Kamis, 11 Desember 2014

Enam Paramita

Minggu, 7 Desember 2014 pukul 08.30 – 11.30 WIB, diadakan kegiatan bedah buku di Kantor Perwakilan Tzu Chi Medan tepatnya di Jl. Cemara Boulevard Blok G/1 No. 1-3, Cemara Asri yang bertemakan “Enam Paramita”. Kegiatan bedah buku ini dibawakan oleh Januar Shixiong dan Jusni Shijie dan di ikuti oleh 16 orang relawan.

[靜思] merupakan produk Jingsi untuk membekali batin kita yang terdiri dari CD, buku dan [淨斯] merupakan produk Jingsi untuk membekali materi yang terdiri dari makanan, sabun. Enam Paramita yang terdiri dari berdana, mematuhi sila, bersabar, semangat, samadhi dan bijaksana.

Berdana akan mendapatkan kekayaan batin dan materi,
Mematuhi sila akan terlahir di alam bahagia,
Bersabar akan terhindar dari rasa dendam dan kebencian,
Semangat akan memupuk segala jasa pahala kebajikan,
Samadhi akan meredakan segala kerisauan batin,
Kebijaksanaan akan terlepas dari segala kerisauan.
Pembahasan pertama dari enam paramita adalah tentang berdana.

“Berdana” bisa diartikan dengan bersumbangsih. Orang yang bisa bersumbangsih adalah sebuah keberkahan. Orang yang benar-benar tahu bersumbangsih, dengan menganggap bersumbangsih merupakan sebuah kewajiban itu merupakan sebuah pelatihan diri.

Ada 5 point dalam berdana, diantaranya :
1. “Bersumbangsih seperti menimba air, hanya dengan terus bersumbangsih baru bisa terus menciptakan berkah, menambah berkah” dikutip dari kata perenungan Master Cheng Yen.
2. “Berbuat kebajikan bukanlah hak orang kaya, tetapi adalah hak bagi orang yang ingin bersumbangsih” dikutip dari kata perenungan Master Cheng Yen.
3. Berdana harus bersumbangsih tanpa pamrih, pada saat yang bersamaan juga harus bersyukur.
4. Kehidupan di Jingsi penuh dengan kemandirian, bukan hanya bekerja untuk bertahan hidup tetapi juga bekerja untuk menyongkong insan Tzu Chi yang kembali ke Jingsi.

Ada yang berkata :”Jangan pulang dan makan-makanan yang disediakan Master”. Tetapi Master mengatakan :”Kebijaksanaan Guru adalah bagaimana menjalin jodoh baik dengan makhluk hidup, kalau bukan karena jalinan jodoh masa lalu, mana mungkin ketika kita mendengar Master mengatakan demikian kita merasa sangat masuk akal dan mau mengikuti langkah Master, ini semua adalah jodoh, jika bukan karena jodoh mana mungkin ini semua bisa terjadi, inilah yang dinamakan jalinan jodoh”.
Ada sebuah cerita “tiada benih maka tiada hasil yang dipetik”, ada seorang abang yang mempunyai sebidang lahan yang luas dan ditanami cocok tanam, tetapi dia berpikir “bercocok tanam sangatlah menderita, lebih baik memohon Tuhan untuk memberikan saya berkah, supaya saya mempunyai berkah yang besar”. Kemudian dia menyerahkan semua lahan dan produk kepada adiknya dan meminta adiknya untuk menjaga dan bercocok tanam dengan baik.

Kemudian abang ini pergi ke kelenteng dan menyiapkan sesajian yang berlimpah. Setiap hari berdoa dengan tulus dan mogok makan. Suatu hari, Tuhan yang dia sembahi tersentuh karena ketulusannya dan Tuhan kemudian mengecek buku berkah tetapi abang ini pada masa lalu tidak pernah menciptakan berkah, tidak pernah bersumbangsih, dan mempunyai akar kebajikan. bagaimana saya memberikan dia berkah? Jadi Tuhan merasa sangat gelisah, dia begitu tulus datang memohon jika tidak diwujudkan pasti hatinya akan timbul rasa tamak, benci, dendam.

Terakhir Tuhan menjelma menjadi adiknya dan muncul di depan abang. Si abang begitu melihat adiknya dan berkata :”Kamu tidak pergi bercocok tanam, untuk apa datang kesini ?” Si adik berkata :”abang, saya juga ingin memohon berkah, bercocok tanam sangat menderita, jadi saya ingin memohon supaya saya diberikan keberkahan sehingga tidak perlu lagi bercocok tanam”. Si abang kemudian menjawab :”Kamu ini adik yang bodoh, jika tidak bercocok tanam maka tidak akan panen”. Mana ada prinsip jika kita tidak menebarkan benih malah ada hasil yang kita petik, cepat pulang untuk bercocok tanam.

Pada saat itu, Tuhan yang menjelma menjadi adiknya menghilang dan kembali muncul di hadapan si abang dan berkata :”Betul yang kamu katakan, dalam dunia ini jika kita tidak menebarkan benih, tiada benih maka tiada hasil. Pada masa lalu kamu tidak menciptakan berkah dan tidak ada niat baik hanya ingin memohon berkah, setiap hari terus memohon kepada saya dan menyiapkan persembahan untuk saya, apakah kamu tahu ini membuat saya merasa risau! Lebih baik kamu pulang dan ciptakan berkah, setelah menciptakan berkah maka akan mendapatkan berkah, inilah hukum sebab akibat. Akhirnya si abang sadar bahwa tiada benih maka tiada hasil. Untuk itu dalam melatih diri kita harus memahami hukum sebab akibat.

