Sabtu, 05 Januari 2013

Tata kelola finansial: Mengikhlaskan kekayaan duniawi dan memupuk kekayaan Dharma

“Seorang mulia memperoleh kekayaan dengan cara yang benar”, terlebih lagi harus “mempergunakannya dengan cara yang tetap”. Harta kekayaan merupakan harta duniawi dan dimiliki secara bersama-sama dengan lima kelompok (yaitu perampok/pencuri, pejabat korup, anak durhaka, bencana banjir dan musibah kebakaran), jadi jangan sesekali berusaha untuk mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak benar, selanjutnya bagi orang yang dapat mengelola harta kekayaan dengan bijak, mereka mampu merubah kekayaan duniawi menjadi kekayaan Dharma berupa kebijaksanaan, sehingga harta kekayaan mereka tidak pernah berhenti datangnya dan tidak pernah habis dipergunakan.
 
Dalam “Bodhisattva Ksitigarbha Sutra” ada sepatah kata: “Dengan memberikan satu, sepuluh ribu kali lipat balasan akan diperoleh”, ini mengajarkan kepada kita agar dapat mengikhlaskan harta kekayaan duniawi dengan sukacita dan sebagai balasannya akan memperoleh kekayaan Dharma berupa berkah dan kebijaksanaan; artinya “siapa yang menanam benih keberkahan, dia yang akan menuai buah keberkahan”. Semua ini memang perlu kebijaksanaan untuk melakukan pilihan, ada orang yang beranggapan: “Jika punya duit, kenapa tidak dipakai sendiri, kenapa harus diberikan pada orang lain? Ini adalah pikiran egois pada kebanyakan penghuni alam manusia, inilah bentuk manusia awam.”

Ini bagaikan hanya menyimpan sebutir benih di dalam kantungan dan tidak mau menggenggam kesempatan datangnya musim untuk menebarkan benih ke dalam tanah, ketika kesempatan telah lewat, maka benih tersebut tentu tidak berguna lagi, jadi kita harus segera memupuknya, agar benih dapat mengembangkan kemampuannya untuk tumbuh, ketika masanya telah tiba, dengan sendirinya akan berbuah dengan lebat. Prinsip yang sama, jika kita sendiri yang berdana, tentu akan mendatangkan pahala kebajikan lebih besar daripada meninggalkan harta kekayaan kepada anak cucu dan menunggu mereka berdana atas nama kita, sebab anak cucu memiliki berkah mereka sendiri.

Kekayaan duniawi dipergunakan untuk
memupuk kekayaan pahala kebajikan berupa berkah dan kebijaksanaan
Sang Buddha pernah mengajarkan kepada kita akan tata kelola finansial, lalu bagaimana caranya mengelola kekayaan duniawi dan memupuk kekayaan Dharma? Kekayaan duniawi mestinya dapat dibagi menjadi empat bagian:
 
