到這裡,上人注視著我:“你回去以後,也可以做起來啊?”
上人說話語速很慢,語聲溫和,每一字都似乎是考慮了好久,又似乎是脫口而出。據說,已經出版過的三大部《靜思語》就是上人這樣“說”出來的。盡管我對到底該做什麽、怎麽做尚不甚了了,但面對上人的期許,還是認真地點了點頭。我雖不敏,“請事斯語矣”的心還是有的。
我們又聊到關於慈濟自1991年華東水災直到5·12汶 川地震以來對大陸災區的救助情況。二十年前,當上人號召臺灣慈濟人救助大陸災區時,曾受到不少人的非議。但上人頂住了壓力,因為她篤信兩岸一家、血濃於水 的民族情感,並奉行無分別心地拔苦救難,所以慈濟不談政治,不談宗教,不談階層,只問苦難。惟其如此,慈濟的精神才能得到不同種族、宗教、國家和文化的普 通民眾的歡迎。
當說到慈濟在大陸的發展情況時,旁邊的慈濟委員們說,經過20年在大陸28個 省市自治區的賑災救助之後,越來越多的大陸人逐漸了解了慈濟的大愛精神和慈善志業,目前慈濟在大陸的總部設在蘇州,而在不少省市也都設有分會,上海慈濟長 風會所就坐落在普陀區長風公園附近。這時,一位身著藍色慈濟西裝的年輕男士走到我身邊,交給我一張名片,原來他是慈濟總志業中心宗教處的副主 任王運敬 先生,名片上還有圓珠筆剛剛寫好的上海會所地址(大渡河路168弄22號H棟)以及慈濟在大陸“第一顆種子”邱玉芬師姐的手機號。
我看上人談興正濃,忍不住問:“不知上人有無去大陸的計畫?”
接下來我表達了對慈濟和上人的由衷敬仰,並說:「‘花蓮’二字,倒過來就是‘蓮花’,而蓮花又與佛教有關,慈濟誕生在花蓮,真是冥冥之中註定的因緣。慈濟走到今天,更是一個莫大的奇跡。」
上人聽了不置可否,只是悠然地說:“慈濟的事,需要大家一起來做。”說到這裡,上人注視著我:“你回去以後,也可以做起來啊?”
上人說話語速很慢,語聲溫和,每一字都似乎是考慮了好久,又似乎是脫口而出。據說,已經出版過的三大部《靜思語》就是上人這樣“說”出來的。盡管我對到底該做什麽、怎麽做尚不甚了了,但面對上人的期許,還是認真地點了點頭。我雖不敏,“請事斯語矣”的心還是有的。
我們又聊到關於慈濟自1991年華東水災直到5·12汶 川地震以來對大陸災區的救助情況。二十年前,當上人號召臺灣慈濟人救助大陸災區時,曾受到不少人的非議。但上人頂住了壓力,因為她篤信兩岸一家、血濃於水 的民族情感,並奉行無分別心地拔苦救難,所以慈濟不談政治,不談宗教,不談階層,只問苦難。惟其如此,慈濟的精神才能得到不同種族、宗教、國家和文化的普 通民眾的歡迎。
當說到慈濟在大陸的發展情況時,旁邊的慈濟委員們說,經過20年在大陸28個 省市自治區的賑災救助之後,越來越多的大陸人逐漸了解了慈濟的大愛精神和慈善志業,目前慈濟在大陸的總部設在蘇州,而在不少省市也都設有分會,上海慈濟長 風會所就坐落在普陀區長風公園附近。這時,一位身著藍色慈濟西裝的年輕男士走到我身邊,交給我一張名片,原來他是慈濟總志業中心宗教處的副主 任王運敬 先生,名片上還有圓珠筆剛剛寫好的上海會所地址(大渡河路168弄22號H棟)以及慈濟在大陸“第一顆種子”邱玉芬師姐的手機號。
我看上人談興正濃,忍不住問:“不知上人有無去大陸的計畫?”
