Selasa, 17 April 2012

Dua Orang Guru pada Masa Kini Membicarakan Tentang Pembinaan Diri dan Manajemen (Bag. 2)

Venerable Thich Nhat Hanh: Ketika organisasi amal di seluruh dunia sedang berkembang besar, selalu saja timbul masalah pembagian kekuasaan. Karena kita semua masih manusia awam, maka dalam proses ekspansi dari organisasi akan timbul masalah kekuasaan. Sebagai organisasi Buddhis, bagaimana caranya mengatasi masalah pembagian kekuasaan ini? Jangan sampai berubah menjadi motivasi bersifat negatif, tetapi harus dapat dirubah menjadi motivasi bersifat positif, ini adalah masalah yang harus dipertimbangkan oleh organisasi amal di seluruh dunia.

Menjaga batin dengan baik, dengan sila sebagai sistim

Master Cheng Yen: Sampai sekarang saya masih belum pernah menemukan masalah demikian. Setiap pimpinan pada badan-badan misi Tzu Chi berkontribusi dengan sepenuh hati, setiap orang menjadikan semangat Tzu Chi sebagai sasarannya, sehingga tidak ada masalah perebutan kekuasaan. Namun saya akan mulai memikirkannya, sebab kehidupan manusia ini tidak kekal adanya. Biar bagaimana pun, saya tetap sangat berterima kasih setiap harinya.
 
Sering ada orang bertanya kepada saya: “Bagaimana cara Master mengatur organisasi Tzu Chi ini?” Saya selalu menjawab: “Saya berharap setiap orang dapat mengatur dirinya sendiri.” Barusan saya mengatakan berterima kasih adalah saya berterima kasih kepada semua orang karena telah berhasil mengatur diri sendiri dengan sangat baik, seperti yang barusan Master Zen katakan: Setiap orang harus terlebih dahulu memperkaya kebijaksanaan diri dan menjaga kondisi batin sendiri dengan baik. Dalam dunia Tzu Chi, setiap insan Tzu Chi mampu menjaga kondisi batin sendiri dengan baik, makanya tidak ada masalah pembagian kekuasaan yang perlu saya khawatirkan, saya sangat berterima kasih!

Bhiksuni Chan Khong: Saya ingin bertanya apakah orang-orang yang datang ke sini untuk menggalakkan kegiatan Tzu Chi bersama Master pernah menerima pelatihan sukarelawan? Ataukah hanya membawa serta sebuah hati kebajikan datang ke sini?
 
Master Cheng Yen: Saya sering menyebutnya dengan “relawan”, bukan “sukarelawan”, perbedaan antara sukarelawan dengan relawan adalah sukarelawan bersifat sukarela, boleh melakukan dan boleh juga tidak melakukannya; sedangkan relawan telah berikrar dalam hati dan melakukannya dengan keinginan sendiri. Sebagai contoh adalah barisan Tzu Cheng kita, setelah mereka bergabung harus mematuhi 10 Sila Tzu Chi, termasuk larangan mengunyah buah pinang, minum minuman keras dan merokok, bahkan tidak boleh bermain saham. Dalam mematuhi 10 Sila Tzu Chi, kita bukannya mengumpulkan mereka untuk mengikuti pelatihan, melainkan menginginkan mereka melatih diri sendiri di rumah.

Mengatur diri sendiri, pasangan hidup saling jaga

Untuk mengetahui apakah mereka ada mematuhi 10 Sila Tzu Chi atau tidak, itu perlu pembuktian dari isteri mereka, jika ada bukti dari isteri kalau kehidupan suami sudah berubah dan semua kebiasaan buruk juga telah dihilangkan, baru mereka boleh bergabung ke dalam barisan Tzu Cheng. Dalam organisasi kita ini, banyak sekali yang merupakan keluarga Tzu Chi, suami dan siteri sama-sama bergabung dalam Tzu Chi, suami dan isteri sama-sama membina diri, saling jaga dan saling bimbing.