“Mematuhi sila” adalah peraturan Jingsi, dari dalam melatih ketulusan, ketepatan, kepercayaan dan kebenaran. Ke luar melatih cinta kasih, welas asih, kebahagian, dan keseimbangan batin. Mengontrol diri sendiri untuk memperbaiki kebiasaan buruk, berhemat untuk berbuat kebajikan, asalkan taat pada peraturan dan mengembangkan cinta kasih itulah mematuhi sila.

Point dalam mematuhi sila, diantaranya :
1. Melakukan kewajiban yang seharusnya dilakukan adalah mematuhi sila.
2. Dengan menjaga hati dengan baik, senantiasa bersabar itulah mematuhi sila.
3. “Sehari tidak bekerja, sehari tidak makan”. Master mengatakan :”Saya bukan merasa diri sendiri suci tetapi hanya berharap bisa menerapkan Ajaran Dharma dalam Kehidupan.
4. Hidup mandiri, kehidupan para Bhiksuni di Jingsi semua didapatkan dari hasil kerja sendiri. Pernah ada orang yang bersikeras untuk menyumbangkan materi buat Master. Master berkata :”Jika benar-benar mencintai Master maka kita harus menjadi pelindung Master dan mewujudkan jalinan jodoh jiwa kebijaksanaan Master”.
5. Belajar semangat Jingsi adalah menjalani Dharma dengan menjaga moralitas seperti bambu, ada sopan santun dan tata krama. Sikap tenang untuk membina batin dan hemat untuk membina moralitas.

“Bersabar” menghilangkan kebencian dan merasa nyaman. Semangat melindungi bumi dan menyanyangi nyawa benda merupakan cara untuk membina diri. Dalam bersumbangsih membutuhkan kesabaran.

Ada beberapa point dalam bersabar, diantaranya :
1. Bisa bersabar, menahan derita merupakan sikap sabar.
2. Kekuatan bersabar bisa membuat kita bertahan pada kewajiban yang harus dilakukan.
3. Orang yang sabar pasti bisa mematuhi sila, ketika dimarahi tidak akan timbul rasa benci, ketika melihat materi tidak timbul rasa tamak, segala sesuatu yang terjadi bisa diatasi dengan akal sehat.
4. Mematuhi sila harus punya kesabaran, jika tidak mempunyai kesabaran maka akan mudah terpengaruh.
5. Bersabar sampai tahap dimana kita tidak merasa bersabar, “bersabar” bukan hanya ditahan untuk tidak dikatakan, itu akan sangat menderita. Hanya bersabar saja tidak cukup tetapi juga harus ditelan, bukan hanya ditelan tetapi juga harus dicerna.
6. Orang yang bisa bersabar adalah seseorang yang tegar. Asalkan berlapang dada, segala sesuatu akan bisa bersabar maka secara tidak langsung akan mengubah masalah menjadi tidak masalah. Bersabar adalah panutan yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan.
7. Untuk menjadi seseorang yang bisa diterima dan dicintai orang lain maka kita terlebih dahulu harus menjaga sikap dan kelakuan kita, segala tindak tanduk merupakan cara pembinaan diri.

“Semangat”, bukan hanya sekedar mengenal prinsip tetapi tidak dilakukan; harus benar-benar dilakukan inilah yang dinamakan semangat.

Point dalam bagian semangat, diantaranya adalah :
1. Menggenggam setiap menit dan detik, setiap langkah dijalankan dengan pasti, niat kebajikan tidak pernah putus, setiap hari melakukan kebajikan, Dharma yang baik sering dipraktekan, Dharma sering di sharing.
2. Jing ( 靜 ) tidak bercabang-cabang, jin( 進 ), setiap detik menguntungkan semua makhluk hidup.
3. Menggenggam setiap saat, itu adalah semangat.
4. Di Jingsi, setiap hari pukul 3.30 sudah bangun, tidak peduli musim dingin, maupun musim panas, setiap hari mempertahankan kehidupan yang begitu. Sehabis kebaktian pagi, meditasi kemudian mendengar ceramah dari Master, walaupun capek juga tetap harus dipertahankan. Bagaimana susahnya juga harus bersabar dan terus semangat tanpa mundur, semua ini berasal dari sebuah niat.

“Samadhi”, dalam kehidupan sehari-hari tidak terhindar dari samadhi, menghadapi segala sesuatu harus dengan sikap samadhi, senantiasa mempertahankan niat ini maka hati yang tenang akan muncul samadhi.

Samadhi harus dimiliki oleh para Bodhisatva, samadhi bukan hanya duduk begitu saja tetapi juga harus mempunyai pemikiran yang benar, pandangan yang benar. Harus belajar tetap
tenang menghadapi kondisi luar yang terus berubah. Semangat Jingsi dalam pelatihan diri yaitu dalam bekerja, hati dan pikiran tidak terlepas dari Dharma, dalam melakukan kita harus “berbuat sambil belajar, belajar dan kemudian paham, dari kepahaman timbul kesadaran.

“Kebijaksanaan”, setiap orang mempunyai sifat yang setara dengan Buddha. Orang yang bijaksana akan terus belajar dengan hati yang polos, segala sesuatu harus dipahami, mengerjakan sesuatu yang seharusnya dikerjakan adalah bijaksana.

Kesimpulannya adalah berdana akan mendapatkan kekayaan, mematuhi sila akan terlingat anggun, bersabar akan mendapatkan kekuatan, semangat akan membuat kita berumur panjang, samadhi mendapatkan kebahagiaan, menyampaikan sesuatu dengan bijaksana.

Gan en :D

Tulisan diatas diposted oleh  Rina SJ di yahoogroup tzuchi medan.