這個問題似乎是大家都很期待的,因為據我所知,證嚴上人雖然將愛心傳遍世界,但從來沒有離開過臺灣,只有初中文化程度的她一生不斷精進,不僅飽讀儒家和佛教經典,而且慎思明辨,不出戶而知天下,為了適應時代的發展,70歲時上人竟然學會了使用電腦!就在花蓮的靜思精舍,上人每天都要接受來自世界各地會眾的視頻匯報,了解各地資訊特別是各種自然災害的發生情況,並迅速做出判斷,高效指揮著各地志工的賑災和慈善活動。2004年東南亞海嘯爆發時,第一個趕到現場進行專業性極高的災難救助的竟然不是當地政府,而是訓練有素的慈濟志工!
我之所以問這個問題,是因為我聽說,上人之所以沒有離開過臺灣,是由於身體原因不適合乘坐飛機。而大陸和臺灣只隔著一條海峽,坐船也不是長途,這對於深愛中華文化和時刻關心大陸的上人來說,總是可以期待的吧?
上人微微一笑,說:“看緣分吧。”頓了一下又說,“要是出去的話,全球許多地方都要去,去這裡,不去那里,反倒不好了。”平平淡淡的一席話,其實也飽含著上人的細心與慈悲。
半個小時很快就過去了。想到上人年邁操勞,不敢多擾,遂起身告辭。臨行前,上人不僅送給我一套慈濟基金會的出版物(包括全新精裝的《靜思語》一冊、《慈濟月刊》第532、533期,《經典雜誌》第153、154期,以及《大愛灑人間:證嚴法師的慈濟世界》一冊),還惠賜慈濟“福慧紅包”及慈濟45周年紀年幣各一枚,更讓我感念的是,上人還親手給我戴上一串淺綠色夜光佛珠,並與我們合影留念。走出大廳的時候, 洪素貞 老師說:“ 劉老師你好福報,上人接見了你半個多小時,真是很難得!”我當即以慈濟禮節,向她合十鞠躬道“感恩”。其實,我心裡明白,如果沒有冠宏兄和她,我哪裡會有這樣的福報呢?
後來,我們又在 洪 老師的帶領下參觀了精舍的其它地方,給我印象最深的是精舍歷史陳列館里那些珍貴的照片,以及門口的那些寫著“四川加油”、“泰國加油”、“海地加油”字樣的愛心竹筒,篳路藍縷的“竹筒歲月”是慈濟大愛精神的最佳見證。在巍峨壯觀、氣象不凡的靜思堂, 洪 老師給我們做了兩個多小時的導遊和講解,讓我大開眼界,那個下午,成了“漸行漸遠漸無窮”的一次精神洗禮,已經刻進了我平凡生命的年輪。
沒有尾聲
這篇文章的篇幅已經超出了當初的預計。照例應該有個“尾聲”。但我最想說的卻是這麽四個字——“沒有尾聲”。
記得剛來臺灣時,我每每感動於臺灣的風土人情和醇厚民風。我甚至很想寫一篇“臺灣好人”,以感謝那些隨處可見的臺灣同胞。為什麽同是炎黃子孫,同樣經歷過二十世紀以來的風雲變幻,臺灣人卻養成了一種和大陸人不同的“氣質”,讓你能從言談舉止中一下子辨認出來?我曾經思考過,並自以為找到了答案。我以為,也許與 蔣經國 先生晚年的還政於民,開放黨禁報禁的“解嚴”舉措有關,是近二十年的民主制度的實驗改變了柏楊和龍應臺都曾激烈批判的“臺灣人”,使臺灣真正走在了去往公民社會的大道上。
但是,接觸到許多慈濟人之後,我不得不校正這最初的想象。我以為,臺灣人之所以如此,還與臺灣民間組織的活躍特別是宗教信仰的自由有關。人生而為人,天生就 有追求精神信靠和靈魂皈依的願望和權利,真正的信仰會讓一個人充分發揮人性、克制動物性、接近神性,從而激發潛藏在心底的良知良能。而我們長期所受的無神 論教育或者說唯物主義教育,最終並沒有改善我們的心靈,健全我們的人格,強大我們的理性,反而形成了一種“人定勝天”、“啥都不信”的思維方式,變得對自然、對天地毫無敬畏之心。傳統信仰中的“頭上三尺有神明”、“人在做,天在看”,都被置諸腦後。真不知這是幸,還是不幸?