1.    Mengasuh ayah dan ibu, sebagai balas budi luhur mereka --- Dari segala bentuk kebajikan, terpenting adalah berbakti pada orangtua, manusia harus tahu berbakti pada orangtua, dalam membina diri sesuai ajaran Buddha juga mengutamakan bakti terhadap orangtua, sama sekali tidak boleh melalaikan bakti terhadap orangtua. Jadi harta kekayaan harus disisakan seperempat bagian untuk berbakti pada orangtua, agar orangtua cukup sandang dan pangan, serta mereka bebas untuk mempergunakannya demi menuntaskan amal kebajikan yang hendak mereka lakukan.
2.    Membesarkan dan mendidik anak --- Sesudah melahirkan anak harus bertanggung jawab, kita mesti menyisakan harta kekayaan sebagai dana pendidikan mereka, agar mereka dapat belajar sampai tamat sekolah dengan hati yang tenang, jadi seperempat bagian dari harta kekayaan perlu disisakan sebagai dana untuk membesarkan dan mendidik anak.
3.    Memenuhi kebutuhan rumah tangga --- Seperempat bagian dari harta kekayaan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, kita mesti berusaha menambah penghasilan dan mengurangi pengeluaran, agar harta kekayaan tetap tidak berkurang, ini baru merupakan cara untuk memperoleh harta kekayaan.
4.    Kesejahteraan masyarakat --- Sang Buddha mengajarkan kepada kita, dalam memperpanjang pengetahuan intuitif dan jiwa kebijaksanaan yang merupakan sifat hakiki, kita mesti menciptakan keberkahan bagi masyarakat banyak. Kita seharusnya mempergunakan seperempat harta kekayaan untuk menyebar luaskan ajaran benar dan berbuat amal dalam masyarakat, dengan demikian kita akan dapat memupuk berkah dan kebijaksanaan bagi diri sendiri. Dalam masa kehidupan sekarang, kita berkesempatan untuk terlahir di negeri penuh keberkahan, menikmati kehidupan cukup sandang dan pangan, itu disebabkan kita telah menanam benih keberkahan dengan menciptakan keberkahan bagi masyarakat dalam masa kehidupan lampau. Sang Buddha mengharapkan balasan keberkahan kita terus mengalir tanpa henti, maka mendorong umat manusia agar mempergunakan seperempat harta kekayaan untuk menciptakan keberkahan bagi masyarakat banyak, menjalin jodoh baik dengan berdana terhadap semua makhluk. Ini adalah wujud mengikhlaskan kekayaan duniawi demi memperoleh kekayaan Dharma yang abadi.

Semoga kita semua dapat saling memberi dorongan semangat antara satu sama lainnya, berlandaskan pada semangat yang diajarkan Sang Buddha dalam mengelola kekayaan duniawi dan memupuk kekayaan pahala kebajikan berupa berkah dan kebijaksanaan.

Dikutip dari Tabloid Tzu Chi edisi 123
 
理財之道:捨世間財 修取法財
 
「君子愛財,取之有道」,更必須「用之有道」。錢財是身外之物,為五家所共有,因此不取不義之財,然而,能善於理財者,卻可以將世間財換成智慧法財,取之不竭,用之無盡。

《地藏經》有一句話說:「捨一得萬報」,就是教導我們喜捨世間財物,自得福慧功德法財;亦即「播福因、得福果」。這都必須靠智慧的選擇,有的人認為:「有錢為什麼不留著自己用,為什麼要拿給別人用呢?這就是世間人的自私心念,亦即是凡夫。」

像一顆種子放在袋子中,不肯把握季節播種於土壤中,錯過生長時機,就無法發揮作用,因此必須即時培育,使這顆種子發揮其生長功能,等到氣候成熟,自然有纍纍的果實。同樣的道理,自己親手布施,比留給子孫替我們布施的功德還大,兒孫自有兒孫福!

世間財產 修持福慧功德財

佛陀曾教導我們理財的方法,如何處理世間財產,培育出世法財呢?世間財物應該分成四份:

一、供養父母,以報宏恩萬善以孝為首,人必定要以孝為重,修學佛法也是以孝為宗,絕不能沒有孝道。所以,財產要留給四分之一孝養父母,讓父母的生活溫暖飽足,使他們自由享用,以完成父母想做的善業。

二、培育子女生養子女要有責任心,須為他們留一份教育基金,使其能安心完成學業,因此,四分之一的財產是為子女留存養育金。

三、家庭生活另外四分之一財產是維持日常生活安康的事業基金,應開源節流,使其綿綿不息,方為生財之道。

四、 社會福利佛陀教育我們,延續本性的良知慧命必須造福人群。我們應該用四分之一的基金,奉獻於宏揚宗教正法,做社會福利善業,如此亦可進修自己的福德智 慧。今生此世能夠生在福地,享受豐衣足食的生活,是因為過去生中曾經有一份造福人群的福業。佛陀希望我們的福報綿延不絕,所以鼓勵人們以四分之一財產造福 人群,布施眾生結善緣。這就是捨世間財修取永恆的法財。

願與大眾共勉,以佛陀的教育精神,處理世間財產,修持福慧功德財。

本文摘自《慈濟道侶》123

Tidak ada komentar:

Posting Komentar