Bhiksuni Chan Khong: Menurut pendapat saya, umat Buddha di Taiwan sangat baik dan jujur, sedangkan ketika kami menggalakkan kegiatan sukarelawan di Vietnam, selalu saja terjadi masalah, contohnya ketika mereka datang akan berkata: “Saya tidak merokok lagi!” dan sebagainya; namun ketika mereka dikirimkan ke daerah perdesaan, kadangkala tetap saja akan menunjukkan kebiasaan buruk mereka. Demi menjaga kualitas kegiatan kami, biasanya sukarelawan kami harus melewati masa pelatihan selama tiga sampai enam bulan.
 
Master Cheng Yen: Jika diberikan pelatihan secara menetap di suatu tempat tertentu, karena adanya keterbatasan waktu, mungkin sulit untuk merubah kebiasaan buruk mereka dalam seketika; namun jika membiarkan mereka saling memberi dorongan semangat dan saling bimbing di rumah, tentu tujuannya akan tercapai. Contohnya adalah dalam 10 Sial Tzu Chi ada satu sila “Menjaga sikap dan prilaku lemah lembut”, artinya dalam berbicara harus lemah lembut.

Venerable Thich Nhat Hanh: Apakah ini mudah dilakukan? Mungkin sulit sekali!
 
Master Cheng Yen: Sebetulnya, mereka semua melakukannya dengan cara berikut, ketika suami berbicara dengan sedikit keras, isteri akan mengingatkan: “Apakah kamu lupa akan sila menjaga sikap dan prilaku lemah lembut?” Ketika isteri lupa diri, suami akan berkata dengan lembut: “Bagaimana Master mengajarmu?” Mereka saling mengingatkan dan saling memberi semangat agar senantiasa mematuhi 10 Sila Tzu Chi dengan baik. Metode yang dipergunakan oleh kita di Tzu Chi adalah sangat bersifat kekeluargaan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Venerable Thich Nhat Hanh: Saya sangat kagum karena Master dapat menggerakkan sedemikian banyak keluarga, dengan cara kekeluargaan saling belajar dan saling melatih diri. Sebagai seorang anggota Sangha, saya menemukan kalau vihara juga bagaikan sebuah keluarga, sebab di dalam vihara semua orang memanggil “Master”, Master itu bagaikan orangtua. Biar pun di dalam vihara juga sulit dihindarkan adanya ketidak sepahaman antar sesama, jadi jika hendak melatih semua orang agar harmonis sungguhlah tidak mudah!

Tzu Chi memiliki sedemikian banyak anggota, selain mengikuti Master melakukan kegiatan sosial, biasanya apakah ada metode lain untuk mengajarkan para umat dan murid agar dapat berhubungan dengan lebih harmonis dan saling mengerti satu sama lainnya? Bagaimana melakukan kebaktian bersama untuk belajar ajaran Buddha?
 
Master Cheng Yen: Benar sekali, mereka secara rutin ada melakukan kebaktian bersama secara rutin untuk saling memberi dorongan semangat.
 
Catatan: Pada tanggal 23 Maret 1995, Venerable Thich Nhat Hanh dan murid pertamanya Bhiksuni Chan Khong serta rombongan sebanyak sepuluhan orang datang berkunjung ke Griya Perenungan. Venerable Thich Nhat Hanh adalah kelahiran Vietnam, namun kemudian berimigrasi ke Prancis, pada usia 16 tahun menjadi Bhiksu, pernah menjadi dosen pada perguruan tinggi di Amerika Serikat, setelah kembali ke Vietnam mendirikan sekolah pelayanan sosial dan melakukan kegiatan pendidikan masyarakat. Venerable Thich Nhat Hanh pernah menyurati Prof. You Xiang-zhou dan menyampaikan harapannya untuk bertemu dengan “Bunda Teresa dari Taiwan” Master Cheng Yen, sehingga dapat terlaksana perjalanan kali ini.