就慈濟而言,最為打動我的還不是對佛教的弘揚,而是慈濟人把慈善當作倫常日用並身體力行的大愛精神。這一切都與證嚴上人的慈悲、堅韌以及她的卓越智慧在在攸關。閱讀《靜思語》的感受,經常讓我想起《論語》,那是真正有智慧的心靈流淌出來的“法語之言”,讓人醍醐灌頂。證嚴上人說:“一個人的快樂,不是因為他擁有的多,而是因為他計較得少。”“真正的布施,除了無欲無求外,還要有一分感恩心。布施,並不是要求得到對方的感謝,而是要以感恩心感謝對方讓我們有付出的機會。”“對的事,做就對了。”這些樸實無華而又充滿智慧的語言猶如一股清泉,真能起到洗滌塵垢、凈化心田的作用。
更讓人感動的是,證嚴法師絕不接受“供養”,奉行“一日不做,一日不食”,她帶領慈濟人做慈善,絕不像某些慈善機構一樣從捐款中拿“管理費”, 上人和弟子的生活來源都來自身體力行的勞動。而慈濟志工做慈善,交通食宿費必須自理,不能花一分捐款。慈濟對每筆捐款的去向,都詳細告知捐款者,建立了良好的社會公信力。我回到上海結識的 邱玉芬 女士,本是資產雄厚的臺商,但她幾乎把全部精力都投入到慈濟的慈善事業上,已經六十多歲的她近二十年來幾乎走遍了大陸的所有貧困地區,資助了許多學校和數 百位孩子,所用的費用都來自自己的腰包。正因如此,慈濟基金會的募款能力全臺第一,志工人數全球第一,其慈善成就和管理水準均令世界矚目。
緣這個東西,真的說不清。如果我的臺灣之行,不是去花蓮,會怎樣?如果我到東華大學,接待我的不是同好而又同道的吳冠宏教授,會怎樣?如果我是一個抱殘守缺、“停止成長”、“啥都不信”的人,又會怎樣? 我不知道會怎樣。
但可想而知,絕不會像今天這樣,如此刻這樣。我只知道,今後,在我平凡的生命中,應該又有新的東西在生長。而這份新生物的土壤和水分,是臺灣給我的,是花蓮給我的,是慈濟給我的,這緣分,就猶如一首沒有尾聲的樂曲,婉轉悠揚……
2011年9月3起草,9月8日 完稿於有竹居
我之所以問這個問題,是因為我聽說,上人之所以沒有離開過臺灣,是由於身體原因不適合乘坐飛機。而大陸和臺灣只隔著一條海峽,坐船也不是長途,這對於深愛中華文化和時刻關心大陸的上人來說,總是可以期待的吧?
上人微微一笑,說:“看緣分吧。”頓了一下又說,“要是出去的話,全球許多地方都要去,去這裡,不去那里,反倒不好了。”平平淡淡的一席話,其實也飽含著上人的細心與慈悲。
半個小時很快就過去了。想到上人年邁操勞,不敢多擾,遂起身告辭。臨行前,上人不僅送給我一套慈濟基金會的出版物(包括全新精裝的《靜思語》一冊、《慈濟月刊》第532、533期,《經典雜誌》第153、154期,以及《大愛灑人間:證嚴法師的慈濟世界》一冊),還惠賜慈濟“福慧紅包”及慈濟45周年紀年幣各一枚,更讓我感念的是,上人還親手給我戴上一串淺綠色夜光佛珠,並與我們合影留念。走出大廳的時候, 洪素貞 老師說:“ 劉老師你好福報,上人接見了你半個多小時,真是很難得!”我當即以慈濟禮節,向她合十鞠躬道“感恩”。其實,我心裡明白,如果沒有冠宏兄和她,我哪裡會有這樣的福報呢?