※ Dikutip dari buku “Ada teman datang dari jauh” yang diterbitkan pada tanggal 31 Oktober 2000


當代宗師對談修行與管理 ()
 
一行禪師:全世界的慈善組織在發展擴大時,都會發生權力分配的問題。因為我們畢竟是凡夫,所以在組織擴大的過程中便會有權力問題的發生。站在佛教組織的立場,對權力分配的問題要如何轉化?不要轉到負面,而能轉成正面的發心,這是全世界的慈善組織都要考慮的問題。

把心顧好 以戒為制度

證嚴法師:到目前我還沒遇到這個問題。慈濟志業體中的每位主管,都很用心投入,每個人都是以慈濟的精神為目標,並沒有爭權力的問題。不過我會開始想想,因為人總是無常啊!但是,我還是天天都很感恩。

常 常有人問我:「您如何管理慈濟這個團體?」我都這麼說:「我希望每個人都能自我管理。」我剛才說感恩,就是感恩大家把自己管理得很好,就如剛才禪師所說 的:要把自己先充實好,把心照顧好。在慈濟世界裡,所有的慈濟人都能把自己的心照顧好,所以就沒有什麼權力分配的問題讓我煩心過,所以我很感恩!

真空法師:請問來這裡和您一起推動慈濟工作的人,他們是否接受過義工訓練?或只是帶著一顆善心來到這裡?

證嚴法師:我常說「志工」,而不說「義工」,義工和志工不同之處是:義工是義務性質,可做、可不做;志工則是從內心發願,自動自發去做。就如我們的慈誠隊, 他們進來後要守十戒包含戒檳榔、戒酒、戒菸……,連股票也不能玩等等。要守這十戒,不是讓他們集中在一起訓練,而是要他們在自己家裡自我訓練的。

自我管理 同修共惕厲

至於他們有沒有守十戒,就要讓他們的太太來證明,太太證明先生的人生都改變了,所有不好的習慣也都戒掉了,才能加入慈誠隊。我們這個團體中,有很多都是慈濟家庭,太太和先生一起進入慈濟;夫妻同修、彼此照顧、互相勸導。

真空法師:我想,在臺灣的佛友都很善良。在越南,我們推動這種義工的工作時,常會發生一些困難,例如他們來的時候,會說:「我不吸菸了!」等等;但是派他到鄉下時,有時候還是會做一些個人習氣的事情。為了保持我們的工作品質,我們的義工通常需要經過三至六個月的訓練時間。

證嚴法師:若固定在一個地方接受訓練,因為時間有限,可能無法一下子改變習氣;但是若讓他們在家裡彼此鼓勵、彼此教戒,就有辦法達到。例如慈濟十戒中,有一戒是「聲色柔和」,即說話要輕聲細語。

一行禪師:這容易嗎?可能不容易吧!

證嚴法師:事實上,他們都是這樣做到的。先生一時說話太大聲時,太太就會提醒他:「你忘記要『聲色柔和』了嗎?」一旦太太失態時,先生也會輕聲說:「師父怎麼教妳的?」他們便是如此相互提醒、鼓勵,時時守好十戒。我們慈濟所用的方法都很家庭化、生活化。

一行禪師:我很敬佩您能帶動這麼多的家庭,用家庭化的方式相互學習、訓練。身為一名出家人,我發現在寺院裡也像是一個家;因為在寺院裡我們都稱「師父」,師父就像父親一樣。即使在寺院裡,大家也難免會有意見不合的時候,所以要訓練大家相處融洽,相當不容易!

慈濟這麼多會員,除了跟隨您從事社會工作以外,平時是不是還有其他的方式,教導會員和弟子們怎樣相處以增進彼此了解?怎樣在佛法上共修精進?
 
證嚴法師:是的,他們平常都有定期的共修、互相勉勵。

註:1995 323日,一行禪師及大弟子真空法師等十餘人,參訪精舍。七十餘歲的一行禪師是越南人,後移居法國,十六歲即出家,曾赴美國任大學教席,返國後成立社 會服務學校,從事社會教育工作。禪師曾去函游祥洲博士,表達希望拜會「臺灣的德蕾莎修女」證嚴法師,遂成就此行。

本文摘自:2000/10/31出版《有朋自遠方來

Tidak ada komentar:

Posting Komentar