後來,我們又在 洪 老師的帶領下參觀了精舍的其它地方,給我印象最深的是精舍歷史陳列館里那些珍貴的照片,以及門口的那些寫著“四川加油”、“泰國加油”、“海地加油”字樣的愛心竹筒,篳路藍縷的“竹筒歲月”是慈濟大愛精神的最佳見證。在巍峨壯觀、氣象不凡的靜思堂, 洪 老師給我們做了兩個多小時的導遊和講解,讓我大開眼界,那個下午,成了“漸行漸遠漸無窮”的一次精神洗禮,已經刻進了我平凡生命的年輪。
沒有尾聲
這篇文章的篇幅已經超出了當初的預計。照例應該有個“尾聲”。但我最想說的卻是這麽四個字——“沒有尾聲”。
記得剛來臺灣時,我每每感動於臺灣的風土人情和醇厚民風。我甚至很想寫一篇“臺灣好人”,以感謝那些隨處可見的臺灣同胞。為什麽同是炎黃子孫,同樣經歷過二十世紀以來的風雲變幻,臺灣人卻養成了一種和大陸人不同的“氣質”,讓你能從言談舉止中一下子辨認出來?我曾經思考過,並自以為找到了答案。我以為,也許與 蔣經國 先生晚年的還政於民,開放黨禁報禁的“解嚴”舉措有關,是近二十年的民主制度的實驗改變了柏楊和龍應臺都曾激烈批判的“臺灣人”,使臺灣真正走在了去往公民社會的大道上。
但是,接觸到許多慈濟人之後,我不得不校正這最初的想象。我以為,臺灣人之所以如此,還與臺灣民間組織的活躍特別是宗教信仰的自由有關。人生而為人,天生就 有追求精神信靠和靈魂皈依的願望和權利,真正的信仰會讓一個人充分發揮人性、克制動物性、接近神性,從而激發潛藏在心底的良知良能。而我們長期所受的無神 論教育或者說唯物主義教育,最終並沒有改善我們的心靈,健全我們的人格,強大我們的理性,反而形成了一種“人定勝天”、“啥都不信”的思維方式,變得對自然、對天地毫無敬畏之心。傳統信仰中的“頭上三尺有神明”、“人在做,天在看”,都被置諸腦後。真不知這是幸,還是不幸?
就慈濟而言,最為打動我的還不是對佛教的弘揚,而是慈濟人把慈善當作倫常日用並身體力行的大愛精神。這一切都與證嚴上人的慈悲、堅韌以及她的卓越智慧在在攸關。閱讀《靜思語》的感受,經常讓我想起《論語》,那是真正有智慧的心靈流淌出來的“法語之言”,讓人醍醐灌頂。證嚴上人說:“一個人的快樂,不是因為他擁有的多,而是因為他計較得少。”“真正的布施,除了無欲無求外,還要有一分感恩心。布施,並不是要求得到對方的感謝,而是要以感恩心感謝對方讓我們有付出的機會。”“對的事,做就對了。”這些樸實無華而又充滿智慧的語言猶如一股清泉,真能起到洗滌塵垢、凈化心田的作用。
更讓人感動的是,證嚴法師絕不接受“供養”,奉行“一日不做,一日不食”,她帶領慈濟人做慈善,絕不像某些慈善機構一樣從捐款中拿“管理費”, 上人和弟子的生活來源都來自身體力行的勞動。而慈濟志工做慈善,交通食宿費必須自理,不能花一分捐款。慈濟對每筆捐款的去向,都詳細告知捐款者,建立了良好的社會公信力。我回到上海結識的 邱玉芬 女士,本是資產雄厚的臺商,但她幾乎把全部精力都投入到慈濟的慈善事業上,已經六十多歲的她近二十年來幾乎走遍了大陸的所有貧困地區,資助了許多學校和數 百位孩子,所用的費用都來自自己的腰包。正因如此,慈濟基金會的募款能力全臺第一,志工人數全球第一,其慈善成就和管理水準均令世界矚目。
緣這個東西,真的說不清。如果我的臺灣之行,不是去花蓮,會怎樣?如果我到東華大學,接待我的不是同好而又同道的吳冠宏教授,會怎樣?如果我是一個抱殘守缺、“停止成長”、“啥都不信”的人,又會怎樣? 我不知道會怎樣。
但可想而知,絕不會像今天這樣,如此刻這樣。我只知道,今後,在我平凡的生命中,應該又有新的東西在生長。而這份新生物的土壤和水分,是臺灣給我的,是花蓮給我的,是慈濟給我的,這緣分,就猶如一首沒有尾聲的樂曲,婉轉悠揚……
2011年9月3起草,9月8日 完稿於有竹居
Langganan:
Postingan (Atom)